56

215 19 1
                                    


Matahari baru saja terbit, sinar hangatnya menembus tirai pintu kaca balkon, membawa cahaya masuk kedalam kamar. Udara segar pagi hari masuk melalui celah pintu yang sedikit terbuka, membawa aroma embun yang menyegarkan. Kicauan burung yang riang terdengar dari kejauhan, menambah ketenangan suasana.

Di dalam kamar, kedua tubuh anak adam itu masih terasa hangat di bawah selimut, namun salah satu dari mereka perlahan mulai bergerak, mengusir sisa-sisa kantuk.

Dengan sedikit tarikan napas dalam dan peregangan, tubuhnya merasa lebih segar.

Yuta mendudukkan posisinya tanpa menganggu tidur sang suami yang masih terlelap nyenyak, lalu ia beranjak dari sana menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

Tak lama kemudian Yuta kembali kelur dari kamar mandi dengan wajah yang sudah terasa segar. Yuta kembali mendekat ke kasurnya untuk membangunkan suaminya yang masih tidur.

"Sayang, bangun, sudah pagi," ujarnya dengan suara lembut yang enak didengar. Tapi, yang dibangunkan tk menunjukkan tanda tanda akan membuka kedua matanya.

Tak berhenti begitu saja, Yuta mulai menggoyang goyangkan tubuh suaminya. Berharap dengan cara itu dapat membangunkannya. "Jeno ... bangun ..."

Tidur Jeno mulai terusik dan perlahan keddua matanya terbuka. "Yuta ..." Jeno memanggil dengan suara parau khas bangun tidur. Jeno meregangkan tubuhnya, menarik otot otot yang terasa kaku. "Lima menit lagi ... beri aku lima menit saja untuk tidur lagi ..."

"tidak bisa!" Yuta menarik selimut tebal yang menutupi seluruh tubuh suaminya. Menampilkan tubuh kekar suaminya. "Kau harus pergi bekerja, Jeno, kau bisa terlambat nanti!"

Mendengar itu mau tidak mau Jeno harus bangun, ia mendudukkan posisinya meski kedua matanya masih tertutup rapat. Rambut acak acakan itu sangat mendukung keadaannya yang masih mengantuk.

Melihat suaminya tak kunjung turun dari kasur membuat Yuta jadi sedikit gemas. "Kalau kau tidak segera turun dari kasur aku akan menendang mu!"

Ancaman yang didapat dari istrinya itu tak membuat Jeno bergidik sedikit pun, malah ia mengangkat wajahnya dengan kedua matanya yang masih tertutup dan senyum mengembang. "Jika kau yang melakukannya, aku rasa tidak masalah bagiku," ujarnya, santai.

Sungguh, Yuta semakin dibuat geram dengan tingkah suaminya pagi ini yang malah terus memancing emosinya. "Lee Jeno ..." panggil Yuta dengan nada rendah.

Kini dapat Jeno rasakan aura mencengkam yang menyeruak se isi kamar ini. Jeno segera membuka kedua matanya, dan ia langsung di susguhkan dengan istrinya menatap tajam ke arahnya. Langsung saja Jeno turun dari kasur dan berlari menuju kamar mandi.

Setelah sekian lama membujuk suaminya, Yuta akhrinya dapat bernafas dengan lega. "Harusnya dia menurut dari tadi, dasar!" gumam Yuta.

15 menit kemudian Jeno keluar dari kamar mandi, dan ia mendapati kamar yang kosong tanpa penghuni selain dirinya. Pakaian yang akan dikenakan untuk hari ini juga sudah ada di atas kasur. Jeno mendekat ke kasur yang di sana sudah ada pakaiannya. Helaan nafas keluar dari mulutnya. "Pagi pagi, bukannya dimanja, malah di acuhkan<" ujar Jeno, pada diri sendiri.

"Padahal kan aku cuman mau mendapatkan ciuman dari Yuta, menyebalkan!" Jeno mengenakan pakaiannya smebari menggerutu tak jelas mengenai istrinya. "Yuta menyebalkan!"

Disaat Jeno telah mengenakan pakaiannya, pintu kamar terbuka menampilkan Yuta berdiri diambang pintu. Senyum terukir di wajah Yuta lalu ia mendekat pada suaminya. "Wah, suami ku tampan sekali," kata Yuta, memuji penampilan Jeno.

Dari yang awalnya merasa kesal pada istrinya, setelah mendapat pujian darinya, Jeno langsung merasakan hatinya berbunga bunga. Membuat senyum mengembang di wajahnya. "Benar kah?" tanyanya yang senang.

Step Brother Na YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang