Malam yang panas itu berlalu, berganti dengan pagi menyambut hari dengan damai. Kedua insan itu masih bergelung dibawah selimutnya, mengabaikan kicauan burung di luar sana.
Perlahan Yuta membuka matanya, dan ia langsung mendapati dada bidang yang sudah dipastikan milik suaminya. Yuta mengangkat wajahnya, menatap wajah orang yang dicintainya masih terlelap dalam tidurnya.
"Yuta... kau milikku..."
Yuta terkekeh begitu mendengar Jeno yang mengigau. Satu tangan Yuta terangkat menyentuh pipi tirus Jeno. "Jeno, bangun. Sudah pagi," kata Yuta dengan lembut.
Jeno bukannya membuka kedua matanya, pemuda april itu malah mengerang dan semakin mengeratkan pelukannya pada Yuta. "5 menit lagi," jawab Jeno dengan suaranya yang parau.
Yuta diam saja begitu merasakan pelukan Jeno yang semakin erat, ia pun juga tidak mempermasalahkannya. Yuta turut membalas pelukan Jeno, menyamankan dirinya di dalam sana.
"Hari ini enaknya kita melakukan apa?" tanya Yuta.
Jeno terdiam sesaat, sedikit membuka matanya. "Bermalas malasan di kasur," jawab Jeno, asal.
Yuta berdecih, "cih, dasar orang pemalas! Bagaimana bisa aku jatuh cinta dengan orang pemalas seperti mu?"
Jeno tertawa kecil mendengar ucapan istrinya tadi. Jeno menundukkan wajahnya, hingga kedua matanya bertemu dengan mata cantik istrinya. "Itulah yang dinamakan jodoh," jawab Jeno.
"Kau tipe orang yang tidak bisa diam, bertemu dengan orang pemalas seperti ku, bukan kah kita terdengar sangat cocok?"
"Itu hanya menurut mu saja, tidak dengan ku"
"Kalau begitu, kenapa kau mau dengan orang pemalas seperti ku?"
"Karena uang mu banyak!"
Mendengar jawaban yang tidak terduga dari Yuta, membuat Jeno ingin melahap istrinya. Lantaran Yuta mengatakannya dengan wajahnya yang tersenyum lebar, menunjukkan rentetan gigi putihnya, juga mata besarnya itu yang ikut tersenyum. Terlihat begitu menggemaskan bagi Jeno.
"Kau ini!" Jeno memberikan serangan berupa ciuman di seluruh wajah Yuta, sembari jari jarinya bergerak aktif menggelitik tubuh Yuta.
"Jeno, geli!"
Yuta berusaha menghindar, tapi Jeno menahannya dengan memeluk semakin erat. Jeno terus menciumi setiap inci wajah Yuta dan lehernya hingga berakhir Jeno berada di atas tubuh Yuta. Memenjarakan istrinya di antara kedua tangannya.
Satu tangan kekar Jeno terangkat mengusap lembut pipi Yuta. Memandangi wajah cantik orang yang dicintainya dengan begitu dalam, menghapus jarak hingga kedua ujung hidung mereka saling menempel.
"Aku mencintai mu, Yuta"
Yuta mengalungkan kedua tangannya di perpotongan leher Jeno. "Aku juga mencintai mu, Jeno"
Lalu keduanya saling menautkan bibir mereka, dan memperdalam ciuman mereka. Menyambut pagi dengan kemesraan mereka.
Terdengar suara mendesis dari papan penggorengan berwarna hitam. Tangan terampilnya menggunakan peralatan dapur mulai bergerak memotong sayuran yang akan dimasak dan dibumbui untuk dijadikan santapan pagi ini.
Yuta mahir dalam hal memasak, meski tidak seenak buatan ibunya. Setelah jadi, Yuta menghidangkan masakannya di atas meja makan. Sambil menunggu suaminya yang belum keluar dari kamar, Yuta juga menyiapkan jus jeruk untuk menemani sarapan mereka.
Setelah selesai membersihkan diri, Jeno keluar dari kamar menuju dapur. Di sana ia mendapati istrinya yang tengah sibuk membuat jus. Jeno mendekat dan memeluknya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother Na Yuta
FanfictionSi kembar yang tak terima jika Yuta menjadi kakak tiri mereka.