70

146 9 0
                                    

Pada sore harinya, Jeno sudah tiba di rumahnya. Begitu membuka pintu, ia langsung disambut pemandangan ruang tengah yang berantakan, penuh dengan mainan dan perlengkapan bayi yang tersebar di mana mana. Sejenak, Jeno terpaku, sedikit terkejut melihat keadaan rumah yang jauh dari kata rapi.

Jeno pun melangkah masuk menuju kamarnya mengabaikan ruang tengahnya yang berantakan. Di sana, Jeno mendapati Yuta sedang duduk di kasur sambil menyusui bayinya. Seketika rasa penat dan lelah hilang begitu saja. "Yuta," panggilnya, sambil melangkah masuk, lalu mengecup kening istrinya

Yuta menyambut senyuman Jeno dengan tatapan hangat. "Bersihkan dulu dirimu, setelah itu kita makan malam bersama," kata Yuta sambil membelai lembut wajah suaminya.

Jeno mengangguk, lalu segera menuju ke kamar mandi, membersihkan diri dengan cepat. Sesaat kemudian, Jeno ke ruang makan, di mana Yuta sudah menyajikan makanan sederhana di meja, pasangan itu duduk bersebelahan.

"Yuta," panggil Jeno di sela sela sedang mengunyah makanan. "Kenapa ruang tengah berantakan sekali? Banyak mainan dan perlengkapan bayi berserekan di mana mana."

"Ah ... itu ..." Yuta menelan makanannya terlebih dahulu sebelum menjawab. "Tadi siang aku membongkar paket yan dikirimkan teman teman ku dari Jepang."

"Paket? Sebanyak itu?"

Yuta mengangguk. "Aku juga terkejut waktu lihat paket yang begitu besar. Karena saking asyiknya membongkar paket sambil bermain, aku sampai lupa waktu dan lupa untuk membereskannya." kata Yuta sambil tertwaa kecil.

Jeno tersenyum mendengar pengakuan Yuta. Ia menatap istrinya pneuh kelembutan. "Kalau begitu biar aku yang membereskannya. Sepertinya kita mendapat persediaan mainan untuk beberapa tahun ke depan."

Yuta terkekeh, merasa senang sekaligus sedikit bersalah. "Maaf ya, aku malah membuat rumah jadi berantakan."

Jeno menggeleng pelan, sambil mengusap kepala Yuta, menyalurkan ketenangan di sana. "Tidak apa, tugas ku sebagai suamimu, harus membantu setiap saat."

"Ngomong ngomong, bagaimana dengan luka di perutmu?" tanya Jeno, mengalihkan pembicaraan.

Yuta mengangguk dengan pipinya yang mengembung karena penuh dengan makanan. Ia sedikit mengangkat bajunya menunjukan hasil pengobatannya sendiri. Jeno melihatnya, merasa bangga melihat hasil pengobatan istrinya. "Wah, sepertinya aku tidak perlu terlalu mengkhawatirkan mu," katanya.

"Kan, sudah ku katakan sebelumnya, aku bisa mengobati luka ku sendiri. Kau saja yang berlebihan," balas Yuta tanpa melihat ke arah suaminya.

Jeno tertawa mendengarnya, melihat istrnya yang kesal seperti ini benar benar mengemaskan di matanya. Kemudian pasangan suami istri itu menikamati makan malamnya sambil mengobrol ringan yang di selingi canda dan tawa.

***

Selesai beberes di ruang tengah, Jeno dan Yuta melanjutkan kesibukan masing masing. Jeno menghabiskan sisa harinya di ruang kerjanya, tenggelam dalam tumpukan berkas berkas pekerjaannya. Sementara itu, Yuta berada di kamar, menggendong bayinya sambil berjalan pelan pelan mengitari ruangan.

Kemudian, Yuta melangkah ke balkon, mengajak bayinya menikmati sejuknya udara malam. Angin malam yang lembut berhembus, membawa Yuta dan bayinya merasa tenang. Sambil menatap langit yang penuh bintang. "Aeri ... Lihat, banyak bintang bertaburan di langit, ini dunia yang indah untukmu, sayang ..." kata Yuta, membisik lembut pada bayinya.

Puas menganggumi langit malam, pandangan Yuta beralih ke segala penjuru, menikmati kesunyian di sekelilingnya. Suara serangga malam saling bersahutan, dan beberapa kunang kunang berkelap kelip menari nari di udara. Mlam yang terasa begitu damai.

Step Brother Na YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang