Makan siang berlangsung aman. Bukan karena tidak ada Kak Andra yang ikutan makan di kantin seperti kemarin-kemarin, tapi karena kali ini Kak Ian mengajakku makan di kantin satunya lagi, yang sebenarnya tidak terlalu ramai dibanding kantin sebelumnya tapi suasananya cukup nyaman.
Akhirnya aku menjalani bimbel dengan hati tenang. Tapi tidak setenang yang kupikirkan, karena saat ini, begitu Kak Aris mencoba mendekatiku, Geo juga malah berusaha mengalihkanku agar Kak Aris tidak lama-lama berinteraksi denganku. Ia malah duduk di sampingku, padahal seharusnya aku duduk bareng Amelia. Amelia sendiri tidak ambil pusing. Ia duduk di seberang meja kami.
“Ri, gimana soalnya? Ada yang susah?” tanya Kak Aris menghampiriku.
Aku menoleh sejenak, tapi kemudian Geo yang menjawab, “Ini lagi nyoba dikerjain dulu.”
Geo lalu berkata lagi, dengan suara sengaja dikeraskan, “Va, lusa kan udah olimpiade. Nanti malam aku ke rumah kamu ya, belajar bareng.”
Aku menoleh tapi tak menjawab. Belajar bareng di rumah?
“Nanti aku juga bawa contoh soal-soal lain, tenang aja udah aku download kok,” Geo berkata lagi sambil tersenyum manis.
Aku jadi bingung harus bereaksi dan merespon seperti apa. Kalau begini rasanya aku ingin memasang earphone saja agar tidak mendengarkan mereka bergantian ngomong kepadaku padahal belum aku jawab sudah dijawab duluan satu sama lain.
Saat Kak Aris keluar sejenak dari ruang kelas, aku buru-buru menulis di secarik kertas dan kuberikan kepada Geo.
Kalian kenapa sih, Geo?
Geo menatapku sejenak sambil menghela nafas ringan, kemudian membalas pesan itu.
Inget aja pesanku dan Lita kemarin :)
Aku ikut menghela nafas dan tidak membalas lagi. Secarik kertas itu lalu kuselipkan di dalam buku agar tidak ketahuan. Ternyata Geo berusaha agar Kak Aris tidak dekat-dekat denganku, begitupun aku tidak dekat-dekat dengan Kak Aris. Tapi kalau begini kan rasanya aneh, mengingat Geo adalah gebetan temanku. Masa gara-gara harus menjauhkanku dari Kak Aris, lantas aku malah dekat dengan Geo? Sampai mau belajar bareng di rumah. Kalau yang lain tahu, bisa gawat, Lita bisa salah paham. Argh, pusing!
Jam 5 teng! Akhirnya, bimbel terakhir selesai juga. Aku benar-benar bernafas lega. Suasana tidak nyaman selama bimbel akhirnya berakhir. Aku cepat-cepat mengemasi ranselku agar segera keluar dari kelas.
Geo benar-benar tidak membiarkan aku berinteraksi lagi dengan Kak Aris. Ia malah menarik tanganku agar berjalan bersamanya keluar kelas. Setelah Kak Aris tidak tampak lagi, aku lalu melepaskan tanganku dari Geo.
“Lo kenapa sih, Geo?” tanyaku benar-benar heran. Menurutku Geo sedikit lebay dengan tingkahnya tadi.
“Gak papa, Va, kamu tau kan alasanku?” ujar Geo tersenyum pelan.
“Tau sih tau, tapi lo gak perlu sebegitunya. Kalo orang liat bisa salah paham, tau gak?” aku melipat tangan karena bete.
“Salah paham?” ulang Geo.
Aku meringis sejenak sebelum menjelaskan maksudku, “Itu... lo kan lagi dekat sama Lita, yaaa jangan sampe lo deket-deket mulu sama gue, orang lain bisa salah paham nanti dikiranya..... lo sama gue ada.... ya pokoknya gitulah,” aku jadi salting sendiri menjelaskannya.
“Makasih ya Geo, gue tau niat baik lo. Gue juga hargain lo. Tapi lo gak perlu khawatir, gue bakal jaga diri kok, gue bisa menghindari apa dan siapa yang gak baik buat gue,” kataku lagi berusaha menjelaskan dengan kalimat yang semoga Geo tidak tersinggung mendengarnya.
Bagaimana pun Geo adalah temanku, dan gebetan dari temanku. Jangan sampai hanya karena hal ini, kami malah jadi berantem. Untunglah Geo segera mengangguk paham.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
Ficção AdolescenteAku ingin menunjukkan padamu, bahwa dalam setiap kisah cinta, tak selalu berakhir seperti yang diharapkan. Karena aku, satu di antara yang tak beruntung itu. #1 in ekskul (16/06/2019) #6 in watty2019 (22/07/2019) #21 in fiction (25/07/2019)