Yuta menangis tersendu sendu di dalam dekapan Jeno. Dengan sabar, sambil merapalkan mantra penenang, suara tangis Yuta berangsur-angsur mereda dan ia melepaskan diri dari pelukan Jeno. Menatap mata sang mantan dengan matanya yang masih terdapat buliran kristal.
"Ibuku, akan segera menikah dengan seorang pengusaha besar di Korea." Yuta mulai menceritakan awal pertemuan mereka, Jeno tidak sedikitpun menyela perkataan Yuta. Ia mendengarkan dengan seksama dan mempertajam indra pendengaran.
"Dia mempunyai dua anak kembar. Usia mereka sama dengan mu. Sejak awal pertemuan itu, aku sudah merasa tidak nyaman dengan cara mereka memandang ku, dan aku mencoba untuk bersikap biasa saja."
Kedua mata Yuta kembali menghangat, juga suaranya terdengar bergetar di sela sela isak nya.
"Tapi, semakin aku berlama bersama mereka.." Yuta menggantungkan ceritanya, karena tak kuasa menahan diri dihadapan Jeno. Yuta benar-benar merasa malu, dan merasa bersalah sekali meski kejadian itu bukan sepenuhnya kesalahannya. Sampai ia tidak berani menatap Jeno.
"Aku sudah menolak mereka!" Yuta melantangkan suaranya sambil menatap kembali ke arah Jeno. "Aku sudah memberontak, dan berusaha untuk melepaskan diri dari mereka.. Tapi.. Tapi.. Mereka.."
Mendengarkan Yuta yang sudah tidak sanggup untuk melanjutkan ceritanya, Jeno kembali membawa Yuta kedalam pelukan. Kembali Jeno merapalkan kata kata penenang. "Ssstt... Sudah ada aku di sini"
"Aku takut! Aku takut bertemu mereka lagi! Aku tidak mau!"
Jeno semakin mengeratkan pelukannya "tenanglah.. Aku akan selalu berada disisi mu. Aku akan tetap menemani mu."
Mendengar itu, Yuta membalas pelukan Jeno dan menangis sekencang kencangnya di sana. Jeno membiarkan Yuta menangis, tak peduli jika bajunya basah terkena air matanya. Yang terpenting Yuta dapat menenangkan dirinya.
Tangis Yuta berangsur-angsur mereda, Jeno melepaskan pelukannya agar bisa menatap Yuta dengan jelas. Kepala yang menunduk, tak ingin menunjukkan wajahnya membuat Jeno harus menangkup dan mengangkat wajah Yuta agar menatap kearahnya.
Jeno tersenyum melihat wajah Yuta yang nampak menggemaskan, mata berair dengan hidung yang merah karena sehabis menangis. Terlebih saat Yuta menarik kembali ingus yang hampir mengalir, membuat Jeno menahan tawanya.
Yuta melihat gelagat pemuda di depannya ini merubah mimiknya menjadi kesal "kau tertawa di saat aku sedang sedih?!" Ujarnya dengan kesal. Karena tidak mampu melihat kegemasan Yuta, kembali Jeno memeluknya "maaf, bukan bermaksud. Tapi melihat mu tadi benar-benar membuat ku ingin tertawa."
Mendengar itu, Yuta mendorong tubuh Jeno hingga pelukan mereka terlepas. Yuta masih kesal dengan Jeno "jangan menggodaku! Aku masih marah kepadamu kalau kau lupa!"
Jeno mengambil langkah maju "dan aku masih mencintai mu, ingat!" Balasnya yang berhasil membuat Yuta termangu. Kembali Jeno memegangi pipi Yuta menggunakan kedua tangannya, berniat ingin menghapus jejak air mata di sana dengan ibu jarinya.
"Kau tahu aku, Yuta. Aku selalu mencintai mu, dan tidak akan pernah melepaskan mu apapun yang terjadi kepadamu, Yuta."
Mendengar itu, Yuta semakin termangu dan tidak dapat mendebat ucapan Jeno. Kembali Jeno membawa Yuta kedalam pelukannya "aku tidak akan pernah melepaskan mu, aku ingin terus bersama mu." Kemudian, Jeno melepaskan kembali pelukannya. Menatap Yuta yang menunduk kebawah.
"Bisa aku melihatnya lagi?"
Kedua iris Yuta bergerak menatap Jeno. Dan perlahan pemuda itu mengangkat baju Yuta, tanpa ada perlawanan sama sekali darinya. Malah, Yuta membantu Jeno sampai bajunya terlepas dari tubuh. Memperlihatkan tubuh kurusnya yang penuh akan tanda kemerahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother Na Yuta
FanfictieSi kembar yang tak terima jika Yuta menjadi kakak tiri mereka.