6

1.8K 51 0
                                    

"Ran bener ya temenin gue mendaftar..."

"Iyalah... gue bakal slalu nemenin lo. Hehehe..."

"Asiiik....." aku merangkul bahu Iran.

Kami memegang formulir masing-masing yang sudah diisi, beserta pas foto dan uang Rp5.000 sebagai biaya pendaftarannya. Kami melangkah menuju ruang markas PMR.

"Aduh gue jadi nervous nih bakal ketemu sama Kak Andra," bisikku.

"Tenang.. tenang.. jangan grogi, apalagi pingsan hehehe.. Ntar dia ilfeel lagi. Udah, lo nyantai.. kayak di pantai.. asal jangan sambil mancai."

"Iiiiih.... ga bakal dong," potongku cepat.

Aku menghela nafas perlahan. Ga boleh grogi. Ga boleh nervous. Yesss!
Pintu markas terbuka. Ada beberapa sepatu cowok di luar pintu. Berarti ada beberapa cowok di dalam ruangan itu. Iran mengetuk pintu. Mereka menoleh.

"Silakan masuk Dek..." Kak Rio segera bangkit dari karpet, lalu berjalan ke depan pintu dan menyambut kami. Iran tersenyum perlahan. Aku ikut tersenyum.

"Mau kembalikan formulir Kak," ujar Iran menyodorkan formulirnya. Aku ikut menyodorkannya.

"Oh, masuk dulu sini. Kalian isi dulu form di meja ini," Kak Rio berjalan menuju meja. Ada komputer, printer, beberapa map, dan tempat bolpoin di atas meja itu.

Kami melepas sepatu dan berjalan mengikuti Kak Rio. Ada 4 orang cowok di dalam ruangan, salah satunya adalah Kak Andra. Ia sempat memandang kami sebelum kembali sibuk membaca tabloid. Aduh.. aduh.. plis jangan nervous dong gue! Aku menghela nafas saat berjalan melewatinya.
Kak Rio mengambil formulir kami, dan menyuruh kami mengisi nama, kelas, dan tanda tangan di form yang disediakan. Tidak lupa uang disetor juga. Rupanya sudah ada 8 orang pendaftar sebelum kami.

"Oke,, terima kasih ya. Nama kalian siapa?"

"Iran, Kak."

"Riva, Kak."

"Oke ya, Iran dan Riva, nanti kami hubungi masing-masing kalian untuk agenda berikutnya. Udah disimpan kan nomor panitianya?"

Iran dan aku mengangguk. "Udah Kak."

"Sip.. semua informasi akan disampaikan lewat panitia dan hanya melalui nomor panitia. Kalo ada nomor lain selain panitia, mohon jangan digubris. Siapa tau itu penipuan."

Kayak kuis-kuis di iklan aja, pake penipuan. Tapi aku dan Iran sama-sama mengangguk mengiyakan. Kemudian kami pamit. Sebelum pergi, aku melirik sekali lagi pada Andra. Oh my God, dia juga melihatku.

*

Aku dan Lita berjalan menuju ruang guru untuk mengumpulkan tugas-tugas dari kelas kami. Rupanya ada Kak Ian yang sedang berjalan ke arah kami. Ia melirikku, lalu bertanya pada Lita, "Lit, Dedy ada di kelas?"

"Gak ada Kak, Dedy absen hari ini," jawab Lita.

Kak Ian manggut-manggut, lalu berlalu. Ihhhhhh... kurang asem deh. Sengaja banget dia nggak mau ngomong denganku, ataupun menyapaku. Kurang asem! Kurang garem!

"Kenapa lu Va?" tanya Lita heran melihatku komat-kamit sendiri tanpa suara.

"Eh, nggak!" kilahku. Kami kembali berjalan menuju ruang guru.

***

Cinta Datang TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang