Arya sudah tiba lebih dulu daripada Ikbal. Pria itu terkejut saat tau istirnya ikut bersama adik iparnya. "Sayang, apa yang kau lakukan disini?" Tanya Arya lembut. Amanda melirik sekilas, "Kau tak perlu menyembunyikan apapun dariku. Garsa adalah anak kita. Aku ibunya. Aku juga wajib untuk melindunginya." Jawab Amanda membuat Arya tak punya pilihan lain selain menuruti kemauan istrinya.
Di tebing curam dikelilingi jurang kanan kirinya itu arya dan anak buahnya menunggu anak buah Oscar yang sudah menculik anak mereka. Tak lama sebuah mobil sedan hitam melintas dan berhenti di depan mereka semua diikuti beberapa mobil lainnya di belakangnya.
Seorang wanita keluar dengan menggendong Garsa. Diikuti pria pria kekar lainnya pula. "Dimana Intan?" Tanya wanita itu. Arya tersenyum dengan khasnya, sementara Amanda sudah siap dengan senjata di genggaman tangannya. "Dia di rumahku." Jawab Arya tenang. Wanita itu mendekati Arya sambil menodongkan pistolnya ke arah Garsa. "Kau kira kami bodoh, di rumahmu tidak ada siapapun kecuali bayi ini dan anak buahmu. Jawab aku, dimana Intan?" Tanyanya lagi.
Tanpa berpikir panjang Amanda menedang tangan wanita itu hingga senjata yang dipegangnya jatuh. Wanita itu terkejut dan menyerang Amanda. Amanda dengan bengis melawan setiap serangannya. Garsa menangis.
"Lepaskan anakku!!" Ujar Amanda sembari melawan wanita itu dengan sengit. "Coba saja kau ambil jika kau bisa." Ujar wanita itu dengan tersenyum. Sementara baku hantam dan baku tembak terjadi di dua kubu antara kubu Arya dan kubu Oscar. Tebing itu serasa berubah menjadi arena pertempuran.
Suara senjata api kian beradu. Langit yang semakin menggelap tak menyurutkan mereka untuk tetap bertarung.
******
Di Rumah Sakit.
"Bagaimana dokter, apa dia baik-baik saja?"
Dokter wanita itu berbalik dan membuka maskernya. "Kak Naya dan Amaira baik-baik saja. Untung saja kau berada disana dan segera menyelamatkan mereka." Ujar Erlin sembari tersenyum kepada Elang.
"Bos Arya dan Nona Amanda belum tahu jika mereka berdua selamat. Karena kak Ikbal bilang jenazah keduanya ada di Rumah Sakit." Jawab Elang sembari mengelus tangan Amaira yang lemah. "Kenapa itu bisa terjadi, Lang?" Tanya Erlin.
"Seingatku saat kejadian, ada pengamen jalanan yang sedang berada disana karena aku sempat bertemu mereka sebelum aku selamatkan Nona Naya dan Nona kecil dari ledakan itu."
"Maksud kamu pengamen itu perempuan dan membawa anak kecil seusia Amaira?" Tanya Erlin. Elang mengangguk mengiyakan. "Syukurlah kakakku baik-baik saja. Hanya saja Nona kecil harus dirawat lebih intensif Lang. Aku tidak percaya takdir bekerja seperti ini. Kenapa tragedi ini terjadi saat aku pulang ke Indonesia untuk seminar." Ucap Erlin dengan menggelengkan kepalanya.
"Entahlah. Yang pasti Bos dan Nona harus diberi tahu jika Nona Naya dan Nona Kecil selamat." Jawab Elang.
"Pasti. By the way Lang thanks yaa kamu sudah kabarin aku. Kalo kamu gak kasih tahu aku pasti langsung balik ke Korea." Kata erlin, Elang mengangguk dan keduanya duduk menunggu Naya dan Amaira sadar.
******
Pertarungan sengit itu masih terjadi. Banyak sekali anak buah Oscar dan Arya yang tumbang.
Daaaaaarrr
Wanita yang membawa Garsa menarik senjatanya ke atas. Dengan serempak seluruhnya mengalihkan pandangan mereka kesana. "Cukupp.. aku akan akhiri semua ini sekarang juga." Ujar Wanita itu. Amanda yang berada di hadapan wanita itu sedikit gugup dan tegang.
"Kenapa Nona Amanda, apakah kau takut? Bukankah semua masalah ini terjadi bermula darimu yang membunuh Kevin dan adiknya? Sekarang terima saja balasan Tuan Oscar." Ucap wanita itu sembari mengangkat Garsa ke udara dan melempar bayi mungil itu ke jurang.
Mata Amanda memperhatikan gerakan wanita itu dan berlari untuk menyelamatkan putranya. "TIDAAAAKKKK.." Ucap Arya sambil menarik pelatuk senjatanya menghabisi wanita itu dan sisa sisa anak buah Oscar.
Garsa menjerit hebat dan jatuh dari tebing, Amanda meloncat dan berhasil mendapatkan anaknya. Wanita itu memejamkan matanya dan pasrah jika dia harus mati bersama anaknya.
"Sayaaaanggg..." terdengar suara Arya, Amanda segera membuka matanya dan melihat suaminya tak jauh darinya sebelum jatuh ke dalam jurang Amanda melempar sekuat tenaga bayi mungil itu ke arah suaminya.
"TIDAAAKK.... AMANDAAA JANGAAANNN..." Teriak Arya. Ikbal segera berlari dan segera menangkap Garsa.
"NONAAAAAA...."
"AMANDAAAA......"
teriakan Arya dan anak buahnya bersamaan. Amanda menghilang ditengah kegelapan jurang dan tak lama berbunyi seperti sesuatu jatuh ke sungai bawah tebing itu.
"TIDAAKK AMANDAA.. SAYAAANGG..." Arya panik dan segera memerintahkan anak buahnya untuk turun mencari istrinya. "Ikbal kau bawa Garsa ke rumah sakit. Aku akan mencari istriku sampai ketemu." Ujarnya lalu pergi bersama anak buahnya yang masih tersisa. Ikbal mengangguk. Tak hentinya pria itu mencium keponakannya. "Kau adalah laki-laki yang hebat. Om akan selalu menemanimu." Bisik Ikbal di telinga Garsa.
******
Ikbal segera menghubungi Elang. "Bro, Lo dimana?" Tanya Ikbal. "Aku di rumah sakit." Jawab Elang cepat.
"Apa kau sedang sakit?" Tanya Ikbal. "Tidak. Ada kerabatku yang sedang sakit. Ada apa Bro? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Elang. Ikbal menceritakan semuanya kepada Elang. "Jadi kau sedang bersama bos kecil?" Tanya Elang.
"Iya Bro. Aku butuh bantuanmu untuk menolong teman-teman kita di tebing itu. Mereka banyak yang terluka. Aku ingin mereka segera dirawat." Ucap Ikbal. "Oke gue kesana membawa paramedis. Lo shareloc ke gue alamatnya." Panggilan telepon ditutup.
Garsa masih menangis. Ikbal menambah kecepatan mobilnya hingga sampai di rumah sakit.
*****
Sementara Arya dan anak buahnya dibantu oleh tim Basarnas mencari Amanda. Malam semakin larut, tak menyurutkan niat arya untuk terus mencari istrinya.
"Pak Arya, mohon maaf ini sudah tengah malam. Kami akan melanjutkan pencarian kami besok Pak. Bapak dan rekan-rekan semua bisa beristirahat. Besok pagi kita lanjutkan lagi pencarian." Ujar ketua Basarnas.
"Tidak Pak. Saya ingin segera ditemukan istri saya. Saya tidak mau menunggu besok." Jawab arya penuh penekanan.
"Maaf Pak Arya, kami tahu bagaimana perasaan bapak. Tapi kondisi yang minim pencahayaan ini juga membuat pencarian kita tidak maksimal Pak. Apalagi debit sungai ini deras. Kasihan jika kita memaksa yang lain untuk terus mencari. Kami juga tidak mau ada korban lagi Pak. Tolong bapak pikirkan itu." Sambung ketua Basarnas lagi.
Arya mengangguk setuju. "Baiklah, kita mulai lagi besok pagi. Terimaksih sudah membantu saya." Jawab Arya sembari menjabat tangan ketua Basarnas itu.
Ponsel Arya berdering, "Ikbal." Katanya lirih.
"Haloo.."
"Haloo kak, kak aku sudah membawa Garsa ke rumah sakit. Dia baik-baik saja. Dan apa kau tahu apa yang aku temukan disini?" Seru Ikbal. Suaranya terdengar bahagia dan senang.
"Apa?" Tanya Arya.
"Naya dan Amaira masih hidup." Jawab Ikbal.
Jantung Arya serasa ingin meledak, pria itu tersenyum kepada anak buahnya dan berjalan cepat untuk sampai ke atas tebing. "Benarkah? Bagaimana itu terjadi?" Tanya Arya sedikit mempercepat langkahnya agar bisa segera bertemu dengan putri kesayangannya dan juga adiknya.
"Nanti aku akan menceritakan semuanya pada kakak. Sekarang kakak segera kesini dan lihat mereka." Kata Ikbal lagi. Arya mengangguk.
******
Sementara di tepi aliran sungai yang dingin dan deras. Tubuh Amanda tergeletak. Terlihat luka di sebagian tubuhnya dan kepalanya. Wanita itu tak sadarkan diri. Tubuhnya semakin dingin dipeluk oleh dinginnya malam.
Bersambung...
Aku kasih up dua BAB yaa.. hehehe
Maafkan harusnya kemarin up tapi ketiduran. Selamat membaca dan jangan overthingkhing lohh 😁😁💚💜
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERNAL LOVE
General FictionGabriella Amanda seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah Restoran. Hari-harinya begitu berat karena selalu mendapat perlakuan yang buruk dari pacarnya , Gerry. Hidup Amanda berubah menjadi lebih buruk sejak tragedi di hotel itu , Amanda terbangun...