"Rivaaaaaa...." Iran tiba-tiba saja menghampiriku dengan senyum lebarnya.
"Apa kita saling kenal?" aku pura-pura cuek.
"Iiiiih awas ya, lain kali gue balas!" Iran melipat tangan. "Eh eh eh.. gue ada kabar baru. Huwaaaaa...."
"Sssst... berisik!" Aku menarik tangan Iran agar ia duduk di dekatku. Teriakannya barusan heboh bener.
"Skarang ngomong," perintahku.
Iran tertawa terkekeh saking senangnya. Aduh plis deh, belum cerita udah heboh sendiri.
"Gue smsan sama Kak Imran hahahahaha......"
"Serius? Kok bisa?"
Iran tertawa, tapi kemudian dia tiba-tiba meringis karena lengannya kucubit. "Aduh.. aduh..."
"Makanya jawab dong!"
"Iya.. iya.. bawel ah!" Iran akhirnya berhasil melepaskan tangannya dari cubitanku. Ia mengelus lengannya sejenak.
"Bahaya juga lo."
"Jawab gak?"
"Iya.. iya.. jadi gini, gue sengaja sms dia dan nanya-nanya gitu soal kimia, hehehe."
"Dia ngebalas?"
"Iyalah.. apalagi kan gue sms dia sore-sore gitu, pastinya dia gak ada kerjaan dong sore-sore."
"Yee... licik lo ya!"
"Oh jelas! Iran gitu..." Iran menepuk dadanya dengan bangga.
Aku mencibir. Tiba-tiba aku teringat Kak Andra. Ah, aku ga berani sms dia. Uh, payah!
"Eh ke kantin yuk," Iran menarik tanganku.
"Pagi-pagi gini?"
"Iya, gue gak sarapan nih. Lapaaar... gue mau makan gorengan aja dulu. Yuk!" sekali lagi Iran menarikku.
Aku berdiri dan berjalan bersamanya menuju kantin. Baru saja aku dan Iran melangkahkan kaki memasuki kantin, tiba-tiba aku terhenti. No! Kenapa aku harus melihat ini?
Iran menoleh dengan cepat ke arahku. Aku jadi diam tanpa ekspresi dan balik menatap Iran.
"Va, ga jadi deh.""Hm."
"Kita balik yuk."
Iran, lo memang teman yang pengertian. Aku diam saja ditariknya menuju kelas. Kami, atau tepatnya aku, berjalan tanpa semangat. Rasanya ingin menangis. Kak Andra...........
"Ran......" aku memanggilnya lesu saat duduk di taman kecil di samping kelas. Iran ikut duduk di sampingku.
"Gue pengen nangis," sambungku mulai berkaca-kaca.
"Va, kali aja cewek itu bukan pacarnya."
"Kalo bukan, ngapain mereka mojok gitu?" balasku cepat.
Iran memandangku dengan tatapan polos tanda tak tahu, dan aku semakin berkaca-kaca.
"Jadi Kak Andra udah punya cewek?" sahutku sedih. Air mataku mulai jatuh.
"Va... lo jangan nangis dong. Apalagi kalo cuman Kak Andra doang yang lo tangisin."
"Tapi ini gue suka banget sama Kak Andra. Ini pertama kalinya gue suka orang sejak pandangan pertama. Biasanya gue lamaaa banget baru bisa naksir orang," aku berusaha menghapus air mataku.
Sekolah mulai ramai, dan Iran mencegah jangan sampai orang-orang yang lewat mendapatiku sedang menangis. Aku jadi sesenggukan. Iran menyodorkan tisu.
"Tapi lo harus bersyukur Va, lo gak lama-lama tau hal ini, kalo Kak Andra ternyata udah punya cewek. Jadi lo gak berharap lama-lama juga."
"Tapi gue jatuh cinta sama Kak Andra! Gue kira dia juga jomblo, karena selama ini dia gak pernah keliatan sama cewek."
"Iya, tapi kan kita liat dia cuman sepintas, gak seharian. Siapa tau saat kita gak berpapasan dengan dia, dia lagi sama ceweknya. Kan bisa aja gitu?" Iran menjelaskan argumennya. Aku diam, ga tau harus bilang apa.
"Va, lo cuci muka ya, biar gak ketauan abis nangis." Iran meraih tanganku. Aku terpaksa mengikutinya menuju kran air.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
Teen FictionAku ingin menunjukkan padamu, bahwa dalam setiap kisah cinta, tak selalu berakhir seperti yang diharapkan. Karena aku, satu di antara yang tak beruntung itu. #1 in ekskul (16/06/2019) #6 in watty2019 (22/07/2019) #21 in fiction (25/07/2019)