Setelah selesai berurusan dengan mencuci piringnya, Yuta kembali melangkahkan kakinya ke kamarnya. Ia langsung merebahkan dirinya, menyembunyikan tubuhnya dibalik selimut yang tebal.
Yuta mencoba untuk menepis bayang bayangnya bersama calon adik tirinya tadi di dapur. Ia tak ingin mengingat setiap sensasi yang menggelitiknya melalui ciuman mereka.
Demi mengusir ingatan kejadian tadi, Yuta meraih ponselnya yang tergeletak di meja nakas. Saat hendak mengambil benda pipih berbentuk persegi itu, Yuta melihat sebungkus biskuit yang belum ia buka sama sekali.
Yuta tak jadi mengambil ponselnya, ia malah meraih bungkusan biskuit itu. Yuta menatapnya sebentar, membaca brand yang tertulis di bungkusannya. Kemudian Yuta membuka nya. Di dalam bungkusan itu, terdapat dua biskuit. Satu bungkus, terisi dua biskuit.
Yuta mengambil satu, menggigitnya sedikit untuk mencicipi rasanya. Biskuit itu terasa sangat enak dan renyah begitu Yuta mengunyah nya. Dirasa pas di lidahnya, Yuta melahap habis biskuitnya hingga tak tersisa.
Kini biskuit itu telah habis dimakannya. Yuta menatap sendu bungkusan biskuit yang telah kosong itu, ia menghela nafasnya lalu menaruh bungkusan itu di atas nakas, lalu langsung mengambil ponselnya. Yuta kembali merebahkan tubuhnya dengan posisi miring hingga tubuhnya mengarah pintu kaca yang masih tertutup tirai besar kamar itu.
Yuta menyalakan ponsel nya, ingin melihat berita terbaru tentang ibunya. Namun, tak ada satupun pesan yang ibunya kirim. Kemarin adalah pesan terakhir dari ibunya.
Terdiam sebentar, akhirnya Yuta memutuskan untuk mengirimkan pesan untuk ibunya terlebih dahulu.
Ibu🌸
Ibu, kapan kau akan kembali? Aku mau pulang ke rumah sekarang.
Setelah itu, Yuta kembali menutup ponselnya dan menaruhnya di samping bantal. Yuta merubah posisinya menjadi terlentang, hingga pandangannya menatap langit langit kamarnya.Di Rumah yang begitu besar, megah, dan mewah ini yang di rasakan Yuta hanyalah sepi. Ia kesepian juga ketakutan mengingat kejadian semalam. Yuta meringkukkan tubuhnya ke sisi satunya, menahan isak tangis agar tak didengar oleh dirinya sendiri.
Karena jika itu terjadi, ia akan larut dan tenggelam dalam nestapa nya.
Beberapa menit setelah air mata Yuta berderai, suara dentingan ponsel membuyarkan tangisnya. Yuta segera membalikkan tubuhnya, dan meraih benda pipih persegi itu.
Dilihat nya nama yang ia nantikan, Yuta mengembangkan senyumannya dan langsung menekan nama itu yang membawanya ke sebuah ruang obrolan antara dirinya, beserta ibunya.
Ibu🌸
Ibu, kapan kau akan kembali? Aku mau pulang ke rumah sekarang.
Maaf Yuta, ibu lupa mengabari mu. Ibu akan kembali lusa besok, calon ayah mu benar benar tak ingin berpisah dengan ibu😅Maafkan ibu ya~
Bertahanlah sebentar di sana, setelah itu kita akan kembali pulang.Membaca pesan dari sang ibu, tentu Yuta tak membuatnya senang. Seketika wajah senyumnya luntur, lantaran harus terjebak di rumah besar ini lagi sampai lusa. Yuta kembali mematikan ponselnya, tak berniat membalas pesan sang ibu.
Yuta kembali pada posisi meringkuk nya seperti tadi sembari menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. Yuta merasa kesal kepada calon ayahnya yang tak segera membawa sang ibu kembali pulang kepadanya.
Air mata kembali mengalir membasahi pipi, hingga Yuta berangsur-angsur terlelap dalam tidurnya.
Sementara itu, dilain tempat. Di mana seorang wanita yang usianya tak lagi muda tapi tak melunturkan kecantikannya, menatap ke arah luar jendela dengan raut wajah yang sedih. Hingga tiba tiba sebuah pelukan dari belakang mengejutkan dirinya.
"Kau membuatku terkejut!"
Tak membalas ucapnya, orang itu terlebih dahulu mengecup ceruk leher wanita yang berada dalam pelukannya.
"Kenapa kau terlihat sedih? Tak suka dengan rumah ini?" tanyanya.
"Bukan seperti itu, aku hanya memikirkan Yuta"
"Kenapa dengan Yuta?"
"Dia memintaku untuk segera pulang"
Mendengar sebuah kesedihan yang tersirat dalam ucapannya, seorang pria dengan marga Na membalikkan tubuh wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu menghadap ke arahnya.
Senyum ia tunjukan, dengan harap dapat menenangkan pasangannya "dia pasti sudah tidak betah satu atap dengan kedua anak iblis itu" guraunya, yang malah mendapat pukulan ringan di dadanya.
Tuan Na merintih kesakitan "akh... Sakit" ucapnya dengan raut yang di melas kan.
"Kedua anak iblis yang kau maksud itu anak mu, Tuan Na! Jika mereka iblisnya itu berarti mereka titisan dari mu!"
Bukannya kesal, Tuan Na malah menunjukkan kembali senyumannya. Membuat kesal kekasihnya adalah salah satu hobinya, karena melihat calon istrinya yang begitu kesal kepadanya sangat terlihat menggemaskan.
"Iya, kau benar! Aku adalah raja iblis yang akan menikahi malaikat cantik dalam kurun waktu dekat ini" ucapnya sembari menempelkan pucuk hidungnya dengan wanitanya.
Dan Yui tertawa mendengarnya membuat Tuan Na, turut tertawa juga.
Kedua pasangan yang akan menikah itu tertawa bersama dan kembali berjibaku dalam keromantisan mereka di rumah yang akan mereka tinggali itu setelah menikah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother Na Yuta
FanfictionSi kembar yang tak terima jika Yuta menjadi kakak tiri mereka.