23

677 39 7
                                    

Tuan Na juga Jeno saat ini sedang melihat lihat dekorasi aula yang akan mereka gunakan untuk acara pesta pernikahannya besok lusa. Semua sudah tertata sesuai dengan desain yang diinginkan. Konsep yang serba putih dengan bertabur warna emas membuat aula ini terlihat begitu mewah dan megah.

"Bagaimana menurut mu? Apa sudah cocok?" Tanya tuan Na pada calon menantunya.

Jeno nampak menimang nimangnya. Memang konsep yang begitu apik dan elegan, tapi ia memikirkan Yuta. Kekasihnya itu pasti menyukai hal sederhana dan tidak terlalu berlebihan, jika Yuta melihat ini semua, Jeno yakin Yuta akan merasa begitu tertekan karena sakin indahnya.

"Memang terlihat begitu indah, sama seperti konsep pernikahan pada umunya." Katanya.

Tuan Na mulai memasang telinga untuk mendengarkan pendapat pemuda april ini.

"Tapi saya tidak yakin Yuta akan menyukainya." Imbuh Jeno. Tuan Na menaikkan satu alisnya, memasang raut bertanya pada Jeno "kenapa?"

"Yuta menyukai hal yang berbau sederhana, ia akan merasa keberatan jika diberi sesuatu yang terkesan mewah atau mahal. Jika Yuta disuruh memilih antara cincin berlian asli atau cincin berlian imitasi, Yuta akan memilih yang imitasi. Aku pernah memberikannya kalung yang harganya sangat mahal, tapi Yuta menolaknya karena dia bilang kalung mewah tidak cocok untuknya. Tapi saat ki beri kalung dengan harga yang murah, Yuta menerimanya dengan senang hati."

Tuan Na begitu bersyukur karena Yuta, calon anaknya itu mempunyai seorang kekasih yang begitu pengertian kepadanya. Tuan Na merasa begitu lega. "Kau pasti sangat mencintai Yuta, sampai-sampai kau memikirkan apakah Yuta menyukainya atau tidak!"

Jeno mengulas senyuman diwajahnya, ia merasa bangga telah mendapat pujian dari calon mertuanya ini "tentu! Aku selalu mengutamakan kebahagiaan Yuta terlebih dahulu!"

"Yuta memang belum resmi menjadi anakku, tapi sepertinya aku akan merasa baik baik saja jika dia menjadi pendamping mu!"

"Terimakasih atas kepercayaan anda!"

Sementara itu, Yui dan Yuta nampak asyik berjalan jalan mengelilingi kota Seoul. Yuta menunjukkan berbagai tempat yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Yuta nampak begitu antusias memperkenalkan kota Seoul kepada sang ibu. Begitupun juga Yui. Ia pun juga nampak senang di bawa kesana kemari oleh Yuta, Yui tak merasa kelelahan sedikit pun, semakin Yuta mengajaknya ke suatu tempat, semakin bersemangat pula dirinya.

Hingga tiba saatnya untuk beristirahat, Yuta mengajak ibunya untuk duduk bersantai di sebuah taman dekat dekat dengan sungai Han. Mereka menikmati pemandangan ini sambil memakan ice cream yang baru saja dibeli oleh Yuta.

"Hari ini sangat menyenangkan sekali! Ibu merasa ibu bisa mati dengan tenang setelah diajak jalan jalan oleh mu! Ibu sangat bahagia sekali!"

"Jangan berbicara seperti itu! Aku akan membawa ibu kemanapun ibu mau!"

Yui mengulas senyum di wajah cantiknya. Memandang putra sulungnya yang sebentar lagi akan menjadi hak milik orang lain. Yui sedih mengingat jika Yuta akan pergi meninggalkan dirinya tapi, di sisi lain ia juga merasa bahagia karena Yuta anak sulungnya akan mempunyai kehidupan baru bersama orang tercintanya.

