"Eh tau gak, kemarin itu yang mimpin latihan fisik bukan Kak Rio ataupun Kak Andra loh.." aku memulai gosip pagi ini. Lita dan Icha menyimak seperti biasa.
"Kak Faril?" Iran menyahut cuek.
"Kok lo tau??" aku jadi heran bercampur kagum.
"Iyalah, Kak Rio kan pernah bilang waktu technical meeting, ada 3 orang yang mimpin latihan fisik. Kalo bukan Kak Rio sama Kak Andra, pastilah yang satunya itu Kak Faril. Haduh Riva.. Riva.."
Aku manyun sejenak. Mungkin waktu technical meeting lalu aku terlalu fokus sama Kak Andra.
"Kak Faril kelas 2 Ipa 2 ya?" tanya Icha.
"Gak tau tuh.. emang nama Faril di kelas 2 ada berapa? Eh, jangan-jangan malah udah kelas 3."
"Lain kali lo tanyain ya Va hehe," Icha nyengir.
"Lah? Buat apa? Hayoo.. lo naksir ya?" tebakku cepat.
Icha hanya mengangkat bahu sambil tetap nyengir.
"Cie... hihiuww.." seru Iran nggak kalah seru.
"Ssssstt.." Dedy memberi isyarat dari bangkunya.
"Issh.. Mr. Sewot mulai deh.." Iran berbisik. Aku, Lita, dan Icha hanya menahan tawa.
*
Bel istirahat sudah berbunyi, tapi Iran belum nongol juga sampe sekarang. Ke mana sih tuh anak? Tadi izin ama Ibu Firah katanya mau ke toilet.
"Gak keluar, Va?" Lita dan Icha udah berdiri di samping bangkuku.
"Duluan deh, gue nyari Iran dulu. Gak tau nyasar di toilet mana dia.."
"Toilet di pesawat kali.. Pas dia udah selesai, pesawatnya terlanjur terbang."
"Hush..." ada-ada aja deh jawaban Lita.
"Hahaha.. duluan ya, kita udah laper banget nih!"
"Yoi..." aku melambai sambil tetap menelefon Iran. "Halo.. Ran, lo di mana sih?" tanyaku begitu telefonku diterima.
"Gue lagi di perpus nih..."
"Ngapain? Lo bukannya ke toilet tadi?"
"Anu... gue..."
Aku segera mematikan telefon dan berjalan menuju perpustakaan. Pulsa mahal, lagipula aku sudah tau di mana Iran berada. Aduh, tuh anak kadang nggak jelas.
"Iran..." panggilku dari pintu.
"Sssst.. berisik!" tegur Kak Fera memandangku. Aku mengatupkan kedua tangan tanda meminta maaf, kemudian segera menghampiri Iran.
"Ngapain lo di sini?" tanyaku heran.
"Hehehe,, mmm, ini.. gue..." Iran seperti salah tingkah menjawab pertanyaanku. Hmm, mencurigakan.
"Nah ini Ran, aku udah dapetin bukunya. Di sini bagus buat belajar dasar-dasar kimia, penjelasannya simpel. Kayaknya kamu bisa ngerti dengan gampang."
Tau-tau Kak Imran nongol dari balik rak buku dan menyodorkan sebuah buku kimia yang entah apa judulnya kepada Iran. Aku lebih sibuk berpikir, ngapain Iran dan Kak Imran di sini?
"Eh.. ada Riva. Riva kan ya?" tegur Kak Imran tersenyum.
"Eh.. iya Kak, hehehe.." jawabku singkat. Kemudian kutatap Iran yang memberiku lirikan penuh rahasia. Apaan sih?
"Hmm.. by the way, kalian gak istirahat?" tanya Kak Imran lagi.
"Iya.. ini baru mau istirahat Kak."
"Kalo gitu istirahat dulu ya. Oh ya Ran, kamu coba aja baca dulu bukunya. Kalo ada yang gak dimengerti, tanya aja lagi."
"Oh, iya Kak. Iya." Iran mengangguk mantap. Ceileh..
"Oke, aku duluan ya kalo gitu.." Kak Imran pamit diakhiri senyum. Iran membalas dengan senyum juga. Aku segera duduk di depan Iran.
"Nah, sekarang gue punya kesempatan nih buat nanya. Bisa dijelasin?" aku bertanya tanpa menunggu lama.
"Hahaha... sori Va, sori, gue terlalu terkesima sih hehehe.."
"Tadi kan lo izinnya ke toilet, kok bisa terdampar di perpus? Bareng Kak Imran lagi.. Kayaknya ada misi terselubung nih."
"Gue tadi emang ke toilet Va, tapi pas pengen balik ke kelas, gue ngeliat Kak Imran lagi di perpus. Kesempatan banget kan, bisa ngobrol berdua ama Kak Imran? Dia bilang gurunya lagi halangan ngajar, jadi dia nongkrong manis aja di perpus. Gue juga ngeliat jam tinggal 10 menit lagi Bu Firah selesai ngajar. Jadi gue mampir aja juga di sini hahaha..."
"Duh, bener-bener deh ya akal lo segudang, ckckck..." aku menggeleng-geleng.
"Hahahaha iyalah Va, pedekate mesti liat kesempatan yang bagus kan." Iran tertawa pelan, takut ditegur Kak Fera si judes.
"Ckckck gue sampe bingung lo nyasar di mana. Lita malah bilang lo ada di toilet pesawat trus pesawatnya keburu terbang deh."
"Serius lo, Lita ngomong gitu? Hahaha asem deh!"
"Lo juga asem blom mandi!"
"Enak aja! Nih cium ketek gue..." Iran mengangkat lengannya segera.
"Najis!" aku buru-buru menutup hidung sambil menahan tawa.
"Ehem!!" waduh, teguran dari Kak Fera. Aku dan Iran berusaha keras bersikap tenang.
"Ran, cabut aja yuk. Gue laper nih," bisikku.
"He'eh.. daripada di sini abis kita dikulitin ama si itu..." Iran menyamarkan nama Kak Fera. Mukanya sedikit bete karena sesi curhat terpaksa di-break dulu.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
Teen FictionAku ingin menunjukkan padamu, bahwa dalam setiap kisah cinta, tak selalu berakhir seperti yang diharapkan. Karena aku, satu di antara yang tak beruntung itu. #1 in ekskul (16/06/2019) #6 in watty2019 (22/07/2019) #21 in fiction (25/07/2019)