25

891 46 3
                                    

Di lokasi berikutnya. Jeno membawa Yuta menuju sebuah rumah sederhana yang lokasinya cukup menjauh dari hiruk-pikuk kota Seoul. Rumah yang dibangun menggunakan kayu khusus berlantai satu, halaman yang luas, tempat yang sejuk dan terasa begitu nyaman. Jeno turun dari taksi terlebih dahulu, lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Yuta.

Dan saat mereka tiba, langit sudah menghitam dengan gemerlap bintang menghiasi. Ditambah bulan yang terlihat terang malam ini.

Yuta menerima uluran tangan itu, dan pintu kembali tertutup taksi itu pergi meninggalkan lokasi. Yuta cukup takjub dengan lokasi ini, suasananya begitu membuat dirinya terasa tenang "ini rumah siapa?" Tanyanya.

"Tentu ini rumah kita!"

Seketika Yuta menolehkan kepalanya ke arah Jeno, menatap calon suaminya tak percaya "rumah kita?"

Jeno turut menoleh menatap Yuta dengan senyuman terukir diwajahnya "hm! Rumah kita. Setelah kita menikah, kita bisa langsung menempati rumah ini!"

Yuta menjatuhkan pandangannya ke tanah, entah kenapa ia merasa belum siap untuk meninggalkan negara kelahirannya. Jeno menangkap ekspresi yang Yuta berikan, ia pun memutar tubuh Yuta agar berhadapan dengannya.

"Ada apa? Kau tidak suka?"

"Tidak, bukan itu. Hanya saja, kupikir setelah kita menikah, kita akan tinggal di Jepang" ujarnya dengan lirih.

"Kau mau kita tinggal di Jepang?"

Yuta mengangguk dengan kepalanya yang menunduk "ku pikir kita akan menempati rumah ibu, karena rumah itu sangat berarti untukku. Setelah ibu menikah, pasti ibu akan tinggal di Korea, dan ku kira setelah kita menikah, kita akan tinggal di Jepang untuk menempati rumah ibu."

Mendengar Yuta yang sedih, membuat Jeno turut merasakannya. Ingin sekali mengindahkan permintaan Yuta yang satu ini, tapi karena suatu kendala di negeri ini, ia terpaksa harus membujuk Yuta agar mau menetap di sini. "Maaf Yuta, bukan maksud ku menolak keinginan mu itu."

Yuta mengangkat wajahnya, dan mempertemukan iris mereka.

"Tapi kita harus menetap di sini setelah menikah. Aku berjanji kita akan mengunjungi Jepang setiap akhir pekan untuk melepas rindu, bagaimana?"

"Memangnya, harus ya kita tinggal di sini?"

Jeno menghela nafasnya. Andai bukan karena situasi dan kondisi yang membuatnya harus menetap di Korea, pasti Jeno akan menuruti permintaan Yuta yang satu ini. Dengan terpaksa nya Jeno menganggukkan kepala "iya. Tapi aku berjanji setiap akhir pekan kita ke Jepang!"

"Bukannya itu akan melelahkan mu?"

"Memang! Tapi untuk mu, aku tidak akan merasa kelelahan sedikitpun!"

Kedua sudut bibir Yuta berkedut "baiklah kalau begitu!" Lalu Jeno memeluk erat Yuta. Akhirnya calon pendamping nya ini mau menuruti keinginannya. Setelah cukup lama, pelukan mereka terlepas "mau lihat ke dalamnya?" Tawar Jeno. Yuta mengangguk, dan mereka melangkah ke rumah itu untuk melihat isinya.

Begitu masuk, semua nampak begitu sederhana. Tak ada satupun kemewahan disini. Ruang tamu yang juga dijadikan ruang keluarga, dapur yang begitu berdekatan dengan ruangan ini, juga hanya ada dua kamar saja. Kamar mandi yang letaknya dekat dengan dapur. Rumah yang terbilang cukup luas.

Yuta melepas alas kakinya, membawa dirinya untuk mengelilingi setiap tempat yang ada disini. Jeno terus memperhatikan kemana Yuta pergi dan mengekor di belakangnya, jujur saja melihat wajah senyum Yuta membuat dirinya merasa tenang dan hangat. Senyuman Yuta seperti penyembuhan dirinya saat sakit.

Tiba dikamar tidur yang cukup luas, Yuta masuk ke dalamnya. Melihat lihat isinya. Dikamar itu juga terdapat kamar mandi, yang lumayan juga luasnya. 1 bathtub, shower, dan juga toilet duduk. Saat Yuta masuk ke kamar mandi, Jeno yang awalnya berdiri diambang pintu, masuk dan menutup, juga mengunci pintu kamarnya. Bersamaan dengan itu, Yuta keluar dari kamar mandi sana.

Step Brother Na YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang