15

1.3K 62 6
                                    

Diletakkannya tubuh Yuta secara perlahan di atas kasur dan Haechan langsung mengurungnya. Melihat Yuta berada dibawahnya, sungguh pemandangan yang begitu indah. Haechan mengusap wajah Yuta menggunakan punggung tangannya.

"Kau tidak perlu takut. Aku tidak akan menghukum mu dengan kasar" ujarnya.

Suara Haechan terdengar begitu menenangkan, membuat rasa takutnya perlahan menghilang. Usapan pada wajah si sakura itu, beralih mengusap bibirnya dengan lembut. "Kau mempunyai bibir yang indah" katanya. Lalu dipindahkan lagi ke hidung Yuta. "Hidung mancung mu sungguh menawan." Dan yang terakhir, disalah satu mata Yuta. "Dan matamu. Sangat mirip dengan mata ibu mu. Benar-benar sangat cantik. Membuat kami langsung terpesona padamu."

Yang dilakukan Yuta hanya bisa diam dan mendengarkan berbagai pujian yang dilontarkan untuk dirinya. Haechan mulai mendekat wajahnya dengan Yuta, mengikis jarak diantara mereka sampai kedua bibir saling bertemu.

Perlahan Haechan membuka mulutnya, lalu melumati bibir bawah Yuta. Memberikan usapan basah di sana. Haechan terus melakukannya, sambil menunggu Yuta membalas ciumannya. Tak berselang lama, Yuta turut menggerakkan bibirnya. Membalas usapan basah Haechan.

Merasa mendapatkan lampu hijau, Haechan melesakkan lidahnya kedalam rongga mulut Yuta. Mengabsen setiap rentetan gigi, sekalian melilitkan dan menghisap lidah Yuta cukup kuat. Haechan melakukannya secara berulang-ulang, dan saat pria tan itu memutuskan tautannya, muncul benang bening mengkilap dari kedua ujung lidah mereka.

Dapat Haechan lihat wajah Yuta yang sudah merona itu. Membuatnya mengukir senyuman diwajahnya. "Kau sangat cantik malam ini, Yuta" pujinya lagi, kemudian Haechan memberikan kecupan panjang di dahi Yuta.

Melepaskan kecupan itu dan kembali menatap Yuta. Satu persatu pakaian Yuta mulai dilepaskan, hingga kakak tirinya itu telah telanjang bulat. Menampilkan tubuh indah yang terdapat kissmark pemberian kembarannya.

Haechan tidak mempermasalahkan itu. Dipandangnya tubuh Yuta, Haechan meletakkan tangan besarnya di tubuh yang ramping penuh akan tanda kemerahan. Pelan, dan lembut. Dari atas sampai ke bawah. Memberikan sedikit rangsangan pada tubuh Yuta.

Tubuh Yuta mulai menggeliat setiap kali jari jemari Haechan menyentuh seluruh tubuhnya. Entah kenapa Haechan membuatnya tubuhnya menjadi terasa sensitif. "Ngghhh.. Haechannhhh.." Yuta mulai mengeluarkan lenguhannya.

Haechan bersorak-sorai dalam hati begitu mendengar lenguhan kakak tirinya. Beralih dari tubuh Yuta ke dua puting yang terlihat sudah mengeras. Haechan meraih dada datar si sakura. Meremasnya, lalu memelintir puting kecil itu.

"Aahh.."

Haechan semakin senang mendengarnya. Diraih dada Yuta menggunakan tangan yang satunya, dan memerasnya juga. Kemudian Haechan mulai mendekat, menjilat salah satu puting Yuta yang mengeras.

"Nngghhh..."

Haechan memainkan lidahnya di sana, dan berakhir menyesapi puting itu layaknya bayi yang kehausan. Yuta meremas rambut belakang Haechan, mencurahkan segala yang ia rasakan malam ini di sana.

"Nngghhh..."

Tak puas hanya memainkan satu puting, Haechan beralih ke puting lainnya. Membuat Yuta semakin menekankan kepala Haechan di sana. "Aaahhh..."

Puas dengan kedua puting setelah beberapa menit menghisapnya, Haechan kembali pada bibir Yuta yang menjadi candu baginya. Kembali memberikan usapan halus, dan memperdalam tautan mereka.

"Mmmpphhh..."

Lama kelamaan ciuman itu merambat ke telinga. "Ngghh.. " ke leher. "Haechanhh.." Dada. Perut. Dan yang terakhir, pusar Yuta. Haechan kembali menyamakan posisi di atas Yuta, kembali memandangi mata cantik itu yang terlihat sayu.

Step Brother Na YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang