18

1.2K 42 0
                                    

Duh, aku hampir aja telat. Lima menit lagi pelajaran pertama, sementara aku baru saja sampai di gerbang utama sekolah. Aku melangkah sedikit cepat menuju kelas, sambil nggak lupa menoleh sekeliling. Siapa tau ada yang seger-seger buat diliatin, ups...

Sebuah bola tiba-tiba terlempar ke arahku. Aku dengan refleks berkelit ke samping, menghindari bola yang jatuh hanya mengenai dinding perpustakaan. Uh asem deh, yang lempar siapa sih? Aku mengambil bola itu segera.

Segerombolan cowok berjalan mendekatiku. Ups, para senior kelas 2. Mereka pengen mengambil bola di tanganku.

"Sini bolanya!" seorang di antara mereka ngomong dengan dingin.
Aku mencibir dalam hati. Masih untung gue gagal kena bola ya. Tapi kemudian kulihat ada Kak Ian di antara mereka. Aduh sial, ternyata mereka-mereka ini teman-temannya Kak Ian. Huh, segera kukembalikan bola itu kepada salah satu mereka yang mengulurkan tangan.

"Nih, Kak."

Dan aku langsung ngeloyor pergi ke kelas, nggak mau menoleh-noleh lagi.

"Widiiih asem banget tuh muka pagi-pagi hahahahaa!!" Iran ngakak sambil membereskan buku PRnya.

"Gue balik deh ke bangku, udah ada si Riva," Lita segera menuju bangkunya yang cuman sebaris di belakangku. Aku menyimpan tas dan duduk menghadap Iran.

"Liat gak, muka gue?" aku menunjuk wajahku.

"Kenapa?"

"Ini muka gue tadi hampir kena bola, tau gak?"

"Hahaha.. emang siapa yang hampir nyelakain lo pake bola, Va?" si Lita nimbrung dari belakang.

"Itu.. temen-temennya kakaknya si Iran, aduh kurang asem deh."

"Kak Imran?" Iran mengernyitkan dahi.

Kutepuk dahiku cepat. Di pikiran nih anak cuman Kak Imraaaan terus.

"Minus huruf M sama R!" jawabku bete.

Iran mikir-mikir. "Kak Ian??"

"Pinter!"

"Kakak lo asem? Kakak gue Kak Imran tau... enak aja."

"Kakak-kakak-an terus kalian berdua! Pak Amran udah menuju ke sini, diem ya..." Dedy ngomong melintasi bangku kami, lantas duduk di bangkunya. Huft... aku dan Iran langsung kompak diam.

*

Sore ini aku ikut latihan fisik dan terpaksa mengorbankan jadwal bimbingan kimia. Huhuhu... soalnya berdasarkan perhitunganku, kayaknya besok aku akan kedatangan tamu bulanan deh, lagipula sudah ada sedikit tanda-tandanya. Sementara jadwal latihan fisik tinggal 3 hari lagi dari yang ditetapkan. Apa boleh buat, hari ini mesti melunasi satu latihan lagi, daripada besok di saat lagi halangan. Hari pertama pula. Apalagi kalo larinya bareng Kak Andra. No way, thanks! Mungkin kami bakal perang mulut lagi.

"Kak Rio ama Kak Andra kok gak keliatan dari tadi ya?" Rina nanya sambil sesekali melirik ke arah sekretariat PMR.

"Bentar lagi kali?" aku mengangkat bahu.

"Udah hampir jam setengah 4 padahal nih, kan biasanya mereka ada di sekret sebelum kita datang..."

"Hmmm..." aku bergumam saja.

Mana aku tau Kak Andra lagi di mana sekarang? Jangan-jangan dia keasikan pacaran, dan lupa kalo sore ini mesti latihan fisik. Huh... aku jadi dongkol sendiri mengingat saat Kak Andra mojok sama cewek yang entah siapa dia.

"Yang bakal lari cuman segini aja?" tau-tau seorang cowok muncul dari pintu sekretariat.

"Eh, iya Kak." Rina menjawab cepat. Aku menoleh saja. Dia siapa ya? Nggak pernah liat sebelumnya.

"Oh ya udah, kalo gitu kita pemanasan dulu," cowok itu ngomong sambil melihat arlojinya.

"Maaf Kak, hari ini bukannya yang mimpin latihan fisiknya itu Kak Rio atau Kak Andra ya?"

"Iya tapi hari ini jadwal gue. Emang Rio sama Andra gak pernah ngomong ya?"

"Oh iya, iya Kak.. Kak Rio sempat bilang, ada 3 orang yang bakal mimpin latihan fisik. Kak Rio, Kak Andra, sama... Kak Faril? Kakak... Kak Faril ya?"

"100..." Kak Faril senyum menanggapi ucapanku barusan. Wah... senyumnya itu loh! Ups..

"Oke, jadi kita sekarang mesti segera pemanasan, 5 menit lagi udah setengah 4. Yang mau nanya bisa dilanjut entar abis lari ya. Oke bentuk lingkaran!"

Dan selanjutnya lari seperti biasa. Bedanya, Kak Faril ngasih bonus dengan latihan mengangkat diri dengan berpegangan pada tiang setinggi 2 meter. Aku perlu melompat untuk menggapainya, kemudian menahan pegangan. Kak Faril menghitung seberapa lama tanganku bisa bertahan. Yah... hanya 13 detik.

Kemudian giliran teman-teman yang lain. Aku beristirahat sambil memandang mereka saja. Hari ini nggak ada Iran sih, jadi aku nggak banyak bacot seperti biasa.

"Berapa detik lo Va bisanya?" Antoni duduk di sampingku segera setelah gilirannya barusan.

"13 detik doang..."

"Gue 24 detik hehehe," Antoni terkekeh.

Buset, lama juga dia. Eh tapi wajar kan kalo cowok lebih kuat dari cewek? Kecuali yang ngondek mungkin hihihi.

"Cie jago lo dong," seruku.

Antoni tersenyum. Anak ini kalo diperhatikan sebenarnya manis juga. Apalagi punya lesung pipi. Aduh, mulai deh pikiran gue ke mana-mana.

"Temen lo yang satu itu ke mana? Tumben nggak barengan," sahutnya tiba-tiba menanyakan Iran.

"Oh Iran lagi les kimia. Tuh di kelas sana," aku menunjuk kelas tempat Kak Imran sedang mengajar. Mana mau Iran melewatkan kesempatan les diajarin Kak Imran.

"Hmm..." Antoni manggut-manggut. "Lo gak les?"

"Gue lagi izin."

"Kenapa?"

"Ngg..." nggak mungkin kan aku ngasih alasan karena besok bakal datang bulan. "Pengen nyelesaiin latihan aja, tanggung tinggal 1 lagi. Kalo lesnya kan bisa lain kali hehe.."

"Oh.." Antoni manggut-manggut sambil nyengir. Lesung pipinya nongol lagi. Duh...

"Oke, semuanya udah selesai, jadi kalian bentuk lingkaran lagi karena gue mau ngabsen dulu," seru Kak Faril akhirnya.
Yes! God thanks latihan fisik gue udah komplit hari ini!

***

Cinta Datang TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang