32

391 26 2
                                    

"Maaf jika selama ini aku diam diam mengawasi tanpa sepengetahuan mu. Itu ku lakukan karena aku benar-benar takut kehilangan mu, Yuta. Aku tidak ingin melepaskan mu walau hanya sebentar saja"

"Jeno, kau ternyata orang yang mengerikan," ujar Yuta ngeri, membuat pandangan Jeno jatuh kebawah.

"Maafkan aku"

Tangan Yuta terulur-mengusap lembut pipi kekasihnya, menatap lembut wajah kekasihnya. "Tapi meski begitu, kau menunjukkan bahwa cinta mu padaku sangat begitu besar, kan?"

Jeno mengangguk.

"Aku rasa tidak masalah jika kau melakukannya untukku, karena berkat mu, aku selamat. Dan karena itu juga, aku jadi tahu kau akan datang padaku kapanpun dan dimanapun di saat aku membutuhkan mu"

Yuta mendekat dirinya lebih lagi pada Jeno sampai tidak ada jarak diantara mereka. Yuta memeluk tubuh Jeno dengan begitu eratnya, "teruslah seperti ini, karena dengan begitu aku tidak perlu khawatir kau akan berpaling dari ku. Dan aku pun jadi tahu bahwa kau sangat sangat dan hanya mencintai ku saja"

Jeno membalas pelukan Yuta tak kalah eratnya. Jeno merasa sangat berterima kasih pada sang penguasa langit karena telah dipertemukan dengan Yuta. "Setelah kau sembuh dan keluar dari rumah sakit, ayo kita menikah," ucap Jeno yang di angguki oleh Yuta. Lalu Jeno mengecup ujung kepala Yuta dengan begitu dalamnya.

Kemudian di malam yang tenang dan damai ini sepasang kekasih itu terlelap diatas kasur yang sama. Menyelami dunia mimpi dimana hanya ada mereka berdua saja.

Malam telah berlalu, kini berganti dengan mentari yang menerangi bumi. Haechan dan Jaemin kini tengah diobati oleh dokter langganan tuan Na. Yui juga turut membantu dokter itu menyiapkan segala yang dibutuhkan dokter tersebut. Melihat bagaimana si kembar menahan sakit membuat Yui turut merasakannya, ia benar-benar tidak bisa memaafkan tindakan suaminya yang telah menyiksa kedua anaknya ini.

"Itu pasti perih sekali," lirih Yui yang fokus melihat proses pengobatan Haechan dan Jaemin. Yui terus meringis begitu kapas yang sudah basah akan obat luka mulai menempel ditubuh si kembar.

"Yang diobati Haechan dan Jaemin, tapi kenapa malah kau yang kesakitan," ujar tuan Na tanpa melirik ke arah istrinya yang berdiri di sebelah.

Yui melirik tajam pada tuan Na, lalu melayangkan pukulan di lengan kekar suaminya, "bisa bisanya kau melakukan hal sekejam ini pada anak kita!" kata Yui di sela sela aksi memukulnya yang kemudian dihentikan. Yui menatap tajam tuan Na, yang dibalas dengan tatapan melas.

Tuan Na hanya bisa menahan sakit pukulan istrinya sambil mengusap usap lengan kekar yang menjadi sasaran Yui, "sakit" rengek tuan Na.

"Rasakan itu!"

Dokter yang telah menyelesaikan mengobati luka si kembar melangkah mendekat, "saya telah selesai mengobati mereka, selanjutnya hanya perlu perawatan dan obat penghilang rasa sakit. Saya telah menuliskan resepnya," dokter itu menyerahkan selembar kertas berisikan resep.

Yui menerima kerta itu, "terimakasih dokter, saya akan merawat mereka dengan baik dan memastikan mereka minum obatnya," ucap Yui.

Dokter itu mengulas senyum ramah diwajahnya, "baiklah kalau begitu, saya pamit undur diri"

"Mari dokter, saya antar ke depan," jawab tuan Na. Sementara ini ia ingin menghindari istrinya yang mungkin akan mengamuk lagi setelah ini.

Kemudian dokter dan tuan Na pergi meninggalkan kamar ini, menyisakan Yui dan si kembar. Yui mendekat, menatap prihatin kedua anak tirinya. "Kalian pasti lapar, ibu akan mengambilkan makanan untuk kalian," Yui melangkah keluar.

Namun saat Yui mulai mendekati pintu, Haechan menghentikan langkah Yui. "Anda tidak perlu berbelas kasihan pada kami," kata Haechan. Yui membalikkan tubuhnya menghadap pada si kembar.

Step Brother Na YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang