Pagi pun tiba. Setelah melewati malam yang begitu panjang, akhirnya fajar mulai menampakkan dirinya. Kelopak mata yang berhias bulu lentik itu mulai tergerak begitu sorot sinar matahari mengenai wajahnya.
Pria dengan paras cantik itu mulai terbangun dari tidurnya. Perlahan kelopak matanya terbuka, menatap sekitar yang begitu hening. Dan tak menemukan kedua sosok pria yang telah bersamanya sejak semalam. Ia menghela nafasnya dan merubah posisinya menjadi duduk.
Perlahan ia mulai menggerakkan tubuhnya. Sakit dan ngilu ia rasakan secara bersamaan. Membuatnya meringis menahan rasa sakit pada bagian tubuh bawahnya. Disandarkannya punggung pada dashboard kasur, lalu memeluk kedua kakinya dengan selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang bulat.
Air matanya tak dapat lagi terbendung. Seketika ia mengingat kejadian semalam yang membuat hatinya kembali mencelos. Merasa kecewa pada dirinya sendiri. Pria cantik itu mulai memukuli dadanya sambil bergumam menyalahkan dirinya sendiri.
Tak berselang lama, aksinya dihentikan oleh seseorang yang telah menodai pria cantik itu.
"Yuta! Apa yang kau lakukan?!!" ujarnya sambil menahan tangan mungil yang mulai memberontak itu.
"Lepaskan aku!! Aku benci kalian!!!" teriaknya.
"Aku tak mau bertemu dengan kalian!! Aku mau pulang!!! Aku mau ibu ku!!!!" imbuhnya sambil menangis meraung raung.
"Tenanglah, ibu mu akan pulang besok" sahutnya.
Yuta, memberanikan diri menatap tajam kepada pria yang masih menahan kedua tangannya "ku bilang lepaskan aku!!!" bentaknya.
"Akan ku lepas jika kau berhenti memukuli dirimu sendiri!" balasnya dengan suara yang dilembutkan, agar Yuta mau mendengar.
"Apa peduli mu?!! Kalian sudah menghancurkan ku! Jadi, biar sekalian ku hancurkan diriku sendiri!!"
Yuta semakin memberontak, membuat pria berkulit tan itu sedikit kewalahan. Sekuat tenaga Haechan menghentikan aksi Yuta yang malah semakin memberontak, mengundang atensi dari sosok lain yang telah menunggu di ambang pintu.
Jaemin mulai berjalan mendekat dengan raut seriusnya "Nakamoto Yuta!" sambil menyebut nama sang calon kakaknya dengan nada tegasnya. Sontak membuat Yuta langsung terdiam. Langkahnya yang semakin mendekati pria jepang itu, membuatnya semakin meringkuk ketakutan.
Bagaimana tidak, setiap Jaemin mengambil satu langkah maju, Yuta merasakan aura yang mengecam keluar dari dalam dirinya. Ditambah tatapan tajam yang Jaemin pancarkan itu.
Yuta berusaha menjauh dari Jaemin yang mulai naik ke kasurnya dan menghapus jarak di antaranya. Jaemin menaruh satu telunjuknya di dagu Yuta, menatap wajah ketakutan dari calon kakak tirinya. Jaemin sungguh menikmati ekspresinya itu.
"Yuta~" sebutnya dengan suara beratnya. Tak lupa, Jaemin juga menyunggingkan satu sudut bibirnya.
"Kau jangan seperti ini, kau membuat kami sedih"ucapnya dengan raut dan suara yang di lembutkan. Dan hal itu bukannya membuat Yuta luluh, malah ia semakin takut. Tubuhnya semakin bergetar, dan wajahnya semakin pucat.
Bagi Yuta, ekspresi yang dibuat Jaemin sekarang ini jauh lebih menakutkan dibanding kan sebelum nya.
Haechan yang melihat wajah pucat calon kakaknya itu merasa sedikit iba "Jaemin, kau membuatnya takut!"
Jaemin menghela nafasnya lalu mendatarkan wajahnya menatap Haechan "kalau begitu, kau saja yang menenangkan dia!!" ujarnya lalu beranjak dari posisinya, kembali menuju ambang pintu.
Haechan yang mendapati Yuta tak lagi bergerak perlahan melepaskan cengkraman nya, menatap tulus si pria Jepang itu. Terdiam sebentar, sambil membuang nafas panjangnya.
"Aku akan mengambilkan mu sarapan"
Setelah itu, Haechan beranjak dan menyusul kembarannya meninggalkan Yuta sendirian lagi dikamar besar itu. Setelah perginya si kembar Na, Yuta kembali menangisi keadaan dan kondisinya. Yuta juga tak lagi berniat untuk memukul dirinya sendiri seperti tadi.
Menangis meratapi nasib dan takdir yang begitu mengejutkan dan menyedihkan, membuat Yuta ingin segera masuk kedalam dekapan sang ibu untuk melampiaskan semua kesedihan nya.
Di ruang makan, di mana si kembar Na telah menyelesaikan sarapan pagi mereka, kini tinggal bersiap siap untuk berangkat menuju kampus. Namun sebelum itu, Haechan menyiapkan sarapan terlebih dahulu untuk Yuta dan membawanya ke kamar.
Melihat kakak kembarnya yang tengah mengambil beberapa lauk pauk ke atas piring dan mangkuk, Jaemin berinisiatif menyisipkan sebungkus biskuit kesukaannya dan menaruhnya di atas nampan yang akan dibawa Haechan.
Haechan melirik kearah tangan kembarannya, lalu menatapnya dengan tatapan tanya.
"Berikan itu kepadanya, bilang kalau itu sebagai bentuk maaf ku telah menakutinya" ucapnya tanpa menatap ke arah Haechan.
"Kenapa kau tak memberikannya sendiri?"
"Kau pikir dia akan menerimanya!?" kali ini Jaemin melihat ke arah Haechan dengan mata melotot.
Haechan tak merespon, ia langsung mengambil nampan itu dan membawanya ke kamar. Sedangkan Jaemin akan menunggu kembarannya di mobil.
Sesampainya Haechan di depan pintu kamar Yuta, sebelum masuk, ia mengetuk terlebih dulu "Yuta, aku membawakan sarapan!" lalu Haechan membuka pintu kamar itu dan masuk kedalamnya.
Dapat dilihat di atas kasur berukuran besar itu sebuah gundukan hang pasti di dalamnya terdapat pria Jepang di sana. Haechan meletakkan nampan di atas nakas, duduk di pinggiran kasur lalu mengulurkan tangannya untuk memegang gundukan selimut itu.
"Aku meletakkan sarapannya di nakas, jangan lupa untuk memakannya. Ada satu biskuit juga. Itu adalah biskuit kesukaan Jaemin, ia memberikannya sebagai tanda permintaan maafnya kepadamu"
Haechan bangkit dari tempat nya.
"Aku akan berangkat dulu. Jika kau ada perlu, hubungi kami. Aku sudah meninggalkan nomor di atas bungkusan biskuitnya"
Setelah itu, Haechan kembali keluar meninggalkan Yuta sendirian lagi di kamar yang luas itu. Suara dentuman pintu yang cukup keras menandakan Haechan benar benar telah pergi dari kamar, dan itu langsung membuat Yuta keluar dari persembunyian dari dalam selimut tebalnya.
Dilihatnya pintu itu sebentar lalu berpaling ke arah nampan yang terletak di nakasnya. Dapat dilihatnya sarapan yang begitu menggiyurkan, dapat dibayangkan selezat apa rasanya hingga membuat gemuruh pada perutnya terdengar. Di sana juga ada biskuit yang di atasnya terdapat note bertuliskan angka.
Yuta meraih kertas itu, melihat nomor yang teracak lalu meremasnya dan membuangnya asal "aku tak butuh bantuan kalian!" gumamnya, lalu meraih nampan itu dan mulai memakan sarapannya dengan lahap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother Na Yuta
Fiksi PenggemarSi kembar yang tak terima jika Yuta menjadi kakak tiri mereka.