22

744 49 4
                                    

Malamnya, Yuta dan Jeno satu kamar di kamar yang sama saat Yuta menginap di rumah ini. Kamar luas yang menyimpan kenangan buruk bersama si kembar Na. Ingatan akan malam yang mengerikan itu kembali terputar dalam benak Yuta, dan itu membuatnya kembali merasakan ngeri juga takut. Iris Yuta jatuh pada kasur yang besar itu, dimana semua kegiatannya dilakukan di sana.

Jeno berdiri di belakang Yuta, melingkarkan lengan kekarnya di perut rata sang kekasih. Dagunya yang lancip di letakkan di bahunya "ada yang mengganggu mu?" Tanya dengan pelan dan lembut. Yuta mengusap lengan kekasihnya, dan pandangannya jatuh kebawah. "Tidak ada!" Bohongnya. Yuta membalikkan tubuhnya, mengalungkan lengannya di perpotongan leher Jeno.

"Aku lelah, ayo kita tidur" katanya.

"Kau mau langsung tidur?"

Yuta mengangguk. Dan Jeno menunjukkan wajah sedihnya membuat bertanya-tanya "kenapa?"

"Apa kita tidak bisa melakukan aktivitas bersama terlebih dahulu?" Jeno mengerucutkan bibirnya. Menunjukkan wajah memohon yang terlihat seperti anak anjing. Yuta terkekeh melihat wajah kekasihnya yang menggemaskan itu, lalu ia berlagak seolah sedang berfikir "bagaimana ya..."

Jeno semakin memancarkan permohonannya melalui kedua matanya. Yuta yang melihat itu semakin dibuat tak kuasa. "Aku rasa tidak masalah jika hanya satu ronde saja."

"Dua!"

"Satu atau tidak sama sekali, tuan Lee Jeno"

Kemudian Jeno dan Yuta memulai kegiatan mereka. Namun, sebelum hal itu terjadi, suara ketukan pintu yang mengganggu membuat Jeno harus terpaksa menghentikan aksinya menerkam kekasihnya.

Jeno melepas pelukannya, dan berjalan ke arah pintu. Pintu kamar itu dibuka dan menampilkan Yui di sana. "Ibu, apa yang ibu lakukan disini?" Kata Yuta saat tahu siapa yang berada di balik pintu kamarnya. Yui yang mendengar pertanyaan anaknya mengerucut kan bibirnya "kau tidak mau ibu mu kemari? Ya sudah!" Yui hendak berbalik, tapi dengan cepat Yuta menahannya.

"Tunggu dulu, jangan pergi! Aku kan hanya bertanya."

Yui terdiam sejenak, lalu dengan perasaan gugupnya "bo-bolehkah ibu menghabiskan waktu bersama mu, malam ini?" Ucapnya yang sambil menundukkan kepalanya. Mendengar itu, Yuta langsung menyetujui permintaan ibunya ini dengan penuh semangat "tentu! Silahkan masuk, ibu!"

Mendengar itu, Jeno menatap tak percaya kekasihnya. Jeno merasa Yuta telah melakukan tindakan tidak adil kepadanya. Kekasihnya itu sudah berjanji akan menghabiskan malam bersama, tapi Yuta malah mengizinkan ibunya untuk bermalam dengannya.

Yui segera masuk kedalam kamar sang anak, dan Yuta menuntun ibunya. Pandangan Jeno tak luput dari Yuta yang membelakanginya, hingga kekasihnya itu berbaring dibawah selimut bersama dengan ibunya. Ibu dan anak itu saling berpelukan yang membuat Jeno sedikit cemburu melihatnya.

Seharusnya aku yang memeluk Yuta!

Jeno mendekat ke arah kasur itu, dimana Yuta berada. Jeno duduk disamping tubuh Yuta yang membelakanginya, dan ia sedikit mengguncangkan tubuh kekasihnya "Yuta, kalau begini, dimana aku akan tidur?" Bisiknya, agar tidak mengganggu calon ibu mertuanya yang sudah terlelap itu.

Yuta kembali membuka matanya yang sebelumnya terpejam, sedikit menolehkan kepalanya menghadap kekasihnya "kau bisa tidur di sofa sana!" katanya sambil menunjuk sofa menggunakan dagunya. Lalu kembali menyamankan posisinya seperti sebelumnya.

"Tapi bukannya kita ak-"

Hendak Jeno menyelesaikan kata katanya ia sudah terlebih dahulu mendengar dengkuran halus dari Yuta. Sepertinya kekasihnya ini sengaja melakukannya agar tidak menimbulkan perdebatan dan keributan didepan ibunya. Jeno mau tak mau harus menurut ucapan Yuta. Sebelum ia membaringkan tubuhnya di atas sofa, Jeno menyempatkan diri untuk mengecup kening Yuta, dan ia beranjak dari kasur itu.

Step Brother Na YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang