5

2K 60 0
                                    

Ah, pagi-pagi sudah disuruh menghafal 118 nama unsur di dunia. Aku dan Iran bergantian saling menghafalkannya. Iran mencoba menghafal dengan cara menyingkatnya sesuai golongannya.

"Hidrogen litium natrium kalium... enggg....." Iran sesekali melirik tabel periodik unsur-unsur di bukunya.

"Rubidium sesium fransium..." sambungku.

Iran menggaruk sedikit rambutnya. "Oke.. oke.. bentar, gue dulu dong.."
"...hidrogen litium natrium kalsium.."

"Kalium.." ralatku cepat.

"Eh iya kalium. Hidrogen...."

"Heh? Rubidium kali..."

"Ih diulang dari awal tau...." sahut Iran, langsung mengibaskan tangan, dan kembali memulai..
"Hidrogen litium natrium.."

"Kak Andra!!!!" seruku cepat.

"Hah? Kandra? Kalium woy..." seru Iran.

Aku memukul lengan Iran, menyuruhnya berbalik ke arah pintu. Oh my God, ada Kak Andra berjalan, sepertinya menuju ke kelasku.

"Ya ampun.. kirain lo masih bahas unsur," Iran menggeleng-geleng.

Aku menunggu, siapa tau Kak Andra dan temannya akan masuk ke kelasku. Oh God, aku segera memperbaiki rambutku.
Tapi Kak Andra berbelok dan menuju ke kelas sebelah.

"Yaaaah... dia gak ke sini!" seruku kecewa. Iran tertawa pelan.

"Lu kira dia mau ngapain masuk ke sini?"

Aku manyun sejenak. "Siapa tau mau nyampein sesuatu."

"Ya elaaaaah..."

Iran akhirnya mengajakku kembali fokus untuk menghafal. Pak Ahmad berjanji akan memberi bonus nilai bagi 10 orang pertama yang bisa menghafal minimal sampe golongan ke-5. Dan Iran ngotot ingin kami menjadi salah satu dari 10 orang tersebut. Pak Ahmad meninggalkan kami sejenak untuk bisa mencoba menghafal unsur-unsur.

10 menit kemudian, Kak Andra dan temannya berjalan memasuki kelasku. Oh no, aku segera berhenti menghafal. Iran hampir berseru, tapi kucegat.

"Sssst...." bisikku sambil memegang erat tangannya.

Kak Andra dan temannya berdiri di depan kelas, dan meminta maaf karena telah menyita sedikit waktu kami. Kemudian mereka mengumumkan sesuatu. Oh, rupanya ajakan bergabung dalam organisasi PMR. Pertama-tama mereka memperkenalkan PMR dan berbagai kegiatan yang ada dalam organisasi PMR SMAN 1. Kemudian mereka membagi-bagi formulir pendaftaran bagi yang berminat bergabung dalam PMR. Ups, Kak Andra menyodorkan kertas formulir padaku. Aku hampir grogi menerimanya, tapi untung tidak ketahuan.

Setelah semua sudah kebagian formulir, Kak Rio berkata, "Oke, jadi adik-adik yang berminat, jika sudah mengisi formulirnya dengan lengkap, formulir bisa dikembalikan kepada saya sendiri atau kepada Kak Andra," Kak Rio berkata sambil menunjuk Kak Andra. Kami manggut-manggut. Wah, ga nyangka, bisa liat Kak Andra lama-lama tanpa ketahuan naksir. Hihihi...

Tiba-tiba Iran mengangkat tangan. Heh? Mau bilang apa dia?

"Mm Kak, bisa nanya nggak? Kak Rio dan Kak Andra kelas berapa? Siapa tau kami mau mengembalikan formulir tapi gak ketemu, mungkin bisa datang ke kelas Kakak.."

Oh iya ya, aku kan mau banget tau Kak Andra kelas berapa.

"Kami kelas 2 ipa 2. Tapi adik-adik juga bisa langsung ke ruang sekretariat PMR di samping lab komputer. Ruangan terbuka dari jam 8 pagi sampai 4 sore. Silakan ke sana.. Oke, ada pertanyaan lagi?"

Iran manggut-manggut, lalu melirikku. Aku juga meliriknya. Lalu kami tersenyum. Hihihi... kena deh...

*

"Gila lo jago juga..."

"Iyalah.. itu penting tau Va.. kalo lo gak bisa nyelidikin ya mending langsung tanya ke orangnya, atau temannya. Apalagi tanpa ketahuan kayak tadi kan? Hahaha...."

"Hahaha... bener.. bener.. tapi eh gue kira Kak Andra udah kelas 3, ternyata kelas 2.. wah berarti waktu gue masih ada 2 tahun lagi bisa sama-sama Kak Andra di sekolah," sahutku tersenyum. Girang.

"Dan gue bisa ditraktir gorengan dong ya..." lanjut Iran.

"Eh?? Dasar modus aja lo!" aku mendorong pelan kepala Iran. Dianya ketawa aja. Ih... tapi akhirnya aku mentraktir Iran juga.

"Ingat ya, seribu tiga aja," sahutku cepat.

"Yeyelalalalala....."

***

Cinta Datang TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang