Setelah seharian bekerja, Jaehyun tak langsung melangkahkan kakinya menuju ke rumah melainkan menuju ke sebuah bar bergaya retro langganannya. Di tempat ini, Jaehyun memesan minuman dengan kadar alkohol yang paling tinggi.
Minuman ini selalu berhasil membuat Jaehyun sedikit lebih tenang dan melupakan segala gemuruh yang mengusik nya akhir akhir ini. Meski dalam keadaan mabuk, Jaehyun sadar ada seseorang yang duduk di sebelahnya, dan dia adalah Taeyong.
"Tolong segelas bir untukku," kata Taeyong pada bartender. Kemudian bartender itu pun langsung menyiapkan pesanan Taeyong.
"Sudah kubilang padamu, aku tidak butuh untuk ditemani!" ujar Jaehyun dalam keadaan mabuk.
Taeyong merangkul pundak kawannya yang langsung di tepis oleh Jaehyun sendiri. "Ayolah, jangan seperti ini padaku," ucap Taeyong dengan nada merayu.
"Melihat mu seperti ini, bagaimana bisa aku mengabaikan mu," lanjutnya.
Jaehyun diam tak menjawab, malah menenggak kembali minuman kerasnya.
Melihat kawannya yang menderita sampai mabuk seperti ini sebenarnya membuat Taeyong tidak tega. Permasalahan cinta segita yang bercampu dengan cinta bertepuk sebelah tangan benar benar memukul talak si valentine.
"Terima saja tawaran ku. Aku jamin kau bisa dekat lagi dengan Jeno seperti dulu"
"Persetan dengan tawaran mu! Sampai mati pun, aku tidak akan pernah menerima tawaran busuk mu!"
"Jangan keras kepala, Jung Jaehyun. Kau sudah menderita seperti ini, terima saja!"
Kepala Jaehyun menoleh, menatap kawannya dengan pandangannya yang sudah buram. "Jangan memaksaku, Lee Taeyong!" kata Taeyong dengan nada rendahnya. "Urus saja dirimu sendiri!" lanjutnya.
"Kau ini! Padahal aku sedang berempati pada mu, tapi kau malah tidak suka!"
Jaehyun mendengus dengan satu sudut bibirnya tertarik ke atas, "rasa empati mu tidak berguna bagi ku!"
"Cih!" Taeyong meminum bir nya.
Setelah menghabiskan waktu berjam jam di bar, Jaehyun berdiri dari kursinya dengan tubuhnya yang terasa begitu berat dan sedikit bergoyang. Pandangannya kabur, membuatnya tak dapat melihat dengan benar.
Berkat hal itu, Jaehyun terjatuh di lantai. "OI, JUNG JAEHYUN!" Dan Taeyong langsung menolongnya untuk berdiri. Taeyong membopong tubuh kawannya yang beratnya tak terkira, lalu melangkah keluar menuju pintu.
Saat pintu bar tertutup di belakangnya, udara malam yang segar langsung menyabut kedua sahabat itu. Taeyong merogoh sakunya, mengambil ponsel yang tersimpan di sana untuk memanggil layanan taksi.
"Aish ... kenapa juga aku harus repot repot membawa mu!" gumam Taeyong yang kesal akan Jaehyun yang terasa begitu berat. "Mana berat lagi!"
Tak lama kemudian, taksi yang dipesan pun datang. Langsung saja Taeyong membuka pintu bagian penumpang lalu memasukkan Jaehyun kedalam sana, setelah itu baru dirinya.
Diperjalanan, Taeyong menatap ke arah luar jendela yang memantulkan wajah kawannya. Tertidur dengan kepala bersandar pada jendela. Wajah terlelap itu, kedua mata terpejam, belah bibir yang sedikit terbuka sembari menggumam kata kata tidak jelas.
Muncul rasa iba seiring Taeyong menatapnya lamat lamat. "Haaah ..." Helaan nafas baru saja keluar dari mulut Taeyong. "Melihat mu menderita seperti ini benar benar menyedihkan, Jung Jaehyun," kata Taeyong dengan pelan.
Setelah Taeyong berucap, Jaehyun menegakkan tubuhnya dengan kepalanya menoleh ke arah Taeyong. Kedua mata Jaehyun terbuka setengah, "Kau tadi bilang apa, Taeyong?" tanya Jaehyun dengan suara khas mabuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother Na Yuta
FanfictionSi kembar yang tak terima jika Yuta menjadi kakak tiri mereka.