Seketika kedua mata Yui terasa hangat, dan buliran air mata menghalangi pandangannya. Yui merasa baru kemarin mengajari Yuta berjalan, dan sekarang, anaknya itu telah tumbuh dewasa.

Yuta menatap ke arah ibunya yang menangis. Segera Yuta menyeka air mata ibunya "ibu kenapa menangis?"

"Entahlah, ibu merasa terharu karena ini terasa begitu cepat!" Ujarnya, tangis Yui semakin menjadi. "Ini seperti kemarin kau belajar berjalan, dan sekarang kau tumbuh dewasa dan sebentar lagi kau akan menikah dengan orang yang kau cintai. Ibu bahagia, tapi ibu juga sedih kau akan pergi dari ibu!"

Yuta mendekat pada ibunya dan memeluknya dengan hangat. "Aku tidak pergi kemanapun. Mungkin aku akan tinggal bersama Jeno, tapi jika ibu membutuhkan ku, aku akan datang saat itu juga! Dan satu hal lagi yang perlu ibu ketahui"

Yui melepas pelukannya, menatap tepat ke arah Yuta.

"Aku akan selalu menjadi anak ibu! Aku akan selalu menjadi Yuta yang ibu banggakan!"

Yui tak membalas ucapan anaknya, ia langsung memeluk erat. Yui tak kuasa akan perasaannya yang terasa haru ini.


Haechan dan Jaemin saat ini telah kembali ke rumah. Mereka mendapati isi rumah terasa begitu sepi tak ada siapapun. "Kemana semua orang pergi?" Tanya Haechan pada pelayan rumahnya.

"Tuan Na dan tuan muda Jeno mengunjungi tempat yang akan digunakan untuk keberlangsungan acara pernikahan. Sedangkan Nyonya Yui dan tuan muda Yuta pergi keluar untuk jalan jalan."

Mendengar nama Yuta di sebut, si kembar langsung menukikkan kedua sudut bibir mereka. Haechan segera meraih ponselnya untuk menghubungi calon kakak tirinya itu. Di sambungan pertama, tidak ada balasan. Di sambungan kedua pun juga sama. Haechan berulang kali mencoba menghubungi Yuta, tapi tak mendapat balasan apapun, membuat emosi pemuda tan itu naik.

Jaemin melihat kembarannya yang terlihat begitu kesal itu mengambil langkah mendekat "kenapa?"

"Yuta tak menjawab panggilan ku!"

Mendengar itu, Jaemin ikut mengambil ponselnya dari dalam saku dan menghubungi Yuta. Sama hal dengan Haechan, panggilan Jaemin pun tidak dibalas. Kedua kini tersulut api amarah karena Yuta yang tak kunjung membalas panggilan si kembar.

"Sialan! Panggilan ku juga tidak dibalas!"

Sungguh, hari ini mereka berdua seperti ketiban sial. Semenjak kembalinya Yuta ke sini dengan membawa kekasihnya, mereka tidak bisa mendekat pada Yuta. Mereka sangat merindukan kebersamaan dengan Yuta. Di atas ranjang dan dibawah selimut yang sama. Terlebih mendengar lenguhan dan desahan merdu yang Yuta ciptakan.

"Aku menginginkan Yuta!" Ujar Jaemin.

"Sialan! Aku juga!"

"Kita harus memikirkan cara agar Yuta bisa kembali pada kita!"

"Aku sedang memikirkan itu!"

Keduanya mendesah resah karena tak menemukan jalan keluar mendapatkan Yuta untuk diri mereka sendiri. "Bagiamana kalau kita menculik Yuta sebelum acara pernikahan dimulai!"

Mendengar itu, Haechan menatap pada adik kembarnya. Pemuda tan itu nampak menyetujui pendapat sang adik "kita culik pada malam sebelum acara dimulai!" Kemudian mereka menyusun rencana untuk menculik Yuta. Mereka mulai mempersiapkan kebutuhan yang akan digunakan nantinya.

Step Brother Na YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang