58

181 24 2
                                    

Malam pesta perayaan saat ini tengah berlangsung. Setelah menyampaikan sepatah dua kata oleh Jeno, para tamu yang hadir diperbolehkan menyantap hidangan yang telah disediakan.

Di halaman rumah, pesta perayaan berkilau dalam cahaya lentera yang menggantung di atas, seakan kunang kunang yang menari di antara tamu tamu. Gelak tawa dan suara obrolan bercampur dengan musik yang mengalun lembut, menciptakan harmoni kebahagiaan.

Taeyong berjalan mendekati sepasang suami istri yang tengah bercengkrama dengan salah satu tamu undangan. Dengan senyum merekah di wajahnya, Taeyong masuk kedalam obrolan mereka.

"Pesta yang meriah, bukan?" Ujar Taeyong, yang terdengar seperti membanggakan diri.

"Iya, aku tidak menyangka kalau pimpinan muda kita akan membuat pesta perayaan yang seperti ini," balas tamu undangan tersebut.

"Ini semua berkat direktur Lee," kata Jeno memuji mantan seniornya ini. "Kalau saja direktur Lee tidak mengusulkan pesta ini, saya juga tidak akan merayakannya"

Tamu undangan itu memasang raut terperengahnya, "kalau begitu, yang menyiapkan ini semua adalah anda, direktur Lee?"

Taeyong semakin mengembangkan senyumannya, sedikit mengangkat dagu untuk menunjukkan eksistensinya. "Tentu!" Katanya yang semakin bangga akan diri sendiri. "Khusus untuk pimpinan Lee, saya menyiapkan segala kebutuhan pesta ini"

Tamu undangan itu pun berdecak kagum atas ucapan Taeyong tadi. "Kalau begitu, jika suatu hari saya ingin mengadakan pesta, apakah saya bisa menghubungi anda?"

"Tentu saja!" Kata Taeyong sedikit meninggi. "Tapi akan ada tarifnya," imbuhnya.

Tamu undangan itu tertawa mendengar bagian akhir ucapan Taeyong. "Tidak masalah, yang penting anda mau membantu saya"

Taeyong pun tersenyum dan ia menenggak sedikit minumannya.

"Baiklah kalau begitu, saya akan bertemu dengan tamu yang lainnya," ujat tamu tersebut, pamit undur diri dari hadapan Taeyong, Jeno, dan Yuta.

Kini tinggalah mereka bertiga.

"Hyung, kau tidak bilang akan ada tarifnya untuk mengadakan pesta ini," kata Jeno, membuka percakapan mereka bertiga.

"Khusus untuk mu, aku tidak akan menarik biaya apapun!" Jawab Taeyong. Diam diam pria Juli ini melirik ke arah Yuta yang sejak tadi hanya diam di samping pimpinannya, hingga tak lama kemudian muncul sebuah ide dalam benaknya.

"Jeno, tadi aku memesan beberapa wine dan champagne, katanya mereka sudah ada di depan perumahan ini. Bisakah kau yang mengambilnya?"

Jeno terdiam sejenak, lalu ia menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku hanya akan menerimanya saja, kan?"

"Iya, cukup sebutkan nama ku dan mereka pasti akan langsung mengerti"

"Baiklah kalau begitu"

Jeno pun melangkah pergi, namun sebelum itu Taeyong menahannya terlebih dahulu dan pandangannya mengedar mencari seseorang. Setelah ketemu Taeyong menyerukan namanya. "JUNG JAEHYUN!" serunya sembari melambaikan tangannya.

Yang dipanggil segera datang menghampiri. "Ada apa?"

"Kau bantulah Jeno untuk menerima wine dan champagne yang ku pesan," kata Taeyong.

Jaehyun mengkerutkan dahinya, menatap curiga rekan kerjanya ini. "Kenapa tidak anda sendiri yang mengambilnya? Anda kan yang memesan?"

Mendengar itu, Taeyong pun mendekati sekretaris pimpinan ini dan membisik di telinganya. "Lakukan saja apa kata ku, ini juga demi diri mu!"

Step Brother Na YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang