|27|

849 65 0
                                    

Alvin berjalan cepat menunduk meremat gelato di tangannya, semakin sore ternyata festival sekolahnya semakin ramai orang berlalu lalang rasanya ingin sekali segera pulang dan tidur.

Setelah duduk ternyata Bunda maupun Raka belum juga kembali cukup lama Alvin menatap gelatonya yang sudah mencair. Tadi Om Lingga atau mungkin ia bisa pastikan bahwa itu pasti Ayahnya, selama enam tahun dirinya bersama Langga jelas dirinya tahu bagaimana Langga berbicara maupun bertingkah laku meskipun dengan kasar tapi Alvin bisa membedakan keduanya itu sangat jelas berbeda baginya.

Kalaupun itu benar adalah Langga lantas waktu itu siapa yang ia tangisi sampai demam konyol sekali, dirinya harus merasakan simulasi kehilangan Langga. Alvin sangat yakin yang membawanya kerumah sakit waktu itu dan ia juga sempat membuka mata dan menatap dengan jelas wajah Langga merasakan setiap usapan pada helaian rambutnya itu nyata sekarang nada suara maupun tingkah laku dari Langga sangat berbeda dengan Lingga yang biasanya Alvin temui.

Semakin Alvin memikirkannya semakin detak jantungnya terasa cepat kedua matanya ia pejamkan pikiran konyol yang tidak penting untuk Alvin pikirkan, dirinya menarik nafas dan menghebuskan kembali mencari ketenangan untuk hati dan pikirannya sampai dimana terdengar di telinga suara Bunda serta merasakan usapan tangan lembut di pugungnya memberikan afeksi.

"Alvin".

Alvin tak menjawab hanya membuka mata menatap Lisa dan kembali menunduk menatap gelato.

"Bang Raka mana?". Pertanyaan Lisa hanya di balas gelengan dari Alvin tanpa menatapnya.

Heran Lisa pesanan gelato yang Alvin inginkan sudah ada tapi dimana Raka, ia belum melihat sulungnya itu melihat raut wajah Alvin yang murung membuat Lisa heran. Apakah dari awal sampai sekarang Alvin tidak menikmati acara festival ini, Lisa melihat ke sekeliling semakin sore orang semakin banyak mungkin itu yang membuat Alvin sedikit bad mood.

"Ini gelato dari siapa?". Tanya Lisa karna melihat dari kejauhan Raka baru saja membawa dua gelato pesanan Alvin dan berjalan menuju keduanya.

"Loh ini udah ada?". Raka baru saja duduk di hadapan Alvin dang sang Bunda melihat gelato yang ada di tangan Alvin.

"Ini dari temen di kasih". Tanpa menatap keduanya masih menunduk melihat gelato yang di aduk-aduk oleh tangannya, tanpa ada inisiatif untuk memakannya lagi.

"Bunda.. pulang".

"Hmm.. mau pulang? Sebentar ya tunggu bang Dava dulu, baru kita pulang". Lisa yang di sebelah Alvin terus mengelus pugung bungsunya itu, mungkin akan sedikit terbantu memberikan ketenangan.

Raka masih diam mengamati situasi ternyata adiknya tidak suka keramaian terlihat mulai tak nyaman. Dari jauh terdengar suara Dava dan Opa Zafar berjalan menuju tempat duduk, setelah berpamitan dengan tim sekaligus teman sekelasnya Dava langsung di hampiri oleh Opa zafar dan Lingga.

"Bravo! Dava permainan tadi sangat membuat opah bangga".

Pujian yang terus di layangkan pada Dava hari ini dirinya seperti menjadi tokoh utama hari ini banyak yang memuji dengan permainannya, apalagi opahnya melihat pertandingannya tadi membuat hati Dava semakin bahagia memang Zafar sering hadir kepertadingan basketnya di bandingkan Lisa di sibukkan dengan kantor.

"Makasih opah Zaf". Dava dengan tersenyum

"Kapan ada pertandingan basket lagi? Nanti opah hadir".

"Bakalan ada dua pertandingan lagi sebelum fokus kelas dua belas, lagi pula aku juga mau fokus ujian buat keperguruan tinggi nanti". Jelas Dava

"Padahal ada peluang untuk jadi atlet". Ujar Lingga memang keponakannya menurut dirinya layak untuk jadi atlet, dari mulai SMP - SMA Dava tidak absen menjabat sebagi kapten basket apalagi sering mengikuti pekan olahraga antar sekolah

ALvInTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang