60

237 21 0
                                    

Di penghujung hari, saat matahari mulai menenggelamkan dirinya di ujung barat sana, Jeno menghentikan setiap pergerakan jari jemarinya di atas papan ketik. Kedua tangannya di tautkan melalui sela sela jari lalu diregangkan untuk menarik otot otot tubuh yang terasak kaku, karena duduk terlalu lama.

Pekerjaan har ini selesai, Jeno pun mematikan komputernya, mengemasi barang barang dan bersiap siap untuk pulang. Setelah Jeno beranjak dari tempatnya, ia mendapati istrinya tertidur dengan kepalanya tergeletak di meja.

Meja kecil itu penuh akan alat alat yang dikeluarkan dari dalam kotaknya. Jeno mendekat lalu duduk tepat di sebelah istrinya yang terlelap.

Dipandangnya wajah penuh kedamaian dan keheningan. Kedua matanya tertutup rapat, melindungi dunia mimpi yang tak terjamahdimana petualangan dan kenangan berbaur dalam harmoni yang indah.

BIbirnya sedikit terbuka. Wajah tidurnya benar benar mencerminkan sebuah kebebasan dunia nyata, seolah waktu berhenti sejenak hanya untuk memberikan istirahat yang sempurna.

Satu tangan Jeno terulur, menyingkirkan helaian rambut yang menghalangi kelopak mata indah sang istri. Wajahnya pun kian mendekat mengikis jarak, bibir perlahan mendekat meleburkan batas demi menciptakan keabadian dalam satu sentuhan.

Kini kedua bibir itu telah saling menempel. Sebuah ciuman, dalam keheningannya, berkata lebih dari seribu kata, menciptakan kenangan yang akan tinggal abadi dalam hati.

Aksi itu tak luput dari pasang mata yang melihat melalui celah pintu yang baru terbuka sedikit. Berdiri di ambang pintu dengan perasaan yang kian hancur lebur begitu ia mendapati hal yang tak terduga dari seseorang yang ia cintai sejak dulu.

Jaehyun menutup kembali pintu itu dengan perlahan agar tak menimbulkan suara sedikit pun.

Perasaan yang sangat menyesakkan ini, membuat kekacauan dalam kedamaian jiwa. Hati berdenyut dengan rasa sakit yang tak tertahan, seolah terjebak dalam penjara emosional yang tak terlihat.

Kedua tangannya sampai mengepal sebagai bentuk lampiasan rasa sakit yang dialaminya. Kedua mata perlahan menghangat lalu beranak air membasahi pipi tembamnya.

Tak ingin berlama lama di tempat ini, Jaehyun segera melangkah pergi menjauh meninggalkan tempat ini bersama perasaanya yang mungkin tidak akan bisa di sembuhkan kembali.

Jeno menjauhkan wajahnya setelah memberikan kecupan panjang di bibir istrinya. Bersamaan dengan itu, terlhat pergerakan kelopak yang mulai terbuka. Seketika senyum mengembang di wajah Jeno, "apa aku mengganggu mu?"

Sebelum menjawab, Yuta meregangkan tubuhnya terlebih dahulu untuk menarik seluruh ototnya yan terasa kaku. "Jam berapa sekarang?" tamyanya dengan suara serak, khas bangun tidur.

"Sudah memasuki jam 6 sore, kita sudah harus pulang sekarag".

Yuta berdiam sejenak untuk mengembalikan keadaannya seperti semula setelah lama tertidur. menatap lurus ke arah depan dengan pandangan kosong. "Pulang ... ya ..."

"Hm, kau bisa melanjutkan tidurmu kalau sudah sampai rumah"

Yuta menolehkan kepalanya, mempertemukan tatapan kantuknya dengan sang suami. "Jeno ..." panggilnya dengan suara lirih.

"Hm?"

"Kenapa kau menyukai ku?" tanya Yuta yang membuat suasana langsung terasa hening.

Jeno terdiam seketika begitu mendengar sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh istrinya tadi. Tak biasanya Yuta menanyakan hal ini padanya.

Tak kunjung mendapat sebuah jawaban membuat Yuta sedikit kesal. Memang sejak awal ia tak pernah bertanya seperti ini pada suaminya, karena menurutnya hal itu sangat tak diperlukan. Pemuda aprilnya ini selalu berhasil memberikan keyakinan bahwa dia benar benar mencintai dirinya.

Step Brother Na YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang