Akhirnya aku benar-benar mampir, untuk kedua kalinya, di sebuah rumah sederhana tapi aku menyukai nuansanya. Sebelumnya kutelefon Mama dan bilang kalau aku akan pulang terlambat. Setelah itu kukantongi ponselku dan menekan bel rumah. Mudah-mudahan Tante Meva sedang ada di rumah.
Aku menunggu sekitar satu menit barulah pintu dibuka. Terlihat Tante Meva yang terkejut melihatku, tetapi kemudian beliau menyunggingkan senyum lebar. Tidak menyangka sore-sore begini aku datang bertamu.
“Eeeh... Riva?” seru Tante Meva menyambutku.
Aku berniat menyalami tangan beliau, tapi Tante Meva malah memelukku hangat.
“Ian mana?” tanya Tante Meva.
“Riva datang sendiri, Tante,” jawabku.
“Waduh... kok gak bareng Ian? Eh ayo masuk, Va, maaf sedikit berantakan. Tante lagi sibuk seharian,” Tante Meva mempersilakanku masuk, dan malah membuatku sedikit tidak enak hati.
“Maaf Tante, Riva kayaknya bertamu gak tepat waktu pas Tante lagi sibuk,” ujarku meminta maaf.
“Gak papa Va, kan sibuknya tadi,” jawab Tante Meva. Diraihnya tanganku dan beliau mengajakku masuk.
“Tante habis ngapain?” tanyaku.
“Oh, Tante tadi abis merajut, Va. Nih liat,” Tante Meva meraih sebuah dompet kecil hasil rajutan beliau.
Aku mengamatinya sambil berdecak kagum.
“Rajut sendiri nih, Tan? Cantik banget!” pujiku, “Motifnya juga manis, Tante.”
“Hehehe, maklum gak ada kerjaan ya beginilah Va, nyari-nyari kesibukan.”
“Tante kenapa gak buka usaha jualan tas rajutan aja?” saranku. Sekarang sepertinya sedang hits bisnis tas rajutan, apalagi jaman serba online.
“Beberapa teman Tante sih kadang ada yang pesan. Tapi ini Tante bikin karena suntuk aja gak ada kegiatan,” jawab Tante Meva tersenyum.
“Riva suka? Ambil aja,” Tante Meva menyodorkan tas itu.
Aku sedikit terbelalak. “Wah, gak usah Tante, masa Tante udah capek-capek bikinnya malah dikasih ke Riva?”
Tante Meva tertawa kecil. “Kan bisa bikin lagi.”
“Atau Tante nanti ajarin Riva aja,” ujarku sedikit malu. Malu-maluin gak sih ini?
“Mau? Tante siap ngajar Riva kalo mau,” tanya Tante Meva balik.
Aku menyengir sambil mengangguk. “Boleh Tante.”
“Nanti kalo Riva ada waktu, mau temenin Tante belanja gak? Kita beli jarum sama benangnya, nanti Riva pilih warna benangnya sesuai keinginan, jadi biar hasilnya juga cantik sesuai selera Riva.”
Aku mengangguk setuju. Sepertinya bakalan seru. Tidak salah jika aku memutuskan main ke rumah Tante Meva sore ini, daripada menggalau tidak jelas.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
Ficção AdolescenteAku ingin menunjukkan padamu, bahwa dalam setiap kisah cinta, tak selalu berakhir seperti yang diharapkan. Karena aku, satu di antara yang tak beruntung itu. #1 in ekskul (16/06/2019) #6 in watty2019 (22/07/2019) #21 in fiction (25/07/2019)