12

1.2K 44 1
                                    

"Riva....!" seru Iran sambil berdiri di sampingku.

"Oi.. udah baikan?"

"Udah dong hehehe.. eh jago juga tuh kakak lo."

"Siapa?"

"Kak Andra lah. Lo mau kakak lo Kak Ian?"

"Idih. Apaan sih? Gak boleh nyama-nyamain Kak Andra ama Kak Ian ya. Hiii...." aku bergidik.

Iran tertawa. "Gue salut loh ama Kak Andra, dia keren banget penjelasannya. Gue jadi semangat berlari hihihi.."

Aku manyun. "Lo gak naksir Kak Andra kan?"

"Heh? Liat tuh di depan sana, itu idola gue. Kak Andra mah jauh hahahhaha...."

Aku mencibir saat memandang Kak Imran dari jauh. Cowok itu emang manis sih, tapi kan tetap Kak Andra yang aku suka. Ada aura yang beda aja hahahaha.

"Imran.. Iran.. Ian.. hahahhaa cocok deh!" seruku tiba-tiba.

Iran melotot. "Ogaaaaah.... yang terakhir tadi dihapus aja!"

"Hahahaha..."

"Eh, eh, kapan lo lari lagi?"

"Besok deh. Bentar kan kita privat kimia."

"Iya, gue juga kalo gitu."

***

"Halo? Ran.. lo di mana sih? Pergi privat gak?"

"Halo.. iya.. iya, ini gue udah di jalan."

"Cepetan, lo harus masuk hari ini!"
"Eh, ya iyalah, kan gue udah di jalan nih. Ada apaan sih?"

"Ya ampun lo pasti gak nyangka banget ini. Ayo dah cepetan sampe!"

"Apaan sih? Gue penasaran!"

Klik. Hahaha, biar si Iran penasaran tuh di jalan. Aku juga tidak menyangka. Bukan Kak Tama yang mengajar kali ini, tapi idolanya si Iran. Siapa lagi kalo bukan Kak Imran.

***

Cinta Datang TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang