Jeno membawa Yuta kerumah sakit untuk pemerkasaan lebih lanjut terkait kondisinya, dan saat ini ia tengah menunggu hasilnya. Sementara Yuta masih tertidur diatas kasur pasien dengan infusan dan kantung darah yang terpasang di lengannya.
Jeno menunggu hasil dengan perasaan yang cemas, ia benar benar takut jika istri tercintanya itu jatuh sakit.
Berselang beberapa saat kemudian, dokter yang memeriksa kondisi Yuta tadi telah kembali dengan hasil yang dibawanya.
Jeno berdiri dari duduknya. "Bagaimana kondisi istri saya, dokter?" tanyanya, khawatir.
"Istri anda terkena anemia," jawabnya. "Apa sebelumnya pasien pernah mengalami kecelakaan sebelumnya, yang menyebabkan harus menggugurkan kandungannya?" Tanya dokter itu sembari membaca riwayat kesehatan Yuta.
Mendapat pertanyaan seperti itu, Jeno langsung terdiam termangu. Ingatan kejadian pada waktu itu, kembali terputar yang menyebabkan Yuta koma selama berbulan bulan, dan menyebabkan Yuta harus menggugurkan janin dalam perutnya.
"Iya, dokter," jawab Jeno, lirih. Dan ia tidak punya niatan untuk memberitahukan tentang hal itu kepada siapapun. Termasuk Yuta.
Dokter itu kembali memeriksa hasil kondisi pasiennya di selembaran kertas yang ia bawa. "Anda sangat beruntung, karena istri anda masih bisa mengandung lagi, meski akan beresiko tinggi jika tidak dijaga dengan benar"
Dokter itu, menutup menyerahkan selembaran kertas itu pada perawat yang sejak tadi mengikutinya. "Biasanya jika seseorang mengalami kecelakaan sampai harus menggugurkan janin dalam perutnya, dia akan sulit untuk hamil lagi, tetapi istri anda berhasil melakukan itu"
Jeno mengangkat kepalanya yang semula menunduk, dan ia memasang raut bertanya yang ditujukan untuk dokternya.
Seolah mengerti setelah melihat raut yang Jeno tunjukkan, dokter itu mengukir senyum di wajahnya. "Istri anda anemia karena hamil, jadi anda harus menjaga kondisi istri anda agar tidak terlalu lelah dan stres yang berlebihan"
Kedua mata Jeno terbuka lebar begitu mendengar ucapan dokternya barusan. Bahkan rahangnya pun sampai jatuh kebawah. "J-jadi ... I-istri saya ..."
Dokter iu mendengus sembari menyunggingkan kedua sudut bibirnya. "Selamat, anda telah menjadi calon ayah untuk anak yang tengah dikandung istri anda"
Jantung berdebar, desiran darah mengalir jadi lebih cepat. Entah harus bagaimana Jeno mengekspresikan perasaanya ini. Jeno menatap Yuta yang tengah berusaha untuk membuka kedua matanya.
"Jeno ..." panggil Yuta, pelan.
Seketika Jeno kembali duduk sembari menggenggam tangan Yuta dengan erat. "Yuta ... akhirnya aku akan menjadi ayah untuk anak kita ..." ucapnya, terharu.
"Ayah? anak?"
Jeno mengangguk.
"Kau akan menjadi ayah dari anak siapa?"
Jeno terkekeh mendengar pertanyaan Yuta. Pun dengan dokter yang masih setia menemani. "Tentu saja anak kita, sayang!" Ucap Jeno, sedikit meninggi.
"Anak kita? Kau bisa hamil, Jeno?"
Mendengar itu, Jeno tertawa bersama dokter dan juga perawat. "Tentu saja kau yang hamil, Yuta ..." jawab Jeno, gemas.
"Aku ... hamil?"
Jeno menganggukkan kepalanya, lagi.
"Aku hamil ...?" kedua mata Yuta langsung menghangat begitu mendapat kabar yang tidak terduga ini. Satu tangannya yang tidak digenggam oleh Jeno, terangkat menyentuh perutnya yang masih rata. Irisnya menatap kearah sana juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother Na Yuta
Fiksi PenggemarSi kembar yang tak terima jika Yuta menjadi kakak tiri mereka.