Malam minggu kulewatkan bersama Kak Ian dengan menonton film Incredibles 2. Dia memang suka film dengan genre seperti itu. Aku memaklumi saja, namanya juga cowok, suka genre action meskipun lebih ke science fiction. Apapun itu. Meski aku lebih suka menonton drama komedi romantis, tapi kuakui film yang kunonton itu lumayan menghibur. Yah, nggak berat-berat amatlah di kepala.
Kami hanya menonton satu film, itupun tidak sampai selesai, karena ternyata Kak Ian malah ketiduran di sofa. Aku menoleh menatapnya. Dia kelihatan cukup lelah. Iya sih, wajar, ujian sejak tadi pagi, kemudian sore kembali berlatih basket, lalu malam ini demi malming, dia rela datang ke rumah. Kak Ian... Kak Ian.... harusnya kamu istirahat di rumah, Kak.
“Va....” panggil Mama yang datang dari arah dapur. “Loh, Cowok Ganteng ketiduran?”
Aku menoleh dan mengangguk.
“Iya Ma, suruh pulang aja kali ya. Kasian, abis main basket tadi sore.”
“Udah, biarin aja dulu. Kasian baru tidur gitu. Eh Va, kalo gitu kamu bantuin Mama dong. Bentar aja,” pinta Mama menyuruhku bangkit dari sofa dan menemaninya menuju dapur.
Akhirnya aku meninggalkan Kak Ian sendirian di ruang tengah. Biar saja dia tidur dulu. Sementara itu aku dan Mama sudah berada di dapur.
“Mama ngapain?” tanyaku.
“Ini Va, buat acara arisan besok. Kurang satu jenis kue lagi. Nah, Mama pengen bikin puding. Kamu bantu mixerin putih telurnya ya, Mama mau masak agarnya dulu.”
Mama menyodorkan sebuah mixer dan wadah putih telur ke arahku. Aku dengan sigap mengambilnya dan mulai menyalakan mixer, sementara Mama sibuk mengaduk campuran agar dan kuning telur di atas kompor.
“Emang pake telur Ma?”
“Iya, ini sesuai resep kok.”
“Emang mau bikin puding apa?” tanyaku kepo.
“Namanya sih Puding Agar ABC. Yaudah, mixer sampai putih gih.”
Aku hanya mengiyakan perintah Mama. Mama mulai menuang agar yang sudah matang ke dalam wadah kaca. Aromanya menggoda banget nih.
“Udah bisa dimakan belom, Ma?” tanyaku iseng.
“Bisa sih, tapi panas gini. Mendingan tunggu dingin aja, lebih enak. Itu udah belom? Sini Mama masak lagi,” akhirnya Mama mengambil alih kerjaku.
Aku hanya duduk mengamati. Sepertinya ini jenis puding baru yang Mama buat pertama kali. Biasanya puding coklat atau puding buah.
“Segitu aja, Ma?” tanyaku melihat Mama mulai menuang kembali lapisan puding selanjutnya.
“Nanti dikasih topping buah kaleng, Va, trus terakhir disiram ama sirup rasa jeruk.”
“Wow.... Riva tunggu pudingnya jadi aja deh, hehehehe....”
Aku mengamati Mama dan sesekali membantu, tetapi tidak butuh waktu lama, pudingnya sudah jadi. Tinggal menunggu agak dingin untuk dimasukkan ke dalam kulkas.
“Trus apa lagi, Ma?” tanyaku begitu puding sudah selesai dibuat.
“Nggak ada lagi. Udah gitu aja kok. Makasih ya Riva udah bantuin Mama. Kamu balik aja gih, liatin tuh si Cowok Gantengmu,” Mama menyuruhku kembali ke ruang tengah.
“Oh iya, Kak Ian masih tidur gak ya?” aku bertanya pada diri sendiri kemudian segera menemui Kak Ian.
Ia tertidur cukup pulas. Duh, ini dibangunin apa nggak ya? Aku jadi bingung. Tapi kalau dibiarin begini, masa iya Kak Ian tidur di sofa? Gimana kalau orang rumahnya mencari? Kulirik sekilas jam di dinding. Sudah pukul 9 lewat. Untung saja tadi kami sudah makan sebelum menonton.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
Teen FictionAku ingin menunjukkan padamu, bahwa dalam setiap kisah cinta, tak selalu berakhir seperti yang diharapkan. Karena aku, satu di antara yang tak beruntung itu. #1 in ekskul (16/06/2019) #6 in watty2019 (22/07/2019) #21 in fiction (25/07/2019)