Jeno sedikit membanting tubuh istrinya diatas ranjang empuk mereka, lalu langsung saja Jeno membendung tubuh istrinya. Seringai penuh arti muncul di permukaan wajah Jeno.
"J-Jeno, ini masih siang, Bu-bukan kah lebih enak jika dilakukan di malam hari?" Sebisa mungkin Yuta menghentikan suaminya untuk tidak melanjutkan aksi nakalnya.
Namun, Jeno tidak mengindahkan ucapan istrinya. Seolah ucapan Yuta hanya omong kosong belaka. "Siang atau pun malam, kita tetap akan melakukannya"
Jeno mulai melepaskan pakainya, menatap begitu lapar istrinya. "Kali ini tidak akan ada jeda, Yuta." Jeno mulai menghapus jarak diantara mereka, "akan ku pastikan kau menikmatinya, dan akan terus memintanya"
Sungguh, hari ini Jeno terlihat menakutkan di mata Yuta. Ingin rasanya Yuta melepas diri dan kabur, tapi saat Jeno mulai melepas pakaian yang dikenakan, dan memberikan sentuhan sentuhan sensitif yang sukses merangsang tubuhnya, lama lama Yuta merasa terbuai.
"Je-jeno..."
Jari jemari lentik Jeno memainkan kedua bulatan kecil menonjol yang sekarang terasa keras. Memelintirnya sampai menariknya ke atas. Sementara mulutnya sibuk dengan leher Yuta yang begitu menggoda sejak tadi.
"Aaahhh... Jenoohh..."
Puas dengan leher, Jeno berpaling ke dada Yuta untuk menyesapi puting kesukaannya. Yuta hanya bisa mendesah nikmat sambil tangannya meremas surai belakang suaminya.
"Jennoohh..."
Puas dengan kedua puting istrinya, Jeno berpindah menuju bagian bawah. Celana yang dikenakan oleh Yuta, dilepaskan begitu saja. Pinggul Yuta diangkat, langsung saja Jeno mendekatkan wajahnya, menyerang lubang surgawi.
"Aaahhh..."
Yang bisa dilakukan Yuta hanyalah mendesah sembari meremas kuat kedua ujung bantalnya.
Jeno semakin liar menjilati lubang anal itu sampai benar-benar basah dan mengeluarkan pelumas alaminya. Jeno kembali mensejajarkan posisinya pada Yuta, menatap wajah sayu yang begitu indah di matanya.
Kedua tangan Yuta terulur menyentuh pundak kokoh Jeno, lalu memberinya dorongan kesamping hingga berakhir Yuta berada di atas tubuh suaminya. Duduk diatas perut Jeno yang berotot.
"Yuta?"
Yuta menatap suaminya yang berada di bawah kuasa nya kali ini. Senyum menggoda terukir di wajahnya, tak lupa tatapan sayu yang semakin menambah kesan seksi pada Yuta.
"Kali ini aku yang berada di atas," Yuta merendahkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya pada wajah Jeno. Tanpa melunturkan senyumannya.
"Kau berada dalam kuasa ku, tuan." Ucap Yuta dengan suaranya yang mendayu-dayu. Terdengar begitu erotis di telinga Jeno.
Sama seperti suaminya, Yuta menyerang leher kekar Jeno. Menciumnya, menyesapnya sampai muncul tanda kemerahan di sana.
Ciuman Yuta merambat ke seluruh tubuh Jeno. Pemuda april itu saat ini hanya bisa menikmati setiap cumbuan istri nya pada tubuhnya.
Semakin kebawah, hingga berakhir Yuta pada sebuah gundukan yang masih berbalut kain celana. Yuta melepaskan celana Jeno, sama seperti yang suaminya lakukan pada dirinya.
Nampak penis yang gagah perkasa itu menjulang ke atas. Yuta menggenggam batang berurat itu cukup kuat, membuat sang empu mengerang rendah.
"Nngghhh..."
Pucuk kepala penis itu di kecup oleh Yuta, lalu merambat ke bawahnya dan berakhir pada dua buah zakarnya. Setelah memberikan kecupan, Yuta mengarahkan ujung kepala penis itu kedalam mulutnya, menyesapnya layaknya ice cream kesukaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother Na Yuta
FanfictionSi kembar yang tak terima jika Yuta menjadi kakak tiri mereka.