12

1.5K 98 2
                                    

Perjalanan menuju lokasi yang mana banyak sekali makanan khas Korea yang terjual. Yuta tak henti hentinya berdecak kagum melihat pemandangan kota melalui jendela mobil yang ia tunggangi. Langit yang sudah menghitam itu, membuat lampu lampu sekitar menyala dan itu menambah kesan dahayu kota Seoul.

Tentu Yuta pergi tak sendiri, ada calon adiknya yang menemani. Yaitu, Na Haechan yang saat ini sedang menyetir mobilnya. Kedua anak Adam itu sedang mencari lahan untuk parkir, karena biasanya tempat tempat yang menjual banyak makanan memasuki gang gang yang lumayan sempit.

Beberapa menit sudah mereka memutari lokasi untuk mencari lahan parkir, Yuta turun dari mobil begitu saja setelah Haechan mematikan mesin mobilnya. Yuta benar benar tidak sabar untuk momen ini tentunya.

Haechan turun dari mobilnya, dan saat dirinya hendak mendekati calon kakaknya itu, Yuta langsung melenggang pergi begitu saja, tanpa menunggu bahkan menoleh kebelakang. Ia tak sabar menjelajahi tempat tempat yang menjual makanan enak.

Haechan yang ditinggal hanya bisa terdiam ditempat. Ia merasa hawa keberadaannya tadi tak dirasakan oleh Yuta "apa ini? Dia pergi begitu saja? Meninggalkanku?"




Langkah Yuta yang begitu semangat membawanya menuju satu tempat kios makanan lalu ketempat lainya, dan Haechan yang sedari tadi mengekori mulai merasa lelah. Terlebih pada kedua kaki dan lututnya, bahkan tadi Haechan sempat kehilangan Yuta karena saking lelahnya.

Kali ini Haechan benar benar dibuat kewalahan oleh Yuta. Tenaganya sudah terkuras habis, berkat Yuta.

Dan di saat Yuta terdiam di tempat nya, barulah Haechan bisa mendekat dan menepuk pundak Yuta dengan nafasnya yang terengah-engah. Berbeda dengan calon adiknya, Yuta justru mengeluarkan ekspresi kebingungan.

"Kau baik baik saja? Kau tampak lelah" ujarnya.

Haechan mulai menetralisir pernafasannya. Menarik nafas dalam dalam lalu dihembuskan perlahan lewat mulutnya.

"Tentu aku lelah! Langkahmu terlalu cepat, kaki ku hampir patah karena terus mengejar mu!"

"Kalau begitu, kau bisa beristirahat dulu. Aku akan pergi sendiri mencari makanan yang lain"

"Tidak! Aku tidak akan membiarkan mu pergi sendiri!"

"Kenapa?!"

"Kalau kau diculik, bagaimana?! Aku harus bilang apa pada ibu mu?!'

"Culik? Aku bukan anak kecil, asal kau tahu! Mana ada orang yang mau menculik ku. Lagipula, tempat ini ramai, banyak orang. Tidak akan mungkin ada penculikan!"

"Justru karena tempat yang ramai ini, mudah untuk menculik seseorang. Pertama, kau akan diajak ke suatu tempat, lalu kau akan disekap dan mereka akan membawa mu pergi. Sedang kan orang orang, mereka tak akan menyadarinya. Mereka akan menganggap bahwa orang yang membawamu adalah rekan atau anggota keluarga mu. Terlalu berbahaya untuk kau pergi sendiri!"

"Tapi aku bisa jaga diriku sendiri!"

"Kau ini keras kepala sekali!"

Keduanya kini mulai terdiam. Yuta tak lagi membantah ucapan Haechan. Dan Haechan sendiri tak lagi memberikan ceramah kepada Yuta, ia sudah lelah sebenarnya karena sedari tadi mengejar Yuta, mengkhawatirkan Yuta, dan menasehati Yuta yang terus membantah ucapannya.

"Sudahlah, kita pulang saja. Lagipula kau juga sudah makan banyak, hampir semua tempat kau datangi kan?" ujar Haechan, kembali membuka sesi pembicaraan.

Yuta hanya mengangguk sebagai jawabannya, tanpa mengeluarkan suaranya.

"Ya sudah, kita pulang!"

Haechan menarik lengan Yuta, namun sang empu menahannya membuat pria tan itu kembali menolehkan kepalanya, menatap Yuta.

