54

261 18 0
                                    

Pagi ini tengah disibukan dengan acara sarapan bersama. Dentingan sendok mengiringi, bersamaan dengan senda guraunya ibu dan anak itu. Semua berjalan biasa saja, seperti tidak pernh terjadi sesuatu.

Setelah meceritakan apa yang dialaminya, Yuta meminta kepada suaminya untuk tidak menceritakan apapun pada orang tuanya. Ia tak ingin mereka khawatir hanya karena sebuah cerita mimpi buruknya.

Selepas sarapan, Jeno berpamitan kepada mertua dan istrinya untuk pergi bekerja. Lalu berselang 2 jam kemudian, tuan Na pun juga berpamitan dengan istri dan anaknya.

Sampai di perusahannya, Jeno disambut langsung oleh manager keamanannya. "Selamat pagi, pimpinan Lee," sapa manager Bae, ramah.

Jeno pun membalas sapaan itu, "hm, selamat pagi juga, manager Bae"

Lalu mereka berdua berjalan beriringan menuju ruangan Jeno. Sesampainya di sana, Jeno langsung duduk di kursi dan Irine, berdiri di hadapannya yang terhalang meja kerja.

"Ponsel istri anda sudah siap, pimpinan," kata Irine, membuka percakapan mereka berdua.

"Oh ya?"

Irine memasukkan tangannya kedalam saku, meraih ponsel yang ia simpan didalam sana lalu diserahkan pada pimpinannya. Ponsel itu di letakkan di atas meja. "Semua isi yang ada didalam, sudah sesuai dengan isi yang ada di ponsel istri anda yang lama. Bahkan nomornya kami sama kan agar istri anda tidak curiga, dengan sistem keamanan kami, nomor itu tidak akan bisa di lacak dan disadap kembali," kata Irine, menjelaskan.

Jeno mengambil ponsel baru untuk istrinya. Melihat setiap detail agar Yuta tak menyadari kalau ponselnya itu adalah barang baru. "Hm, ini persis seperti ponsel lamanya," Jeno menyalakan ponsel itu dan melihat lihat kedalam isinya.

Semua file seperti aplikasi, foto, video, dan nama kontak, sudah terisi persis seperti di ponsel lama Yuta. "Kerja bagus, manager Bae, dengan begini Yuta pasti aman dari jangkauan mereka"

"Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga anda dan istri anda, pimpinan"

Jeno tersenyum mendengar ucapan Irine barusan. "Terimakasih, manager Bae. Aku tidak akan melupakan semua jasa jasa mu"

Bersamaan dengan selesainya percakapan antara pimpinan dan manager keamanan, terdengar sebuah suara ketukan pintu.

Tok!
Tok!
Tok!

Kemudian pintu itu terbuka, menampilkan sosok sekretarisnya dengan penampilan yang serba hitam. Seperti biasa.

Jaehyun berjalan mendekat, lalu berhenti di samping Irine. Jaehyun membukuk sebentar. "Maaf pimpinan Lee, saya terlambat," katanya dengan pandangan jatuh kebawah.

"Tidak apa apa, kau tidak terlalu terlambat," balas Jeno.

"Kalau begitu, pimpinan Lee, saya pamit undur diri," ujar Irine.

"Baiklah"

Irine membungkuk, lalu ia berbalik dan melangkah keluar dari ruangan ini. Menyisahkan sekretaris dan pimpinan di ruangan ini.

"Jadi, apa kegiatan ku hari ini?" Tanya Jeno, pada sekretarisnya itu.

Jaehyun meyalakan tabletnya, untuk membacakan rangkaian acara pada hari ini untuk pimpinannya. "Hari ini jadwal anda tidak terlalu padat, hanya akan ada dua pertemua dengan pemegang saham dan dewan direksi." Kata Jaehyun menjelaskan kegiatan hari ini.

Jeno diam sembari memperhatikan sekretarisnya ini yang masih terus berbicara, sampai sampai ia mendapati sesuatu yang berbeda darinya.

"Pertemuan pertama dengan pemegang saham akan dilaksanakan pukul 10 pagi ini, bertempat di restoran Tamayura. Sedangkan untuk pertemuan dengan dewan direksi diadakan setelah jam makan sian bertempat di kantor kita sendiri."

Step Brother Na YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang