|23|

3.2K 161 9
                                    

Sepanjang hari minggu ini Alvin bersama Reval, meskipun pagi tadi ada sedikit masalah tentu saja karena Dafa tidak mengijinkan namun berkat sang bunda yang sangat baik mengharuskan Dafa meredam amarahnya sehingga kini Alvin bisa bermain di rumah Reval.

Alvin tiduran di kasur Reval dengan melihat bagaimana lihainya Reval bermain ps, hari ini Alvin cukup senang dengan di awali makan siang bareng dengan tante Dian dan Reval, berkeliling di taman rumah, dan sekarang tiduran dengan nyaman di kasur Reval.

"Alvin".

"Hmm".

"Gimana rasanya kumpul lagi?".

"Senanglah".

"Senang.. bang Reval tahukan kalau momen ini yang Alvin tunggu bertemu Bunda, Bang Raka, Bang Reval dari duluuu~.. banget Alvin mau tapi Ayah selalu ngelarang dengan alasannnya".

"Enam tahun bukan waktu yang sedikit dengan perlakuan ayah yang tegas sedikit kasar juga--..". Ucap Alvin terhenti menatap Reval.

"Koreksi bukan sedikit kasar tapi emang kasar, mana ada ayah yang sered anaknya yang setengah sadar dari lapang sampe parkiran". Dengan Reval yang sedikit kesal tapi Alvin malah tersenyum.

"Tapi niat ayah itu baik tahu bang.. waktu itu Alvin lagi di pukul sama kaka kelas karena simpan bola basketnya sebelum mereka selesai main, Ayah dengan kerennya dateng di tengah lapangan yang banyak orang pengang tangan Alvin erat banget buat pulang--..". Alvin antusias bercerita dengan memperagakan tangannya yang di pegang erat oleh sang ayah pada waktu itu agar Reval melihatnya.

"...hari itu hari pertama dimana ayah mau jemput Alvin ke sekolah tahu gak". Alvin dengan senyum bahagia nya mengingat kejadian itu.

Reval mengerti bagaimana Alvin selalu bersemangat mengingat momen dimana ia menceritakan sang ayah dengan sudut pandangnya yang bahagia, tetapi menurut Reval apa yang Alvin ceritakan adalah seorang Ayah yang kasar tapi Alvin selalu menimpalinya bahwa Ayah seorang yang baik.

"Bang Reval tahu gak apa yang Alvin sesalkan sekarang?". Alvin menatap Reval yang kebingungan.

"Merasakan bahagia meskipun rasanya senang tapi dengan Ayah meninggal itu semua percuma, hampa.. Alvin rela sama Ayah seperti enam tahun yang lalu dengan sikap kasarnya dengan Ayah yang masih ada". Lirihnya

"Hey.. hey.. kenapa pikirannya jadi kesana? Ingat yaa ini itu takdir semua orang berhak bahagia". Reval tersenyum miris

Benar semua orang berhak bahagia termasuk Reval juga, tapi bahagianya sangat rumit untuk terwujud sesulit benang kusut. Bahagianya sangat rumit

"Bahagia itu sederhanakan engga harus kehilangan seseorang lalu bahagia itu datang". Lirih Alvin, Reval bungkam dengan ucapan Alvin.

Masih fokus dengan ps yang ia mainkan dengan waktu yang takterasa ia menghabiskan dengan bermain sendiri suara Alvin yang tak terdengar kembali ketika melihatnya ternyata tertidur.

"Tapi merasakan bahagia adalah sesuatu yang sulit". Ucap Reval dengan tertidur di samping Alvin menatap langit- langit kamarnya.

Bahagia Reval adalah merampas kebahagian Alvin itu faktanya, memperbaiki semua dari awal akan tetap terasa sakit bukan. Apalagi untuk Alvin untuknya saja sangat sakit padahal Reval mengetahui semua itu.

Reval rasa tidurnya sebentar tapi suara dari handponenya terus berdering tak henti dilihatnya jam sudah menunjukan pukul lima sore terlihat dari jendela yang menampilkan langit senja.

Reval duduk dengan masih mengumpul kan kesadaran melihat Alvin yang masih tertidur tenang, mengambil handpone yang terus bedering dengan suara seraknya.

ALvInTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang