Aku menyimpan tas di meja belajar, lalu merebahkan diri di atas kasur. Hari ini melelahkan tapi cukup menyenangkan. Selain karena sudah berbaikan dengan Iran, aku juga mendapat sebuah pulpen cantik dengan ukiran namaku. Ri. Pemberian dari Kak Aris. Aku tersenyum-senyum saat mengingat ucapannya tadi sebelum pulang dari rapat.
“Ri.....” panggil Kak Aris pelan begitu aku melangkah keluar kelas.
Aku lantas menoleh. Menunggu ucapan selanjutnya. Kulihat Kak Aris mengambil sesuatu dari ranselnya, dan mengulurkan kepadaku sebuah pulpen yang diikat dengan pita biru di ujungnya.
“Hadiah buat kamu,” katanya lagi.
“Hadiah apa, Kak?” tanyaku.
Jelas saja aku heran, karena hari ini bukan ulang tahunku.
“Hadiah karena kamu lulus olimpiade tahap sekolah,” jawab Kak Aris tersenyum. Manis, walau wajahnya lumayan garang khas preman.
Aku sedikit tersipu lalu menerima pulpen itu. Kuamati sekilas permukaannya. Ada sebuah ukiran nama yang singkat. Ri. Simpel tapi cantik.
“Jangan dipake untuk nulis contekan tapi, ya!”
Senyumku langsung hilang begitu Kak Aris berkata demikian. Enak aja!
“Aku bukan tukang nyontek!” sahutku cepat, sambil menjulurkan lidah.
Kak Aris hanya tergelak.
*
<geofan> hei
Aku mengernyitkan alis. Ada apa nih, Geo tiba-tiba mengirimkanku pesan chat? Bukannya dia lagi pedekate ya dengan Lita? Balas nggak, ya?
Kuputuskan untuk membalas pesan Geo. Chating bukan berarti ada rasa, kan?
<riva> hei juga Geo
<geofan> Lg ngapain Va? Aku ganggu gak?
<riva> barusan abis kerja PR
<riva> gak kok Geo.... :) ada apa?<geofan> gak papa.. :)
Aku menghela nafas, menerka-nerka apa tujuan Geo mengirimkanku pesan chat, tapi ternyata nggak ada apa-apa, katanya. Mungkin memang dia hanya ingin menyapa.
Aku tidak membalas lagi, dan segera menuju ke kamar mandi untuk menjalankan ritualku seperti biasa sebelum tidur, yaitu mencuci muka dan menyikat gigi. Beberapa menit kemudian aku kembali ke kamar dan berniat mematikan laptop, ketika kudapati pesan chat dari Geo lagi.
<geofan> aku pengen ngomong sesuatu, Va. Tapi besok
<geofan> Gimana?
<geofan> Va?
Duh, gimana nih? Geo bilang mau ngomong sesuatu. Aku jadi panik sendiri. Kalo dia bilang mau nanya sesuatu, mungkin aku masih bisa mengira dia akan menanyakan sesuatu tentang Lita padaku, mungkin sebagai bagian dari pedekatenya terhadap Lita. Biasanya memang seperti itu kan? Pedekate dengan seseorang tapi bertanya perihal orang itu kepada teman-teman dekatnya. Dan aku termasuk salah satu yang bisa dibilang dekat dengan Lita, meskipun masih tergolong akrab, tidak sedekat aku dengan Iran. Tapi ini... Geo cuma bilang mau ngomong. Aku berusaha memikirkan balasan chat yang tepat.
<riva> mau ngomong apa Geo?
Baru saja kukirim pesan itu, tiba-tiba Geo off dari chat. Yaaah.... kok gitu sih? Dia malah off. Aku menunggu beberapa saat, tapi Geo tidak kunjung online kembali. Tiba-tiba saja aku menggigit kuku, sambil menebak-nebak isi chat Geo tadi. Mau ngomong sesuatu. Tapi besok.
Kenapa gak lewat chat aja? Kenapa harus besok?
Dan aku langsung terbelalak. Jangan-jangan......... Geo mau nembak! Aku buru-buru menggeleng. Nggak mungkin. Kan dia lagi pedekate dengan Lita, masa nembak gue?
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
أدب المراهقينAku ingin menunjukkan padamu, bahwa dalam setiap kisah cinta, tak selalu berakhir seperti yang diharapkan. Karena aku, satu di antara yang tak beruntung itu. #1 in ekskul (16/06/2019) #6 in watty2019 (22/07/2019) #21 in fiction (25/07/2019)