Saat ini Jeno dan Yuta tengah berbepelukan diteras rumah mereka dihadapan dua pengawal yang berdiri tak jauh dari mereka berdua.
Jeno melepaskan pelukannya, merasa berat untuk meninggalkan istri tercintanya itu. "Ya sudah kalau begitu, aku berangkat kerja dulu," katanya yang terdengar sedih.
Yuta mengangguk, "hati hati dijalan." Yuta mengusap pipi suaminya. Jeno merasakan nyaman akan sentuhan Yuta di wajahnya itu. "Akan ku usahakan pulang tepat waktu"
Yuta mengulas senyum diwajahnya, sebagai balasan.
Selepas berpamitan dengan istri tercintanya, Jeno melangkah mendekat ke mobilnya yang di sana ada dua orang yang ditugaskan untuk mengawal Yuta hari ini.
"Jaga dia tetap aman, jangan sampai ada yang berani mendekatinya!" titah Jeno, pada kedua pengawalnya. "Dan laporkan kepada ku semua yang dilakukan Yuta!"
"Baik tuan!"
Kemudian, Jeno masuk kedalam mobilnya, dan pergi dari tempat ini.
Melihat mobil yang ditumpangi suaminya sudah hilang dari pandangan, Yuta masuk kedalam rumahnya utnuk mengganti pakaian yang lebih baik. Yuta berniat untuk jalan jalan mengelilingi wilayah ini, walaupun awalnya ingin sendiri, tetapi suaminya bersikeras untuk pergi bersama dua pengawal.
Dirasa penampilannya sudah rapi, Yuta kembali keluar yang langsung disambut oleh dua orang bertubuh dua kali lipat lebih besar dan tinggi darinya setelah ia membuka pintu rumahnya.
Mereka terlihat menakutkan~
Tanpa membuang buang waktu lagi, Yuta jalan terlebih dahulu lalu disusul oleh dua pengawalnya.
Yuta pergi jalan kaki. Bukannya tak mempunyai mobil lagi untuk digunakan, hanya saja Yuta memang ingin berjalan jalan menggunakan kedua kakinya.
Langkah kaki Yuta membawanya ke sebuah tempat yang masih terasa begitu asri. Hamparan rerumputan membentang sepanjang mata memandang, dengan pohon pohon yang rindang–tinggi menjulang keatas.
Benar benar perumahan yang mengutamakan lingkungan yang asri dan hijau.
Keluar dari perumahan ini, Yuta langsung disuguhkan dengan banyak orang yang berlalu lalang mengikuti arusnya. Yuta turut bergabung dengan arus itu bersama dua pengawal yang sejak tadi mengikuti.
Kedua kaki Yuta terus melangkah diatas jalan trotoar ini, hingga ia memilih untuk berhenti dan berbaik menghadap dua pengawalnya. "Begini ... dari pada kita hanya diam saja tak mengobrol, bagaimana kalau kalian menunjukkan ku tempat yang menyenangkan?"
Kedua pengawal itu saling melirik satu sama lain, menimang nimang ucapan istri bosnya ini.
"Apa kalian punya tempat rekomendasi yang menyenangkan, atau tempat makan yang enak?"
"Maaf sebelumnya, tapi tugas kami hanya mengawal anda"
Mendengar itu, Yuta menarik kedua sudut bibirnya kebawah, menatap sinis kedua pengawalnya. "Ayolah, memangnya kalian sangat menikmati terus berjalan dibelakangku, dan tidak ada perbincangan diatara kita?!"
"Bukannya tugas seorang pengawal memang seperti itu?"
"Tck, kalian membosankan!"
Melihat bagiamana kesalnya istri bosnya ini, kedua pengawal itu jadi merasa tidak nyaman. "Sebenarnya saya tahu satu tempat yang seru," ujar salah satu pengawal itu.
Seketika Yuta memasang wajah sumringahnya dan mengambil satu langkah mendekat. "Kemana itu?!"
Deru nafas mereka terengah engah setelah berhasil menjatuhkan musuh dengan menggunakan senjata di tangan mereka di mansion mewah ini, banyak korban jiwa yang tergeletak. Ada beberapa yang terluka, ada juga yang sudah tak bernyawa. Tinggal menghadapi Bos yang bersembunyi dibalik pintu berwarna putih itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother Na Yuta
FanfictionSi kembar yang tak terima jika Yuta menjadi kakak tiri mereka.