53

219 24 0
                                    

Malam harinya, Jeno dan Yuta mendatangi tempat yang begitu terkenal bagi para pelancong di seluruh dunia, yaitu menara Namsan Seoul. Banyak pengunjung yang mendatangi tempat ini bersama pasangannya karena suasana yang sejuk dan romatis.

Yuta berdiri tepat dekat pembatas, memandang kota Seoul yang begitu indah saat malam hari. Beruntung langit tidak mendung, sehingga bintang bintang terbentang nampak di langit.

"Indahnya", ujar Yuta yang menggunakan ahasa ibunya.

Jeno merangkul pundak istrinya. "Tapi tidak seindah dirimu, Yuta", sahut Jeno, menggunakan bahasa yang sama.

Yuta menoleh dengan raut datarnya, membuat pandangan mereka saling bertemu. "Kau terlalu memuji ku, jelas jelas pemandangannya lebih indah!"

Kepala Jeno menggeleng, menyangkal ucapan istrinya. "Dimata ku, tetap kau yang terindah"

"Sepertinya, kau harus memeriksa kedua matamu"

"Kenapa? mata ku baik baik saja"

"Kalau baik baik saja, kau pasti akan mengatakan pemandangannya yang sangatlah indah"

Kembali kepala Jeno menggeleng. "Menurutku kau yang lebih indah, apalagi saat kau tersenyum, membuatku jatuh cinta lagi padamu"

Mendengar itu, seketika senyum mengembang di wajah Yuta. "Benarkah?"

"Hm," Jeno mengangguk. "Tidak akan ada yang bisa membuatku berpaling dari mu termasuk pemandangan indah apapun"

Yuta melontarkan pukula ringan di dada suaminya. "Kau bisa saja, kau terlalu berlebihan!"

"Biarkan saja aku berlebihan, karena aku mengatakan yang sebenarnya"

Setelah meghabiskan waktu bersama, kini saatnya bagi mereka untuk kembali. Namun, bukan rumah mereka yang menjadi tujuan pulang, melainkan rumah kedua orang tua Yuta. Yuta mengatakan pada Jeno, kalau dia sangat merindukan ibunya dan ingin mampir kerumahnya.

Tentu saja Jeno tidak bisa menolak permintaan istrinya, karena apapun yang Yuta minta, Jeno pasti akan mengabulkannya.

Sesampainya mereka di depan kediaman Na yang mewah, kedatangan mereka langsung disambut oleh tuan rumah ini. Yui membntangkan kedua tangannya begitu Yuta keluar dari mobil. Memeluk anak semata wayangnya.

Pelukan ibu dn anak itu terlepas, "Ibu sangat menantikan kedatangan mu di sini, Yuta", ujar Yui dengan senang.

"Setela menghabiskan waktu di luar, Yuta pun jadi merindukan ibu, makanya kami mampir ke sini"

Yui sedikit tersentuh mendengarnya, "apa kalian sudah makan? Kebetulan ibu masak banyak"

Seketika Yuta jadi antusias mendengarnya, "Kebetulan sekali, Yuta sangat lapar"

Langsung saja, ibu dan anak itu masuk terlebih dahulu menyisakan tuan Na dan Jeno. Hendak tuanNa melangkahkan kakinya masuk kedalam, tapi lengannya di tahan oleh Jeno. Tuan Na berbalik, menghadap menantunya.

"Apa anda sudah menyingkirkan semua yang berkaitan dengan si kembar?" tanya Jeno. Sebelum tiba di tempat ini, Jeno sudah terlebih dahulu meminta mertuanya untuk menyingkirkan semua yang berkaitan dengan si kembar.

"Kau tak perlu khawatir, Yuta tidak akan menemukan sedikitpun tentang kedua anakku", jawab tuan Na.

"Baguslah kalau begitu, saya hanya ingin memastikannya saja"

"Tanpa kau meminta pun, aku pasti akan menyingkirkan semua yang berkaitan dengan kedua anakku, karena aku tahu, itu malah akan membuat Yuta kembali terluka, aku tidak mau itu terjadi"

Step Brother Na YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang