Di kamar yang luas ini, membuat Yuta merasa begitu kesepian. Tidak ada yang bisa ia lakukan di rumah besar dan mewah ini selain berjalan jalan memutari setiap sudut rumah. Ingin Yuta membantu para pelayan yang bekerja, tapi mereka semua melarang. Takut jika tuan tuannya akan marah pada mereka. Padahal Yuta sudah memaksa, tapi mereka tetap bersikukuh untuk menolak bantuan Yuta.
Dan kini, pria sakura itu sedang merasa jenuh dan bosan didalam kamarnya. Bermain main dengan ponsel pun tak membantunya untuk mengusir kejenuhan. Ingin keluar dari rumah ini dan jalan jalan, para penjaga melarang. Mereka mendapatkan titah dari kedua tuan muda mereka untuk tidak membiarkan Yuta keluar dari rumah ini.
Sungguh jenuh rasanya berada di sini.
Pesan yang baru saja ia kirim untuk ibunya pun belum juga dibalas, padahal Yuta benar-benar merindukan ibunya. Karena sudah terlalu merasa bosan, Yuta turun dari kasurnya menuju balkon kamar. Ia menikmati angin yang berlalu melewati dirinya. Sungguh menyejukkan.
Pandangannya mulai jatuh kebawah, melihat kearah tanah. Tiba tiba saja, Yuta memikirkan sebuah ide. Segera Yuta kembali masuk kedalam kamarnya, melepas sprei kasur yang berlapis itu, dan saling diikat dari ujung satu ke ujung kain yang lainnya.
Kini dari beberapa potong kain, menjadi seutas tali yang cukup membantu Yuta untuk turun dari balkon. Meski tak begitu panjang, setidaknya dapat membantu Yuta untuk kabur sebentar.
Yuta mengikat ujung kain itu di pilar pilar kecil balkonnya. Memastikan jika ikatannya sudah benar-benar kuat, Yuta mulai menaiki balkon, melewati, lalu berpegangan dengan kain itu dan perlahan turun.
Ujung kain memang tidak sampai ke tanah, tapi meski begitu, Yuta bisa loncat dan mendarat ke tanah dengan aman. Melihat situasi yang sepertinya tidak ada yang mengawasi, Yuta berjalan pelan pelan dengan waspada, lalu akhirnya ia bisa keluar dari rumah mewah itu.
Yuta menyusuri kota besar ini. Berjalan jalan sendiri sebagai turis pada umumnya. Akhirnya ia bisa menikmati waktu sendirian diluar tanpa diganggu oleh kedua calon adik tirinya.
Yuta berjalan sambil mengulas senyuman, menikmati udara yang cukup segar bagi paru-paru nya. Ia akan pulang sebelum si kembar datang.
Berjalan di atas trotoar yang banyak digunakan oleh banyak orang orang. Selain berjalan jalan, Yuta juga mampir ke sebuah toko toko hanya untuk melihat lihat. Memasuki kawasan yang ramai, menikmati kebisingan pasar umum di sini sambil melihat sekeliling.
Sungguh menyenangkan dapat menghabiskan waktu sendirian dengan beberapa camilan yang ia beli dari pedagang kecil. Yuta makan sambil jalan, dan itu sungguh menyenangkan hatinya. Membuatnya lupa akan segalanya.
Selesai berjalan jalan, kini Yuta mengistirahatkan dirinya di kursi taman. Memandangi pohon pohon yang begitu rindang dan membuat taman ini menjadi sejuk dan nyaman. Yuta menarik nafasnya dalam dalam, lalu menghembuskannya lewat mulut.
Cukup lama ia beristirahat di sana, getaran pada ponselnya membuat ketenangannya cukup terganggu. Yuta merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya dari sana.
Di layar itu menunjukkan nomor yang tidak dikenali nya menelfon. Yuta menekan tombol hijau, lalu meletakkan ponselnya di telinganya. Yuta menyapa si penelepon.
"Hallo?"
Tidak ada jawaban. Berselang beberapa menit terdengar helaan nafas dari sebrang sana "kau pergi kemana, hm?" Ucapnya.
Yuta menaikkan satu alisnya, menjauhkan sebentar ponselnya lalu menempel kan kembali "siapa ini?"
Orang itu kembali terdiam, "kau ingin segera pulang, atau aku yang menjemput mu?"
Yuta semakin bingung dengan orang yang menelponnya, hingga ia tiba tiba teringat dengan si kembar. Yuta berdiri seketika dengan jantung yang berdegup dengan kencang. Yuta merasa jika riwayatnya kini telah berakhir. Segera ia mematikan sambungan telefon nya dan bergegas untuk kembali ke rumah.
Yuta terus berlari dan berlari, hingga ia sampai di tempat ia pergi tadi. Yuta meraih kain putih, dan mulai memanjat. Cukup susah Yuta memanjatnya hingga ia sampai di balkon, membuka pintu kaca dan langsung mendapati pemuda tan yang duduk dipinggiran kasur menghadap ke arahnya.
Jantung Yuta semakin berdegup kencang. Kedua kakinya terasa begitu ringan. Seringan kapas. Dadanya mengembang dan mengempis. Bersamaan dengan itu, jiwa seperti dipaksa keluar dari dalam raga, melihat wajahnya yang menatap dirinya dengan serius.
Mata tajam itu, berhasil membuat Yuta ketakutan.
Haechan yang telah menunggu Yuta, berdiri dan mengambil langkah untuk mendekati kakak tirinya. Berjalan pelan, tapi mampu membuat pria sakura itu melangkah mundur. "Habis dari mana kau, hm?" Tanyanya pelan, tapi terdengar menakutkan.
Yuta gelagapan untuk menjawab. Ia terus melangkah mundur seiring Haechan mengambil langkah maju. Terus hingga tubuh Yuta menubruk balkon pembatas. Haechan semakin menghilangkan jarak diantara mereka berdua, meletakkan kedua tangannya di kedua sisi tubuh Yuta.
Yuta menunduk, untuk menyembunyikan raut ketakutannya. "Kau tidak mau memberitahu ku kemana kau pergi?" Haechan kembali mengeluarkan suara yang sama seperti tadi. Yuta merapalkan doa memohon kepada penguasa langit untuk menolongnya dari pemuda yang menakutkan ini.
"Ak-aku hanya.. Ja-jalan jalan sebentar" jawabnya dengan tergagap.
Haechan memiringkan wajahnya "jalan jalan?" Ulangnya. Yuta mengangguk cepat. "Dengan siapa?" Masih dengan nada bicara yang sama. "Sen-sendiri" balasnya. "Kenapa?"
"A-aku bosan disini!" Yuta mencoba untuk memberanikan dirinya. "Kenapa tidak menghubungi ku? Kau bisa meminta pelayan untuk memberikan nomor ku, tapi kenapa kau malah kabur seperti ini? Mencoba untuk menjadi kucing nakal, hm?"
"Aku takut kau sibuk di kampus, itu lah kenapa aku tidak menghubungi mu"
Haechan menghela nafasnya, melipat kedua tangan didepan dadanya "sesibuk apapun aku, jika kau yang menghubungi, aku akan langsung datang padamu" kini nada bicara Haechan tidak terdengar menyeramkan seperti tadi.
Yuta tidak menjawab. Ia menundukkan kepalanya dan bermain main dengan ujung bajunya. Haechan melihat jalan kabur Yuta yang menggunakan kain sprei yang diikat seperti tali, menjuntai kebawah. Lalu kembali menatap ke arah Yuta.
"Malam ini kau akan menerima hukuman mu, jadi persiapkan dirimu dan jangan ulangi lagi"
Mendengar itu, tubuh Yuta semakin terasa ringan. Ia ingin menolak dan mendebat ucapan pemuda tan itu begitu ia mengangkat wajahnya, tapi Haechan sudah terlebih dahulu pergi meninggalkan kamarnya. Yuta jadi tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang, ingin mengadu pada sang ibu, tapi ia takut sesuatu hal yang lebih buruk menimpa dirinya.
Malamnya, di acar makan bersama. Yuta terlihat tidak begitu nafsu dengan makannya, ia hanya memainkan makanan itu dengan garpunya. Dan hal itu mengundang atensi si kembar.
"Kau tidak suka makanan mu?" Tanya Jaemin.
Yuta mengangkat wajahnya, menatap ke arah Jaemin berada. Wajahnya yang lesu membuat Jaemin menjadi khawatir "kau kenapa? Tidak enak badan?"
Yuta segera menggelengkan kepalanya "aku sehat, hanya saja..." Yuta menggantungkan ucapannya dan melirik kearah Haechan yang kembali sibuk dengan makanannya.
Jaemin melihat kemana mata Yuta itu, dan ternyata melihat ke arah kembarannya. Disitu Jaemin mulai paham dengan kondisi Yuta saat ini. Ia dengan segera menyelesaikan makannya dan bergegas meninggalkan kembarannya bersama dengan Yuta.
Yuta melihat kepergian Jaemin, membuatnya semakin lesu ditambah dengan jantungnya yang semakin berpacu lebih cepat. Dan tanpa disadari, Haechan telan berdiri di samping Yuta. Membuat pria sakura itu terperanjat saat kepalanya menoleh. Yuta mengangkat wajahnya, mendapati Haechan dengan seringaian penuh arti.
Haechan melepaskan garpu dari tangan Yuta. Pria sakura itu tidak bisa berkutik sama sekali. Setelah itu Haechan menggendong Yuta layaknya pengantin dan membawanya ke kamar Yuta.
![](https://img.wattpad.com/cover/326399104-288-k18937.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother Na Yuta
FanficSi kembar yang tak terima jika Yuta menjadi kakak tiri mereka.