64

148 13 1
                                    

Di perjalanan menuju rumah sekretarisnya, Jeno mampir terlebih dahulu ke beberapa toko, seperti apotek untuk membelikan obat obatan, ke toko swalayan untuk membeli beberapa bahan makanan, dan setelah itu Jeno melanjutkan perjalanannya menuju ke sana.

Setelah melewati perjalanan cukup panjang, Jeno akhirnya samapai di gedung apartemen Jaehyun. Jeno memarkirkan terlebih dahulu mobilnya, dan sesudah itu ia berjalan ke arah pintu berkaca dan mask. Kedatangan Jeno disambut oelh salah satu petugas keamanan.

"Selamat pagi, ada yag bisa saya bantu?" ucapnya.

"Ah, saya ingin menjenguk kawan saya," jawab Jeno.

"Kalau boleh tahu, siapa kawan anda?"

"Jaehyun ... Jung Jaehyun!"

Setelah melalui beberapa pengenalan diri serta pengecekan, akhirnya Jeno dipersilahkan untuk mendatangi unit Jaehyun. Unit tempat Jaehyun tinggal berada di lantai 5, jadi Jeno harus menggunakan lift untuk sampai sana.

Setelah sampai di depan pintu unit apartemen Jaehyun, Jeno menekan bel sebagai tanda kedatangannya. Namun, bel-nya tak mendapat respon apapun dari dalam. Jeno menekan lagi bel itu terus menerus tapi tetap tak ada jawaban.

Karena tak kunjung ada tanda tanda pintu akan dibuka, Jeno mengambil ponsel yang ada dalam saku. Jeno mencari nomor Jaehyun, siapa tahu dengan cara ini, akan mendapatkan respon.

Pada percobaan pertama, telepon Jeno tak terjawab dan ia mencobanya sekali lagi. Tak terjawab lagi, dan mencobanya terus menerus sembari menekan bel.

Saat Jeno sibuk melakukan itu semua, Jaehyun yang berada didalam pun mulai terganggu akan suara bising yang memekikkan indra pendengarannya. Jaehyun mengerang rendah menahan sakit kepalanya.

Jaehyun bangun dari tidurnya dengan rasa mual pada perutnya. Lelah dan lemas, itu pula yang dirasa si valentine. Jaehyun duduk sebentar dari rebahannya di sofa untuk meredakan rasa yang tak nyaman ini.

Suara bel rumahnya terus berbunyi, membuat kepalanya semakin terasa pening, ditambah getaran pada ponsel di sakunya. Jaehyun mengambil ponselnya, untuk melihat siapa yang telah mengganggu tidurnya.

Pada pandangan pertama Jaehyun hanya melihat layar yang buram, sampai tak lama pandangannya kembali jernih, barulah Jaehyun membaca sebuah nama yang muncul di layarnya lalu menghilang.

Jaehyun mengutak atik ponselnya untuk melihat siapa yang menelponnya barusan. "Jeno? Kenapa dia menelpon ku?" tanyanya pada diri sendiri dengan suara parau.

Kembaki terdengar suara bel dan Jaehyun mau tidak mau harus segera beranjak dari tempatnya. Sebelum mencapai sebuah pintu, Jaehyun menatap layar intercome-nya yang dapat menunjukkan siapa yang telah menekan bel rumahnya.

"Jeno?"

Pada detik pertama, Jaehyun tak mengetahui kenapa pimpinannya datang kemari. Lagipula tak biasanya Jeno datang berkunjung. Di sekian menit berikutnya, Jaehyun terdiam sesaat, lalu ia beralih pada ponselnya yang kembali bergetar.

Nama Jeno kembali muncul di layar ponselnya, tak hanya itu, di ponsel itu juga menunjukkan sebuah jam dengan angka 10.45 dan barulah Jaehyun memahami situasi saat ini. Kedua mata Jaehyun seketika terbuka lebar, begitu pun dengan mulutnya yang langsung ditutupi dengan tangannya.

Jaehyun pun jadi kewalahan. Ia sampai tak berani mengangat telpon dari pimpinannya. "Bagaimana ini?!" Panik, Jaehyun melangkah mundur sampai kakinya mengenai sebuah kaleng.

Suara kaleng itu mengalihkan perhatian Jaehyun, ia pun melihat keadaan rumahnya yang jauh dari kata rapi. Bahkan Jaehyun pun masih mengenakan baju yang kemarin ia pakai, dan karena ini ia semakin kacau-balau.

Step Brother Na YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang