Nggak terasa dua hari berlalu, sekarang saatnya tahap baru. Yap, pemberian materi PMR. Wah, ini dia nih, kayaknya materinya seru. Aku serius menyimak penjelasan Kak Dian, salah satu pemateri dari KSR (Korps Suka Rela) sebuah kampus negeri. KSR ternyata mirip sama PMR, bedanya KSR ada di universitas/kampus, sedangkan PMR buat SMA. Hm.. well, well, itu adalah materi pengantar sebelum menuju materi sebelumnya. Untung otak gue masih fresh jam segini. Cuman sayang, bukan Kak Andra yang jadi pematerinya. Ups.. mulai ngaco.
Sesekali kulirik Iran dan teman-teman yang lain. Mereka juga sama seriusnya memerhatikan penjelasan Kak Dian. Eh, tapi ada anak baru deh kayaknya. Nggak pernah liat sebelumnya. Siapa dia?
Dua puluh menit kemudian, materi berakhir. Kak Rio mengambil alih kegiatan, dan berkata, "Sekarang kita break dulu ya 10 menit biar bentar kalian kembali fresh nerima materi selanjutnya."
"Iya Kak."
Yes.. istirahat. Teman-teman mulai mengambil posisi santai. Malah ada yang mengeluarkan cemilannya dan mulai ngemil. Aku berbisik segera pada Iran, "Ran.. liat deh dekatnya Antoni. Siapa tuh?"
Iran mengarahkan tatapan matanya ke arah yang kumaksud. "Kata anak-anak sih dia anak baru pindahan dari Bali."
"Wow.. Bali? Eh tapi kok dia langsung masuk tahap materi sih? Kan harusnya dia ikutan latihan fisik juga. Eh nggak.. harusnya kan pendaftaran udah lama ditutup, tapi kok dia maen masuk gitu aja?" aku memprotes tapi tetap sambil berbisik.
Iran hanya mengangkat bahu, tanda nggak tahu. Aku diam-diam melirik cowok Bali itu. Keren sih stylenya, tapi gue nggak suka aja. Curang deh kakak-kakak PMR masukin dia tanpa ikut latihan fisik. Huh!
Pemberian materi hari kedua, ketiga, dan keempat lumayan. Teman-teman mulai akrab dengan si cowok Bali. Namanya Geofan. Tapi aku masih belum kenalan sama dia. Iran sih udah sejak hari kedua kenalan sama Geo.
"Hei.. serius amat!" tiba-tiba saja Geo sudah duduk di sampingku. Aku lumayan terkejut. Nggak nyangka bakal disapa duluan.
"Eh.. nggak..." aku lalu memperbaiki posisi dudukku.
Bersamaan dengan itu, kakak pemateri rupanya sudah datang. Kali ini materi tentang cara memasang tandu. Aku segera fokus menyimak. Lumayan penasaran juga sih gimana caranya tandu itu dipasang. Ternyata ada tekniknya.
Tapi...
Lama-lama fokusku pecah. Apa lagi kalo bukan si manusia satu di sampingku ini. Sedari tadi Kak Sita menjelaskan, bukannya memperhatikan, Geo malah sibuk menggambar sketsa di bukunya. Aku jadi diam-diam melirik gambarnya."Wah... keren banget Geo!" seruku berbisik tiba-tiba menunjuk gambarnya.
Iyalah, harus berbisik. Kalo nggak, Kak Sita bakalan dengar. Untung aku dan Geo nggak duduk di barisan paling depan. Geo menoleh, dan tersenyum. Ia kemudian menutup bukunya dan kembali memperhatikan Kak Sita.
"Nah sekarang kita praktik yuk. Biar bisa liat apakah teman-teman udah bisa masang tandu yang baik dan benar. Kak Sita butuh tiga relawan nih yang mau masang tandu....." Kak Sita senyum sambil memandangi kami bergantian. Mencari mangsa. Duh, plis jangan gue Kak!
Rupanya Geo lebih dulu maju, diikuti Iran dan Antoni. Aku melongo. Nggak heran sih kalo Iran, dia emang selalu pengen mencoba hal baru. Tapi Geo... dia kan dari tadi menggambar aja. Emang dia bisa masang tandu kalo teorinya aja nggak dia simak baik-baik tadi? Aku jadi penasaran.
Dan....... liat deh, Geo ternyata jago banget masang tandu! Hasilnya lebih rapi daripada Iran dan Antoni. Keren banget! Ups.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
Teen FictionAku ingin menunjukkan padamu, bahwa dalam setiap kisah cinta, tak selalu berakhir seperti yang diharapkan. Karena aku, satu di antara yang tak beruntung itu. #1 in ekskul (16/06/2019) #6 in watty2019 (22/07/2019) #21 in fiction (25/07/2019)