Pagi harinya, setelah sarapan bersama, Jeno dan Yuta berdiri di teras menghadap pengawal pengawalnya yang bertugas menjaga kediaman ini. Jeno menatap satu persatu pengawalnya dengan tajam, sampai berakhir pada tiga pengawal yang membiarkan Yuta pergi.
Jeno menghela nafasnya terlebih dahulu sebelum mengeluarkan suaranya. "Jungwoo, Lucas," panggil Jeno kepada dua pengawalnya. "Aku mau kalian menemani istriku di dalam," katanya yang terdengar perintah bagi dua pengawalnya itu.
"Baik boss!" seru mereka bersamaan.
Yuta tersenyum senang ke arah dua pengawal itu setelah Jeno memberikan izin pada mereka berdua untuk menemaninya di dalam rumah.
"Tetap jaga rumah ini, jangan biarkan siapapun masuk. Kalian mengerti!"
"Mengerti, boss!" sorak para pengawal itu secara bersamaan.
Setelah memberikan ultimatum pada pengawal pengawalnya, Jeno berbalik menghadap istrinya. "Sekarang aku berangkat dulu ke kantor, hubungi aku kalau kau butuh sesuatu," ucapnya yang kali ini terdengar lembut.
Senyum semakin mengembang di wajah Yuta, "baiklah!" balasnya dengan senang.
Kemudian Jeno berjalan menuju mobil lalu masuk kedalamnya. Seperginya Jeno, Yuta melambaikan tangannya kepada Jungwoo dan Lucas untuk mengajak mereka masuk kedalam. Karema sudah mendapat izin dari atasan, Jungwoo dan Lucas mengikuti Yuta masuk kedalam rumah.
***
Sesampainya Jeno di kantor, ia duduk di kursi kebesarannya. Kedua matanya terpejam untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu. Tak lama kemudian, pintu ruangannya terbuka menimpilkan seorang yang bergaya nyentrik seperti biasanya.
"Jeno, tak biasanya kau memanggil ku sepagi ini," kata Taeyong yang sudah berdiri di depan pimpinannya.
Perlahan kedua mata Jeno terbuka, menatap datar orang yang berdiri di depannya. "Hyung, apa pendapatmu tentang istri ku?" tanyanya, suaranya terdengar datar namun ketegangan yang jelas terasa.
"Yuta? Dia baik, dan orang yang menyenangkan saat di ajak berbicara," jawab Taeyong setenang mungkin, meski tatapan tajam Jeno membuatnya gelisah.
Jeno memgangguk, matanya masih menatap lurus tanpa ekspresi. "Lalu?" tanyanya lagi, suaranya semakin rendah namun sarat akan sesuatu yang sulit diartikan.
Kegelisahan semakin menyeruak diri Taeyong, tapi sebisa mungkin ia menunjukkan ketenangan. "Lalu ... "
"Apa kau menyukai istri ku, Hyung?"
Mendapat pertanyaan itu, berhasil membuat Taeyong semakin gelisah yang nercampur tegang. "A-apa maksud mu?" tanya Taeyong seketika gugup. "Te-tentu aku menyukainya, dia teman yang baik dan menyenangkan, seperti yang ku katakan tadi."
"Kau menyukai istri ku, bukan sebagai teman kan, Hyung"
Seketika Taeyong diam mematung. Jeno berdiri dari duduknya, berjalan mendekat ke Taeyong, lalu berhenti tepat di hadapannya dengan kedua alisnya yang menukik tajam. "Aku bisa memecatmu hanya karena mencoba mendekati istriku, Hyung!"
Raut terkejut Taeyong berubah jadi ekspresi tak menduga begitu mendemgar ucapan pimpinannya barusan. "Apa katamu?" tanyanya dengan nada tak terima. "Kau ingin memecat ku?"
Taeyong tersenyum simpul, "apa dengan menjadikan mu seorang pimpinan perusahaan, kau bisa dengan mudahnya memecat bawahannya begitu saja?!" Taeyong melangkah menjauh dari Jeno, memberikan jarak diantara mereka.
Kedua tangan Taeyong berkacak di pinggangnya, "dengarnya Lee Jeno, kau tidak bisa memecat ku begitu saja hanya karena masalah sepele!"
"Masalah sepele, katamu?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother Na Yuta
FanfictionSi kembar yang tak terima jika Yuta menjadi kakak tiri mereka.