|31|

657 84 6
                                    

Kegiatan Alvin setiap harinya akan terus membuntuti kemanapun Raka berada sudah dua hari ini juga tidur di kamar abang pertamanya itu, Raka sendiri tak merasa risih dengan Alvin yang terus mengikutinya kemanapun dia pergi.

Dua hari yang lalu Alvin di bawa ke kampusnya untuk ikut bimbingan skripsi menemani bagaimana perjuangan Raka dalam menyelesaikan pendidikannya, sedangkan kemarin Alvin juga ikut keluar rumah dengan Raka yang nongkrong bersama teman-temannya di cafe. Lisa sendiri tak melarangnya malah meras aman bila bersama Raka.

"Alvin.. lo dari mulai libur sekolah ngikut kemana aja Bang Raka pergi, kenapa sih?". Kepo Dava

"Enggak boleh?". Jawaban Alvin menyudutkan pertanyaan Dava, apakah salah lagi dia berbicara pada adiknya yang super sensitif ini.

"Bukan enggak boleh ya gue mau tanya aja".

Tak lama dari keduanya membicarakan mengenai Raka, ternyata dia sudah siap dengan pakaian rapih jam menunjukan pukul sepuluh siang pasti tidak jauh bahwa Raka akan mengikuti matakuliah di kampusnya.

"Abang mau kemana?". Tanya Alvin melihat Raka yang sudah siap memakai sepatu.

"Mau kekampus, mau ikut?". Tawar canda Raka dengan senyum.

"Baru juga di omongin". Sebal Dava jujur saja dirinya sedikit cemburu, semanja-manjanya dia pada Raka tidak sampai membuntuti kemana saja abangnya itu pergi.

"Engga, malu ada dosennya". Alvin menggeleng kembali fokus pada tontonan TV nya.

"Nanti pulangnya agak malam, kalau mau tidur di kamar Dava aja". Ucap Raka pamit dengan menutup pintu rumah.

"Tidur sama Bang Dava nanti di lempar bantal lagi". Gumam Alvin yang masih terdengar oleh telinga Dava, mengungkit kejadian dimana ia baru pertama kali datang di rumah ini atas perlakuan Dava yang kasar.

"Itu tuhh beda lagilah". Dava mulai sedikit tak enak hati atas perkataan Alvin,  segera membenarkan duduknya di sofa.

"Bang Dava". Panggil Alvin

"Apa?". Ucap Dava sepelan dan selembut mungkin dengan wajah yang tak melihatkan kegarangannya.

"Engga jadi". Polos Alvin dengan santai

Dava menggerutkan kedua alisnya kenapa adiknya ini di seriusin enggak serius, jujur saja Dava tidak bisa seperti Raka yang menanggapi apa saja yang di suka Alvin atau berbicara panjang lebar. Berbicara hanya bertanya saja satu kalimat bisa membuat Alvin sakit hati, langsung overthingking akibat Dava apalagi mengobrol panjang lebar bukan keahlian Dava bila di hadapkan dengan Alvin.

"Besok mau ikut engga nonton bioskop?".

"Enggak mau". Tolak Alvin langsung tanpa berpikir lagi.

"Giliran sama gue aja engga mau, tapi sama Bang Raka aja kekampusnya mau". Dava dengan kesalnya.

"Abang tahu enggak?". Tanya Alvin membuat Dava menggelengkan kepala, sepertinya akan ada pertanyaan serius.

"Kalau Alvin sama Bang Dava itu orang-orang suka ribut apalagi kalau sama bang Reval, Abang tahu enggak kenapa?". Menatap Dava dengan serius menunggu jawaban dari abng keduanya itu.

"Ya karna gue ganteng". Pede Dava membuat wajah Alvin cemberut.

"Jangan suka dengar orang lain mereka enggak tahu apa-apa, mungkin mereka ribut ngomongin karena gue sama Reval kan musuh bubuyutan basket dari SMP. Terus sekarang tiba-tiba akur sedikit". Di garis bawahi oleh Dava 'akur sedikit', tidak sampai seperti waktu itu sekalinya bertemu langsung adu jotos sekarang hanya senggol bacot aja bedanya seperti itu.

"Keluar dari alasan karena musuh basket bang Dava, ada lagi engga?". Tanya Alvin seperti menuntut jawaban, kalau di bicarakan sebenarnya ini masalah besar dan bukan kewenangan Dava untuk berbicara pada Alvin biarkan itu keputusan Bunda atau Abangnya Raka.

ALvInTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang