38

354 20 1
                                    

Film yang ditonton hari ini menunjukkan akhir yang sedih, membuat Yuta menjatuhkan air matanya. Jeno yang mendapati sang istri mengusap wajahnya itu terkekeh gemas, "kau menangis ?" tanyanya.

"Kenapa dia begitu jahat sekali? Padahal kan kekasihnya sudah melakukan apapun untuk dirinya," balas Yuta di sela sela isak tangisnya.

"Itu hanya film, Yuta"

"Tapi meski itu hanya film kan, tetap saja ..." kata Yuta yang tak sanggup menyelesaikan ucapannya, sembari menatap sang suami dengan kedua matanya yang sembab.

Kembali Jeno mengeluarkan kekehan kecilnya. Sungguh, Yuta terlihat begitu menggemaskan.

Yuta kembali menatap ke arah televisi yang tengah menunjukkan rangkaian nama dari yang film ia tonton. Isakan tangisnya pun berangsur angsur berhenti, menyisakkan kedua matanya yang merah dan sembab.

Berbagai rangkaian genre film, telah mereka tonton. Mulai dari yang horor, comedy, romance, slice of life, dan lain sebagainya. Namun, meski mereka sudah menghabiskan waktu dengan menoton film di dalam rumah, situasi diluar masih tetap sama. Dan waktu menunjukkan sore hari.

Hujan, masih mengguyur perumahan ini. Walau tidak sederas tadi pagi.

"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" tanya Yuta, setelah dirasa sudah tenang.

Lengan kekar Jeno terangkat, merangkul sang istri dengan begitu posesifnya. "Apalagi, tentu melalukan kegiatan rutin kita," jawabnya.

"Kegiatan rutin?" Kepala Yuta menoleh, sehingga mereka saling bertatapan. "Kegiatan apa?"

Jeno mendekatkan wajahnya, membuat ujung hidung mereka saling menempel, "tentu saja kegiatan diatas ranjang panas kita, sayang"

Yuta menjauhkan wajahnya, menatap kesal wajah suaminya yang menunjukkan senyum penuh arti itu. "Kau memang berotak mesum, Jeno!"

Bukannya tersinggung, Jeno malah mengeluarkan kekehan tawanya.

Yuta melepaskan rangkulan suaminya, bengkit dan berjalan mendekati jendela yang terdapat titik air hujan. Yuta menatap kearah luar yang memperlihatkan hujan yang tak kunjung berhenti.

Langit yang terutup awan hitam itu, membuat seakan sudah malam hari. Matahari sedikitpun tak nampak dilangit. Dedaunan dari pohon pohon rindang itu, saling bergoyang sebab angin berhembus dengan kencang.

Melihat keadaan luar yang tidak terlalu buruk menurutnya, terbesit sesuatu dalam benak Yuta. "Sepertinya hujan hujanan tidak buruk juga," gumamnya.

Yuta menolehka kepalanya kearah suaminyaa berada yang masih di posisinya. "Jeno, ayo kita hujan hujanan!" ujarnya yang terdengar begitu antusias.

Belum sempat Jeno mengeluarkan sepatah katanya, Yuta sudah terlebih dahulu berlari kearah pintu dan keluar dari rumah ini. Jeno segera mengejar istrinya yang sudah berada dihamparan rumput dibawah guyuran air hujan.

Jeno berdiri di teras rumahnya dengan raut khawatir yang tidak dapat disembunyikan. "YUTA, KAU BISA DEMAM JIKA HUJAN HUJANAN!" seru Jeno, berusaha mengalahkan suara hujan.

Berkat hujan yang dirasa kembali deras, Yuta tak dapat mendengarkan seruan suaminya. Yuta menghadap ke arah Jeno yang masih berada diteras rumahnya. "JENO, INI SANGAT MENYENANGKAN!"

Yuta berputar putar sembari mengangkat wajahnya ke langit, menikmati air hujan yang membasahi dirinya. Seolah Yuta berdiri dibawah shower mandinya.

Melihat sang istri yang begitu menikmati guyuran hujan, membuat Jeno tidak bisa memaksanya untuk kembali. Senyum terukir diwajah Jeno yang masih khawatir. Lalu, pria april itu kembali masuk kedalam rumah untuk mengambil payungnya.

Step Brother Na YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang