|28|

1.4K 95 6
                                    

"Pake minyak kayu putih biar anget mau?".

Alvin mengganguk terpejam tidur miring dengan kaki yang di tekuk, tangan lisa mengusap memberikan minyak kayu putih dari mulai pugung, leher sampai dengan perut yang memang terasa sedikit keras Lisa terus mengelusnya sampai Alvin merasa lebih baik.

"Ini bunda air jahenya".

Raka memberikan segelas air jahe hangat untuk Alvin yang perutnya sedang kembung dan begah, dirinya baru saja ingin tidur setelah melihat tugas yang akan di setorkannya besok tapi sang bunda memanggilnya untuk membantu merebus air jahe untuk Alvin.

"Minum dulu ya.. biar enakan perutnya".

Alvin menggeleng sebenarnya ia menahan makanan untuk keluar, Raka memijat tangan Alvin yang mulai berkeringat dingin melihat keadaannya membuatnya khawatir apalagi sang Bunda yang ikutan gelisah menangani keadaan Alvin.

"Nanti kalau udah kenyang bilang aja, enggapapa Dava ngerti ko. Alvin bisa nolak Dava juga pasti ngerti". Omel Lisa yang terus mengusap pugungnnya, ini pasti kebanyakan porsi makan yang di berikan Dava pada Alvin.

"Jangan di tahan kalau mau muntah-muntah aja, dari pada jadi sakit gini". Dari gerak geriknya Lisa dapat mengerti dengan Alvin yang menahan untuk muntah.

"Vin minum dulu biar mendingan". Ucapan Raka di dengarnya, Alvin duduk masih dengan memejamkan mata meminum air jahe hangat itu dan kembali tidur lagi.

"Sstt..". Terdengar ringisan dari Alvin menandakan dirinya sudah kewalahan dengan tubuhnya sendiri, keringat dingin sudah menyelimbuti tubuhnya.

"Mana yang sakit? Muntah aja enggakpapa". Lisa memijat tengkuk Alvin

"Raka ambil ember kecil di kamar mandi simpan disini". Perintah Lisa segera berdiri mengambil embernya yang memang di sediakan, di dekatkan pada Alvin yang akan bersiap untuk mengeluarkan isi perutnya.

"Mau kekamar mandi aja bun". Lirih Alvin masih memejamkan mata.

"Disini aja bunda yang bersihin".

Alvin menggeleng air jahe hangat serta pijitan di tengkuknya lumayan membuatnya enakan, sendawa mulai keluar tapi tak bisa di tahan juga isi perutnya ikut keluar semua makan malam pasta Itali yang harganya pasti mahal keluar sudah semuanya dari perut Alvin.

Tangan Lisa tak henti mengusap punggung dan memijat tengkuk, kepala Alvin kini di ujung ranjangnya mendekatkan pada ember kecil yang di sediakan perut yang kembung membuatnya tak bisa tidur kini mulai mendingan setelah mengeluarkan isi perutnya.

"Udah".

"Mau minum". Lirih Alvin

Sudah lega dengan perut begah ketika membuka mata kenapa pandangannya malah berputar tubuhnya memang sangat manja.

"Ini obatnya sekalian di minum".

Raka membantu Alvin bersandar untuk minum obat serta memudahkan Lisa untuk mengelap seluruh badan Alvin dengan air hangat, Alvin tak tertidur dirinya memejamkan mata dengan ringisan terdengar.

"Besok libur aja kita ke Dr.Rahman ya... bunda takut kalau Alvin kondisinya kaya gini tuh". Lisa mengelus helaian rambut hitam Alvin, benar saja Dr.Rahman mengiginkan cek up di pajukan menjadi hari jumat terjadi.

"Besok abang yang antar". Ucapan Raka membuat Alvin membuka menatapnya dengan sayu.

"Bang Raka masih marah". Lirih Alvin

"Enggak kata siapa?". Raka menatap mata sayu itu.

"Alvin".

"Maafin Bang Raka karna enggak bisa ngertiin Alvin, maaf juga karena abang bersikap kasar kaya kemarin". Raka dengan penyesalannya.

ALvInTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang