85

242 5 1
                                    

Jam 10 pagi aku sudah berada di depan rumah Geo. Aku menelefon Geo untuk memastikan kalau aku tidak salah rumah. Untung saja benar. Geo terlihat keluar dari pintu rumahnya dan menemuiku di depan pagar.

"Hai Va, udah lama?" sapa Geo begitu membuka pagar dan tersenyum menyambutku.

"Baru nyampe kok. By the way, gue beneran cuma bawa flashdisk doang nih, gak papa?" tanyaku merasa sedikit tidak enak. Mau belajar kok kesannya nggak ada persiapan.

"Gak papa, kan aku sendiri yang bilang. Lagian di dalam udah aku sediain semua kok. Masuk, Va.." Geo mempersilakanku masuk. Dia sendiri lantas kembali menutup pagar. Aku berjalan mengikuti Geo. Kami menuju gazebo yang terletak di taman samping rumah.

"Kita belajar di sini, Va, lebih enak suasananya," kata Geo menatapku sejenak, lalu mempersilakanku duduk. Meskipun harus lesehan, tapi ada meja kecil yang cukup panjang yang bisa dijadikan tempat menulis dan memakai laptop. Kuakui suasana di sini cukup nyaman. Kalau aku punya satu di rumah mungkin sudah kujadikan tempat rebahan sambil bermain ponsel.

"Tunggu bentar ya, Va, aku ke dalam dulu," kata Geo. Aku mengangguk saja. Ia meninggalkanku beberapa saat, sementara aku menyibukkan diri sejenak membuka ponsel. Tidak ada lagi pesan chat dari Kak Ian. Sepertinya ia sudah mulai latihan lagi. Tadi pagi ia sempat mengabariku bahwa Minggu pagi ini anak-anak basket akan kembali latihan. Aku meletakkan ponsel begitu Geo sudah kembali dengan seorang perempuan paruh baya yang sedang membawa nampan berisi minuman dan cake.

"Taruh di sini aja, Bi..." kata Geo menunjuk sisi depan kiriku yang kosong.

"Iya, Den..." kata Bibi itu patuh.

Aku hanya mengamati beliau sejenak sebelum akhirnya pamit kembali ke dalam rumah. Kuucapkan terima kasih sebelumnya.

"Va, rileks aja ya. Belajar sambil ngemil hehe..." Geo menyengir sesaat. "Gausah sungkan kalo pengen."

"Oke Geo, gampanglah itu," aku manggut-manggut.

Setelah mengatur posisi yang nyaman, aku dan Geo memulai belajar. Ia ternyata sudah mempersiapkan beberapa contoh soal tambahan yang sudah dilengkapi dengan kunci jawaban. Aku sendiri mengeluarkan flashdiskku dan bertukar soal dengan Geo. Kami mulai menjawab soal satu demi satu, menentukan jawaban dan terakhir melihat pembahasan untuk mengetahui jawaban kami benar atau tidak. Sekitar setengah jam berlalu, tau-tau kedua orang tua Geo terlihat keluar dari rumah. Sepertinya mereka akan pergi karena keduanya berpakaian rapi.

"Va, itu mama sama papa," kata Geo memberitahu. Aku mengangguk, dan mengikuti Geo menghampiri beliau.

"Udah mau berangkat, Pa, Ma?" tanya Geo.

"Iya. Eh, ada temen kok gak bilang-bilang, Ge? Siapa namanya, Sayang?" tanya Mama Geo tersenyum ramah padaku.

"Riva, Tante," jawabku sopan sambil mengulurkan tangan, hendak sungkem.

"Oh iya, Riva ya," mama Geo membalas uluran tanganku. Selanjutnya aku menyalami papa Geo yang pembawaannya sedikit lebih kalem. "Maaf ya Riva, gak sempat ngobrol lama. Tante sama Om ada acara pagi ini jadi harus berangkat."

"Oh gak papa Tante, Om, Riva sama Geo juga lagi belajar buat olimpiade nanti," jawabku tersenyum sopan. Mama Geo cantik banget, Papanya juga berkharisma, jadi nggak heran kalau Geo sekeren ini.

"Ya udah kalo gitu Tante sama Om berangkat dulu ya. Ge, jangan lupa ajak Riva makan nanti kalau udah belajar. Bilang sama Bibi biar masak ya."

"Iya, Ma," jawab Geo mengangguk. Mama Geo tersenyum sekali lagi padaku sebelum akhirnya pergi bersama papa Geo. Setelah keduanya pergi, barulah aku dan Geo kembali ke Gazebo.

"Makan dulu cakenya, Va, dari tadi kita bahas soal terus," kata Geo seraya mengambilkanku sepiring kecil lava cake. Aku menerimanya dengan senang hati. Sepertinya dari tadi aku tergiur dengan cake ini, meski sejenak aku teralihkan karena harus fokus membahas soal.

"Enak banget, Ge. Buatan Bibi?" tanyaku mulai menikmati cake.

"Buatan Mama, Va," sahut Geo. Ia ikut melahap cake di piringnya.

"Serius? Enak loh cakenya, gue suka," pujiku. Geo manggut-manggut. "Makasih Va, mama emang senang buat kue tapi itu kalo lagi gak sibuk aja."

"Oh gitu. Gue akuin emang enak."

"Yaudah habisin aja tuh," kata Geo menunjuk cake yang masih tersedia di wadah kaca.

"Nanti lagi. Gimana? Mau lanjut kerja soal lagi?" tanyaku sambil meneguk minum. Haus.

"Oke. Bentar, aku abisin ini dulu," Geo mempercepat melahap cakenya, kemudian ikut minum. Akhirnya aku dan Geo kembali menyingkirkan makanan dan minuman kembali ke tempat semula, lalu kembali fokus belajar. Jujur saja contoh soal yang disajikan Geo jauh lebih sulit dari soal-soal sebelumnya yang kami hadapi. Tadi saja jawabanku banyak yang salah, Geo juga.

"Kok makin ribet ya soalnya?" keluhku. Geo tersenyum sekilas. "Iyalah Va, namanya juga udah tingkat provinsi. Makin naik makin sulit."

"Pantes aja ya waktunya ada dua bulan sebelum olimpiade provinsi."

"Semangat Va.... semoga kita bisa lolos ke tingkat nasional," kata Geo menyemangati.

"Aamiin... Aamiin.. huaaa gue jadi ngerasa deg-degan tau gak kalo udah denger olimpiade provinsi apalagi nasional. Jadi merinding hahaha," kataku. Geo ikut tertawa kecil. Melihat Geo tertawa mengingatkanku pada salah seorang aktor Jepang. Tiba-tiba aku teringat pesan Mama Geo tadi sebelum berangkat.

"Eh Geo, gue abis ini langsung balik aja ya. Soalnya gue ada urusan lagi," kataku. Lagipula tidak enak merepotkan Geo dan Bibinya untuk menyiapkan makan siang untukku. Lebih baik aku mampir makan di jalan saja. Setelah belajar kan aku ada rencana mengunjungi Tante Meva. Sudah lama rasanya tidak belajar merajut. Aku butuh refreshing sejenak setelah ujian semester dan belajar soal-soal komputer yang mulai rumit.

"Abis makan aja baru balik, Va, sekalian aku antar," kata Geo.

"Eh, gak papa, kapan-kapan aja ya Geo. Lagian aku mau ke rumah mamanya Kak Ian abis ini," jawabku menjelaskan. Sebenarnya tidak enak menolak tapi mau bagaimana lagi. Aku merasa lebih tidak enak lagi kalau merepotkan.

Geo akhirnya mengangguk. Kami merapikan sejenak kertas-kertas yang berserakan, juga mematikan laptop. "Biarin gini aja Va, nanti aku yang bawa ke dalam."

"Oh gitu. Yaudah gue pesen gojek dulu ya Geo," kataku. Geo mengangguk lagi. Untung saja driver gojek segera datang menjemput. Aku lalu berpamitan kepada Geo.

"Makasih ya Geo. Nanti kabarin ya kalo mau belajar lagi," pesanku sebelum pergi.

"Gak papa?" tanya Geo.

Aku terbahak. Kenapa sih Geo selalu bertanya seperti itu? Kemarin juga dia bertanya apa aku akan dilarang jika belajar berdua dengannya atau tidak.

"Ya nggak papa. Kayaknya lo sedikit lebih bisa jawab soal daripada gue. Gue butuh belajar lebih banyak."

Geo tersenyum mendengarku. Ia lalu mempersilakanku pergi.

"Dah Geo....." aku melambaikan tangan.

"Dah Riva..."

***

Cinta Datang TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang