Huft... capek juga!
Aku baru sampai di rumah setelah ikut rapat di PMR. Sebentar lagi tahap terakhir dari proses perekrutan anggota. OUTDOOR.Sepertinya seru, soalnya akan dilakukan praktik dari semua materi yang udah diberikan. Jadi nggak bakal ada teori lagi. Penasaran, sekaligus deg-degan juga. Semoga bisa melewati semua tahap. Plis God!
"Baru pulang, Va?" tanya mama.
"Iya Ma," aku menyalami tangan mama, kemudian mengambil air minum. Haussss...
"Tadi ada teman kamu ke sini. Tapi mama bilang kalo kamu belum pulang."
"Siapa?"
"Ian."
Hampir saja mulutku menyemburkan air yang sedang kuminum.
"Ian siapa? Ciri-cirinya gimana, Ma?"
"Lumayan tinggi sih anaknya, gak putih-putih amat. Tapi cakep Va, matanya rada sipit gitu. Kayak Boy William, tau gak?"
Mama berbinar menceritakan ciri-ciri si Ian yang nggak salah lagi adalah Kak Ian. My enemy. Huh. Eh.. bukan musuh sih, tapi.. arggh... gitu deh! Lagian mama tau dari mana sih si Boy William? Hadeh...
"Oh, dia bukan temenku. Senior Ma," aku jadi malas melihat ekspresi mama yang sepertinya masih terkagum-kagum dengan Kak Ian. Aku justru sebaliknya, sibuk berpikir darimana Kak Ian tau alamat rumahku.
"Oh senior kamu. Cakep ya, Va! Anak basket pasti ya, kalo Mama liat postur badannya sih."
"Ih... cakep dari Hongkong," aku sedikit manyun.
"Cakep dong, Va.. masa kamu gak liat?"
"Mau ngapain dia ke sini, Ma?" aku malas meladeni soal kecakepan Kak Ian. Percuma cakep, tapi kasar ama cewek.
"Dia pengen ketemu kamu. Ada yang mau diomongin, katanya."
Aku mencibir dalam hati. Baru mau ngomongin soal kejadian 2 bulan lalu, maksudnya?
"Kenapa sih, Va? Kayak gak suka gitu. Kalian ada masalah?" mama rupanya bisa melihat raut wajahku yang makin bete.
"Tau deh, Ma. Riva ke kamar dulu ya. Mau istirahat." Aku memilih untuk tidak menjawab dan ngeloyor pergi ke kamar.
Aku menyimpan tas dan mengambil ponsel. Segera kutelefon Iran untuk mengabarkan kejadian tak terduga tadi, tapi ponselnya nggak aktif. Haduh, kok nggak aktif sih. Kutelefon lagi, tapi tetap saja yang ngomong cuman operator.
Aku menaruh ponsel kembali sambil duduk di atas kasur. Niat untuk tidur dan beristirahat jadi menguap begitu saja. Aku berpikir keras. Jangan-jangan Iran nih yang ngasih tau alamat rumahku. Uh... Kak Ian juga, nggak jelas banget sih orangnya. Nggak pernah ngajak ngobrol di sekolah, tau-tau datang ke rumah. Aduh pusing......
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
Teen FictionAku ingin menunjukkan padamu, bahwa dalam setiap kisah cinta, tak selalu berakhir seperti yang diharapkan. Karena aku, satu di antara yang tak beruntung itu. #1 in ekskul (16/06/2019) #6 in watty2019 (22/07/2019) #21 in fiction (25/07/2019)