"Ada apa lagi?"

"Aku belum ingin pulang, aku masih mau di sini"

"Kita tidak bisa berlama lama di sini, bisa bisa nanti saat kita kembali, Jaemin sudah bangun dari tidurnya lalu kau akan terkena hukumannya"

Mendengar kata hukuman yang keluar dari mulut Haechan, membuat tubuh Yuta menegang seketika. Haechan yang melihat perubahan pada diri Yuta mulai mendekat dan memeluk tubuh calon kakaknya.

"Kau tidak mau kan, mendapat hukuman dari Jaemin?"

Yuta menggeleng pelan dalam dekapan Haechan.

"Kalau begitu, kita pulang sekarang. Oke?"

Yuta hanya menganggukkan kepalanya.

Haechan melepas pelukannya, menggandeng tangan Yuta lalu membawa diri mereka menuju tempat dimana mobil mereka terparkir.







Sesampainya mereka berdua di rumah, Haechan terlebih dahulu memarkirkan mobilnya di bagasi. Mematikan mesin mobil, lalu keduanya keluar dari sana. Haechan jalan terlebih dahulu dan Yuta berjalan dibelakangnya.

Tangan Haechan terulur memegangi ganggang pintu, lalu membukanya. Setelah pintu terbuka, betapa terkejutnya Haechan dan Yuta mendapati dalam rumah yang gelap gulita.

Haechan dan Yuta perlahan masuk kedalam. Dan begitu keduanya sudah masuk, pintu kembali tertutup dan lampu kembali menyala. Haechan dan Yuta semakin di buat terkejut dengan kehadiran Jaemin yang berdiri di depan mereka dengan tatapan tajamnya.

"Habis dari mana, kalian?!" tanyanya, dengan suara beratnya.

Mendengar suara Jaemin yang begitu menakutkan, Yuta bersembunyi dibalik tubuh Haechan.

"Kami hanya keluar, mencari makan" jawab, Haechan.

"Tanpa mengajak ku?!"

"Kau tidur, kami tak tega membangunkan mu"

"Tak tega, atau kau yang tidak mau membangunkan aku?!"

Haechan, ia terkekeh mendengar amarah adik kembarnya "mungkin keduanya" jawabnya dengan entengnya. Haechan berjalan mendekati Jaemin, mencengkram pundak adiknya dan membisik di telinganya.

"Jangan terlalu menyalahkannya, ini sepenuhnya bukan kesalahannya" setelah berucap, Haechan menepuk pundak adiknya lalu kembali melangkahkan kakinya. Membawa dirinya menuju kamarnya.

"Dan jangan terlalu kasar kepadanya, atau dia akan kembali takut kepadamu" ujarnya sambil terus melangkah menuju kamarnya.

Jaemin hanya terdiam setelah mendengar ucapan kakak kembarnya, lalu ia menghela nafasnya dan berjalan mendekati Yuta yang sedari tadi diam dengan kepala yang menunduk.

"Kau, cepat masuk ke kamarmu, dan istirahat!"

Yuta menganggukkan kepalanya, dan langsung mengambil langkah cepat yang terlihat seperti berlari kecil menuju kamarnya lalu masuk kedalamnya.

"Yuta, kau harus persiapkan dirimu" gumam Jaemin sembari menatap pintu kamar Yuta.







Di dalam kamar Yuta, ia sudah beres dengan membersihkan dirinya. Seperti biasa setelah dari kamar mandi, selalu bathrobe melekat pada tubuhnya. Hari yang dilalui Yuta hari ini cukup menyenangkan baginya walau hanya sesaat.

Yuta berjalan mendekati kasurnya, dan langsung merebahkan tubuhnya di sana. Menatap langit langit kamar, memutar kembali moment saat ia dapat mencicipi berbagai makanan yang ia makan hari ini diluar.

Saat mengingat kembali kejadian itu, terlintas pada benak Yuta kepada seseorang yang dulu pernah bersamanya. Senyuman khasnya itu, muncul tiba tiba membuat Yuta yang tadi mengembangkan senyuman nya terpaksa harus di luntur kan.

"Tck! Kenapa malah tiba tiba wajahnya muncul?! Menyebalkan!"

Setelah itu, Yuta menarik selimutnya dan langsung memejamkan matanya. Ia memilih untuk langsung tidur saja.

Step Brother Na YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang