57

166 16 2
                                    


Jeno telah tiba di rumah setelah seharian menghabiskan waktunya di kantor. Ketika pintu rumah terbuka, kehangatan segera menyambut dengan pelukan dari istri tercintanya. Yuta mengangkat wajahnya dengan senyum mengembang di wajahnya. "Selamat datang, sayang ku," ucapnya, ramah.

Jeno pun turut mengembangkan senyuman manisnya, "Aku sudah pulang, sayang"

Dalam rumah, waktu seakan melambat. Tubuh yang awalnya terasa penuh akan beban perlahan menjadi ringan seperti daun yang jatuh dengan anggun ke tanah. Apalagi kalau sudah bertemu dengan sang istri tercinta.

"Ayah dan ibu sudah menunggu, ayo kita ke meja makan sekarang," ajak Yuta sembari menggandeng tangan suaminya lalu menariknya menuju kedua orang tuanya berada.

Yuta dan Jeno langsung duduk bersebelahan, langsung saja tuan Na mempersilahkan anak dan menantunya untuk menyatap hidangan yang tersaji di meja makan ini.

"Mari kita makan bersama," ucapanya.

Suara canda tawa ibu dan anak itu berpadu membagikan kisah mereka pada hari ini. Membuat tuan Na dan Jeno jadi terhibur karenanya. Percakapan mereka terus mengalir, sesekali terputus oleh tawa yang riuh.

Sampai di penguhujung acara makan malam ini, Jeno dan Yuta berpamitan untuk kembali ke rumah. Anak dan ibu itu saat ini tengah berpelukan, rasanya sangat berat untuk berpisah.

"Hubungi ibu kalau kalian sudah sampai ya," ucap Yui lembut.

"Iya ibu," balas Yuta.

Kemudian pelukan mereka terputus, Jeno dan Yuta pun segera memasuki mobil untuk meninggalkan tempat ini.

Mesin kendaraan roda empat itu menyala, jendela kacanya di turunkan. Yuta melambai pada ibunya sebagai salam perpisahan mereka. "Kami pergi dulu, ayah, ibu," katanya.

"Iya, hati hati di jalan"

Mobil itu pun melaju dengan kecepatan normal. Yui dan tuan Na terus menatap mobil itu sampai hilang dari pandangan mereka. Setelahnya mereka berdua masuk kedalam.

Di perjalanan menuju kediaman mereka, Yuta kembali menceritakan tentang kegiatannya hari ini bersama sang ibu menurut versinya. Tentu Yuta bercerita dengan wajah senyum dan senang, membuat Jeno jadi turut senang mendengarnya.

Sampai di kediaman mereka berdua, Jeno turun terlebih dahulu, membukakan pintu untuk istrinya. Tangannya terulur yang langsung di terima oleh Yuta. "Sekarang kita masuk, dan istirahat," kata Jeno, diangguki oleh Yuta.

Setibanya di dalam, setelah membersihkan diri, sepsang suami istri itu langsung merebahkan diri di atas kasur empuk mereka dengan Jeno memeluk Yuta pun sebaliknya.

"Yuta, ada yang ingin ku bicarakan dengan mu," kata Jeno membuka sesi percakapan diantara mereka.

Yuta mengangkat kepalanya hingga pandangan mereka pun saling bertemu. "Apa?" tanyanya.

"Taeyong hyung bmengusulkan padaku untuk mengadakan pesta perayaan kehamilan mu, bagaimana menurut mu?"

"Hm ... " pandangan Yuta jatuh kebawah, membuatnya kembali menunduk. Terlihat dengan jelas Yuta tengah menimang nimang tawaran suaminya. "Pestanya akan diadakan di mana?"

"Di halaman rumah kita"

"Baiklah kalau begitu!" kata Yuta senang. Yuta mengeratkan pelukannya, menyamankan dirinya di sana. "Kalau diadakan di halaman rumah kita, aku rasa tidak masalah1" imbuhnya.

"Kalau begitu, aku akan bicarakan dengan Taeyong hyung"

Malam berlalu kini pagi mulai menyambut. Yuta mulai merenggakan tubuhnya yang kaku lalu mendudukkan posisinya. Perlahan kedua matanya terbuka dan ia tak mendapati suaminya berada di sisinya.

Step Brother Na YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang