|36|

458 49 3
                                    

Langga kini duduk ruangan kerjanya yang berada di mension Zafar, dari pagi sampai siang ini disibukan dengan berkas-berkas kantor. Terkadang di sela kesibukannya ini Langga merasakan jenuh ingin segera menyelesaikan semua kekacauan yang telah terjadi, Zafar sendiri sedang membantunya sedikit demi sedikit. Lamgga hanya perlu kesabaran lebih untuk semua ini.

Tok.. tok.. tok..

"Masuk!".

Sekertaris itu membuka pintu di tangannya terdapat berkas map hitam, berjalan menghampiri Langga yang duduk di kursi dengan meja yang banyak berkas penting kantor. Sekertaris itu bernama Adam di tunjuk untuk mendampingi kemanapun atau urusan apapun bersama Lingga, Adam di tunjuk khusus pleh Zafar menjadi kepercayaannya.

"Ini tuan berkasnya".

Langga mengalihkan perhatian dari berkas kantor yang ia geluti dari pagi, mengambil berkas yang di serahkan Adam kepadanya membuka serta membaca tulisan dari berkas itu dengan teliti.

"Psikiater itu Farlan, berteman dekat dengan Raka".

"Betul tuan".

"Kenapa Raka bisa mengenalnya?". Heran Langga

"Kebetulan Farlan dan tuan muda Raka mengikuti satu organisasi sekolah yang sama yang di naungi oleh Farlan tuan ". Ucap Adam

Langga menganguk mendengar pernyataan dari Adam, dia meminta berkas data dokter psikiater yang menangani Alvin dari dua hari yang lalu. Meskipun lumayan lama tetapi tugasnya sangat memuaskan di dalam berkas terdapat latar belakang keluarga, pendidikan serta pengalam kerja Farlan sebagai psikiater dan ternyata tak di ragukan lagi semuanya sangat bagus.

"Lisa tahu apa yang terbaik untuk Alvin". Ucapnya dengan tersenyum menatap setiap foto yang di ambil dengan diam-diam saat Alvin chek up.

"Apakah data ini Bapa Zafar sudah tahu?".

"Iya tuan".

"Terima kasih, kamu boleh keluar".

"Baik tuan".

Setelah Adam keluar Langga masih menatap setiap poto yang terdapat di berkas itu, tentu saja itu adalah poto-poto Alvin. Menghela nafas menyandarkan punggunnya pada kursi empuknya, disana dapat Raka lihat perubahan dari badan Alvin yang semakin berisi di bandingkan saat bersamanya.

"Langga!".

Itu suara Zafar terdengar lantang berteriak memanggil namanya, ia kaget sejak kapan Zafar berada di hadapannya.

"Bapa? Kapan masuk? aku tidak tahu". Menegakkan tubunhnya segera menutup dokumen itu.

"Berkas apa itu?".

"Berkas kantor biasa".

"Bapa tahu Langga kau tak perlu berbohong".

Langga menghembuskan nafasnya menatap Zafar " Yaa.. kalau sudah tahu kenapa bertanya? Kenapa aku baru tahu ini". Dengan nada kesal tak terima menatap Zafar

"Karna kau brengsek!". Mengambil dengan kasar berkas itu "Semuanya ini hanya urusan Bapa bukan kau, jadi kau tak perlu tahu menahu mengenai keadaan Alvin saat ini".

"Tapi pak-...".

"Kau tahu.. hidup atau tidaknya kau tetap membuat cucu ku tersiksa".

"Aku ingin memperbaiki semua ini dengan segera". Ucap Langga dengan putus asa

"Sabar itu kuncinya, Bapa sudah berjanji bukan untuk membantu mu".

"Kau hanya perlu bersabar jangan hanya mengandalkan ego dan emosi untuk memperbaiki masalah, karena
itu akan percuma kau tahu".

ALvInTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang