|35|

851 83 3
                                    

Raka semalam tidur menemani Alvin benar saja adiknya itu tak terbagun di malam hari seperti biasanya, terlihat matanya masih sembab akibat menangis kemarin malam tapi Raka bersyukur tidur Alvin nyenyak malam tadi.

Dilihat jam menunjukan pukul tujuh pagi hari ini tak ada kegiatan ke kampus atau kemana pun ia enggan untuk turun dari tempat tidur, tangannya langsung di sibukan dengan handpone memeriksa informasi penting untuk keperluan skripsi maupun matakuliahnya.

"Raka semalam tidurnya gimana?".

Saking fokusnya pada handpone Raka sampai tak menyadari sang bunda yang sudah masuk menghampiri ranjang, duduk di dekat Alvin mengusap pelan helaian rambutnya Alvin sendiri tak terganggu oleh tangan sang bunda.

"Engga bangun tadi malam, nyenyak ko tidurnya".

"Ini sampe merah-merah ke leher". Lisa kaget dengan bekas cakaran tangan Alvin yang berada di leher dekat telinga bergurat kemerahan.

"Ini di tangannya juga ada bun, tangan aku juga kena". Tunjuk Raka membuka selimut yang menutupi tangan Alvin

"Mana bunda lihat ini pasti perih-perih kalau kena air, mana tangan kamu". Mengamati tangan keduanya serta mengusap lembut.

"Enggak terlalu parah bun cuma lumayan aja". Raka dengan teesenyum

"Harus di potong nihh kuku nya biar engga gini lagi, padahal kukunya engga terlalu panjang bisa sampe ada bekasnya gini". Lisa mengamati kedua kuku tangan Alvin.

"Sekarang ada kegiatan ke kampus enggak?". Tanyanya

"Enggak, mungkin besok ke kampusnya".

Alvin merasa terganggu dengan percakapan keduanya serta tangan Lisa yang tak diam terus mengusap rambutnya, sedikit perih saat membuka mata tangannya akan mengucek kedua matanya namun di tahan oleh Lisa.

"Jangan nanti makin perih". Ucap Lisa pada Alvin

Raka masih diam melihat pergerakan Alvin matanya masih terpejam kembali lagi tertidur namun mengahadap Raka, membuat tangan Alvin yang di pegang Lisa di lepaskannya.

"Tidur lagi Bang?".

"Hum.. kayanya tidur".

Raka menatap wajah Alvin kerutan halus terlihat di dahinya entah apa yang di rasakan mungkin karena mendengar suara sang bunda, Lisa dengan telaten mengambil kapas yang di rendam pada air hangat tentu saja untuk mengompres mata sembab Alvin.

"Bunda kata Farlan untuk saat ini Opa Zaf sama Om Lingga jangan dulu ketemu Alvin".

"Kenapa? Apa ada hubungannya karena trauma Alvin".

"Iya karena Om Lingga kembaran Ayah".

"Nanti bunda hubungi Om Lingga sama Opa Zaf untuk sementara ini kalau ada hal mengenai kantor, bunda sendiri yang akan datang ke rumah Opa Zaf".

Ucap Lisa dengan tangannya menempelkan kapas hangat itu pada kedua mata Alvin, sekedar kapas make up berbentuk bulat punya Lisa dan di celupkan ke air hangat mungkin ini akan sedikit membantu meringankan bengak di mata Alvin

"Untuk sementara waktu itu lebih baik bun". Setuju Raka

"Eengg..".

Terganggu sudah tidur Alvin dengan usapan lembut dan terasa hangat di kedua matanya merasa sudah cukup Lisa mengambil kedua kapasnya, Alvin sendiri terasa lebih baik saat membuka mata tak seperti tadi terasa perih saat melihat ternyata di hadapannya ada Raka yang masih bergulung selimbut di sebelahnya Alvin tak sadar sang bunda duduk di belakangnya.

"Gimana udah enakan?".

Lisa memeluknya tubuh Alvin dari belakang merasakan bagaimana hangat nya tubuh Alvin sepertinya akan deman hari ini, kerutan di dahinya semakin terlihat ingin melepaskan dari pelukan sang bunda baru saja membuka mata tapi hatinya tiba-tiba teringat mulai rasa kesal itu kembali.

ALvInTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang