BAGIAN 100

92 27 4
                                    

Naya mulai beraktifitas kembali. Meskipun masih murung namun wanita itu tetap ingin terlihat baik-baik saja. Arya dan amanda bahagia melihat adik kesayangan mereka sudah mau keluar kamar dan beraktifitas lagi.

"Nay, mau kakak bikinin bekal nggak buat dimakan di kantor?" Tanya amanda sambil membelai puncak kepala adiknya itu. "Boleh kak. Aku mau." Jawab Naya dengan senyuman khasnya.

"Aku senang kau kembali. Mari kita buka lembaran baru." Kata Arya sembari memegang tangan adiknya itu. Naya tersenyum lalu berdiri memeluk kakak satu-satunya tersebut. "Kakak, aku menyayangimu. Kau jangan pernah tinggalkan aku." Ungkapnya. "Tidak akan pernah." Jawab Arya cepat. Naya kembali duduk, Amanda memberikan kotak makan siang kepada Naya.

"Sayang nanti Amaira akan ke sekolah bersama Naya dan Ikbal. Biarkan Intan pergi bersama kita." Ujar Arya sambil mengedipkan mata pada Amanda. Amanda mengangguk mengerti. "Tapi kenapa begitu Dad? Biarkan aku yang pergi bersama Daddy." Celetuk Amaira. "No sweet heart. Ada hal penting yang harus Daddy urus di sekolah Intan." Jawab Arya.

"Ok Daddy.."

"Pinter banget sihhh anak Mommy." Ujar amanda. Amaira tersenyum sambil memberikan acungan jempolnya pada ibunya itu. Sementara Intan, gadis kecil itu merasa canggung. Selama beberapa hari dia di rumah keluarga Sandya, belum pernah sekalipun Arya berbicara padanya. Dan sekarang, Arya lah yang akan mengantarkan dia ke sekolah.

******

Mobil Rolls Royce itu melaju dengan santai. Sambil menatap lurus ke depan, sesekali Arya menatap Intan yang kini duduk di sampingnya dengan diam.

"Kenapa kau diam?" Tanya Arya membuka percakapan. Amanda hanya diam dan memandangi keduanya. "Tidak apa-apa Tuan Arya." Jawabnya dengan nada yang pelan. Terdengar sangat ketakutan. "Apa yang sudah kau lakukan pada anakku kemarin?" Tanya Arya sambil tersenyum kecut. Jujur saja pria ini tak bisa menyembunyikan kemarahannya dari gadis kecil ini.

"Maafkan aku Tuan Arya, aku hanya ingin bermain saja dengan Amaira." Jawabnya. Amanda memandang Intan, " Benarkah? Lalu kenapa kau buat dia tergantung dengan kepala di bawah dan kaki di atas. Itu bukan permainan. Itu kau seperti berbuat tidak baik pada Amaira." Sergah Amanda dengan luapan emosinya. Intan menangis.

"Tolong maafkan aku Tuan Arya.. aku tidak akan mengulanginya lagi." katanya di sela isak tangisnya.

"Kau sudah terlambat. Aku tak mau lagi menampungmu di rumahku. Aku akan mengantarmu ke tempat ayahmu." Jawab Arya tegas. Intan terdiam. Lalu mengusap air matanya.

Sementara Naya dan Ikbal juga Amaira sedang membeli bahan bakar di pom bensin. "Sayang apa kita akan membelinya disini?" Tanya Naya. Ikbal mengangguk sambil tersenyum. Petugas yg sedang bertugas bertanya, "Selamat pagi Ibu, Bapak mau diisi berapa Bu?" Tanyanya dengan ramah.

"Full aja mas." Jawab Naya sambil memberikan beberapa lembar uang pecahan lima puluh ribuan. "Baik sebentar yaa Bu.." lalu mulai mengisi tangki mobil. Ponsel Ikbal berbunyi.

"Sayang aku keluar sebentar ya?" Ujarnya pada Naya saat melihat nama Arya di layar ponsel. Ikbal bergegas menjauh dan menjawab teleponnya. "Ada apa kak?" Tanya Ikbal. "Kau apa kau masih bersama putriku dan juga adikku?" Tanya Arya dengan suara sedikit gugup. Ikbal sedikit terkejut, bukankah kakak iparnya itu sudah tahu jika mereka bertiga tadi berangkat bersamaan.

"Iyaa Kak. Kami sedang mengisi bahan bakar." Jawab Ikbal dengan nada menenangkan. Tiba-tiba...

Duaaaaaarrrr...

Suara ledakan yang begitu dahsyat terdengar. Ikbal terkejut dan refleks berjongkok. Lalu menoleh ke sumber suara. Ponsel Ikbal terjatuh. "TIDAAAAKKKKK NAYAAA... AMAIRAAAA..." Teriak Ikbal. Mobil hitam itu meledak dan sedang terbakar oleh kobaran api yang besar. Seluruh orang menghindar dan panik. Ikbal berlari mendekati mobilnya.

INTERNAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang