68

195 12 0
                                    

Suara gemercik air shower yang terdengar lembut seperti bisikan hujan di pagi hari, menyamarkan suara kecipak basah ciuman mereka. Jeno menghimpit tubuh Yuta ke dinding seiring ia mencium bibirnya.

Kedua bibir yang saling menyatu, membawa kehangatan yang meresap hingga dasar hati. Setiap sentuhan terasa seperti gema dari keinginan tak terucap.

"Hhmmpphhh ..."

Kemudian Jeno membalikkan tubuh Yuta, memperlihatkan punggungnya yang ramping, putih nan mulus. Rasa lapar akan tubuh istrinya semakin menyeruak dalam dirinya, Jeno menatap rakus tubuh Yuta. Jeno mendaratkan bibirnya di perpotongan leher Yuta, memberikan gigitan kecil sampai meninggalkan bekas kemerahan di sana.

"Aahhh ..."

Desahan yang terdengar merdu, semakin membuat Jeno jadi ganas terhadap istrinya. Tangan Jeno tak dibiarkan menganggur begitu saja, perlahan kedua tangannya merambat kebagian selatan tubuh Yuta.

Satu tangan Jeno meremas kuat kebanggan Yuta yang sudah mengeras, sedangkan yang satu lagi merombak lubang yang mana puncak kenikmatan berada.

"Aahhh ... Jennhhh ..."

Kedua tangan Yuta yang menempel di dinding mengepal kuat seiring jari jari suaminya meraba dinding spektrumnya, memberikan sensai sengatan kecil pada tubuhnya.

"Oohhh ... Jenoohhh ..."

Jari jar lentik Jeno terus bergerak masuk sampai ia berhasil berada di titik puncak kenikmatan istrinya. "Aaahhhh ..." Yuta mendesah kencang, begitu suaminya menekan nekan titik kenikmatannya sampai membuatnya menyemburkan putihnya dan mengeluarka pelumas alami di lubangnya.

"Jenohhh ..."

Deru napas Yuta jadi tak beraturan bahkan asap putih keluar dari mulutnya. Rona kemerahan menutupi seuruh wajah Yuta sampai ke telinganya, menandakan bahwa ia sudah berada di pundaknya.

Jeno menarik kembali jari jarinya dari lubang Yuta yang berkedut dan terus mengeluarkan cairan bening, kemudian Jeno mengarahkan ujung penisnya ke lubang itu. Perlahan tapi pasti, Jeno baru memasukkan ujung penisnya lalu mencengkram kuat pinggang Yuta dan mulai mendorong pinggulnya sampai membuat penisnya masuk sepenuhnya ke dalam sarangnya.

"Aaahhh ..."

"Yutaahhh ..."

Jeno terdiam sejenak untuk mengatur pernapasannya lalu perlahan menggerakkan pinggulnya dengan tempo pelan, membuat penisnya keluar masuk dari lubang itu.

"Haahhh ... Jenooohhh ..."

Pergerakan yang didapat dari suaminya memanglahterasa lembut dan nikmat, namun entah mengapa Yuta menginginkan lebih dari ini. Yuta menolehkan kepalanya, menunjukkan setengah wajahnya. "Jenohhh ... lebihh cepat lagiihhh ..." ucapnya dalam desah.

Jeno langsung menghentikan gerakannya, lalu mendekatkan tubuhnya sampai menmpel pada punggung Yuta. "Apa yang baru saja kau katakan?" tanyanya, memastikn apa yang didengarnya.

"Lebih cepat lagi Jenohhh ... lakukan lebih cepathhh," balas Yuta, memohon.

Sebenarnya Jeno juga ingin bergerak lebih cepat, tapi mengingat ia pernah mengabaikan peringatan istrinya untuk memelankan tempo gerakannya dan hampiri mencelakai istri dan anaknya, membuatnya harus behati hati. Namun kali ini, Yuta menginginkannya untuk bergerak lebih cepat.

"Kau yakin ingin aku bergerak lebih cepat?" tanya Jeno yang langsung dianguki Yuta.

"Ku mohon padamu, Jeno ... bergeraklah lebih cepat ..."

Step Brother Na YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang