Keesokan paginya, Yuta terbangun dari tidurnya dan langsung mendapati dada bidang didepannya. Yuta mengangkat wajahnya, melihat si pemilik dada itu. Memperhatikan setiap inci sudut wajah pemuda tan yang menjadi calon adik tirinya kelak.
Saking fokus nya dengan yang didepan mata, tiba-tiba Yuta merasakan sebuah pergerakan di dalam selimutnya. Sesuatu melingkar di perut, dan ia juga merasakan deru nafas di tengkuknya.
"Nakamoto Yuta..." Ujarnya dengan suara yang parau.
Jantung Yuta menjadi berpacu lebih cepat saat pelukan dari belakang itu di eratkan. Tidak hanya dari belakanganya, yang didepan pun juga begitu, dan sekarang Yuta terhimpit oleh dua anak kembar.
"Ka-kalian.."
Yuta mencoba untuk menjauhkan diri dari keduanya, tapi mereka sangatlah kuat. Yuta terus mendorong tubuh Haechan, dan melepas tangan Jaemin yang melingkar diperutnya. "Kalian.. Bangunlah.."
"Nngg~" Haechan menyingkirkan tangan Yuta yang berada di pundaknya lalu mengeratkan kembali pelukannya "sebentar saja.. Biarkan seperti ini dulu..." Jawabnya. Pun dengan Jaemin yang melakukan hal yang sama hingga Yuta tak lagi bergerak. "Iya... Biarkan kami memelukmu." Sahutnya.
Yuta menghela nafasnya, ia berangsur-angsur membiarkan tubuhnya menjadi bantal untuk dipeluk oleh calon kedua adiknya. Tak lama kemudian, terdengar suara dering telefon pada ponsel Yuta di atas meja nakas.
Yuta mengangkat wajahnya, ia mencoba untuk meraih ponselnya di belakang Haechan. "Kau mau apa, Yuta?" Ujarnya dengan mata yang masih terpejam. "Apalagi, mengambil ponsel ku!" Yuta terus mencoba untuk meraihnya, hingga Haechan lah yang mengambil ponsel untuk Yuta.
Yuta segera merebut ponsel dari tangan Haechan. Lalu ia melihat ke layar yang ternyata ibunya yang menelfon. Langsung saja Yuta menekan tombol hijau dan meletakkan ponselnya ke telinga.
"Halo, ibu?"
Awalnya tak terdengar jawaban, lalu tiba-tiba Yuta mendengar barang yang terjatuh dan teriakan di sebrang sana. Yuta langsung mendudukkan posisinya, karena ia panik dengan apa yang baru saja ia dengar. Bahkan si kembar sampai terbangun dari tidur mereka.
"Ibu! Kau baik baik saja?!"
Masih belum ada jawaban, hingga "o-oh.. Iya.. Ibu.. Baik.. Baik.. Saja.." Yuta yang sempat khawatir, mulai terasa sedikit tenang. "Benarkah?"
Sejenak hening. "I-iyaahh.."
Yuta mendengar sesuatu yang aneh di seberang sana. "Ibu yakin, baik baik saja?"
Lalu, suara itu hilang. Tapi sambungan telefon masih terhubung. Yuta menjauhkan sebentar ponselnya untuk melihat ke layar, lalu menempelkannya kembali, dan muncul lagi suara ibunya.
"Hhmmhh.. Ibu baik baik sajahh.."
Suara ibunya kembali terdengar tenang. "Baiklah kalau begitu, ada apa menelfon?"
"Ibu hanya ingin menyampaikan.. AAHH..!!!" Terdengar kembali ibunya berteriak. Yuta jadi panik lagi. "Ibu?!!" Dan suara menghilang lagi. Yuta terus menunggu ibunya yang entah sedang berbuat apa.
Tapi tidak dengan dua orang yang berada di belakang Yuta. Mereka menyeringai setelah mendengar suara teriakan atau malah terdengar mendesah tadi. Saling melirik satu sama lain lalu kembali melihat ke arah Yuta, dengan seringai an penuh arti.
Kembali terdengar suara dari kejauhan sana. "Maaf, tadi ibu sedang memotong sayur, dan jari ibu tidak sengaja teriris" bohongnya.
Entah kenapa Yuta merasa lega mendengarnya karena bukan hal buruk yang sedang menimpa ibunya. "Lain kali berhati hatilah" ujarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/326399104-288-k18937.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother Na Yuta
أدب الهواةSi kembar yang tak terima jika Yuta menjadi kakak tiri mereka.