8

1.5K 41 0
                                    

Aduh hampir saja aku telat. Sudah banyak murid berbaris di lapangan, tapi upacara untungnya belum dimulai. Aku segera berlari menuju kelas untuk menyimpan tas, lalu mengambil topi, dan berlari lagi menuju barisan kelasku. Sudah ada Iran di barisan paling depan. Ia memanggilku.

"Va, gue udah booking tempat lo. Sini!" panggilnya.

Aku bergerak maju ke depan sambil memakai topi. "Kayak apaan aja di-booking segala."

"Hahaha kan gue tau misi lo selama upacara!"

Aku ikut tertawa. Dedy menggeleng-geleng. "Ni anak dua ngobrol melulu kalo upacara. Bentar harus diam ya!"

"Oke bos! Tenang deeeeh," Iran menepuk bahu Dedy sambil nyengir lebar.

Kami lalu diam, tapi dengan mata melihat sekeliling.

"Kak Imran maniiiiis banget, liat tuh Va! Rambutnya lagi basah, ya ampun keren, macho banget!" seru Iran kagum.

Aku mendecak-decakkan lidah saat melihat Kak Imran dan ekspresi Iran.

"Eh Va, gue cuman beda satu huruf kan sama dia. Beda huruf M doang. Iya kan?" ia tertawa.

"Oh iya ya."

"Hehehe.. jodoh kali ya, gue ama dia?"

"Idih.. jadi maksud lo, gue ama Kak Andra gak jodoh gitu, karena nama gue gak mirip ama namanya?" aku mencibir. Iran nyengir dan tertawa.

"Ssst apaan sih. Mulai deh.. mulai..." Dedy melirik dengan tampang jengkel.

"Hahaha, peace ya Ded," sahut Iran membentuk jarinya menjadi huruf V.

Kami diam lagi. Kucari Kak Andra di barisan kelasnya. Ya ampun, dia ada di barisan belakang. Dasar, nggak mau baris di depan. Tapi kalo diliat-liat emang dia keren banget. Yah, walaupun dengan gaya cuek. Tiba-tiba Iran menyikutku.

"Liat ke arah jam 10!" bisiknya.

Aku menurut. Sedikit bingung, tapi aku mengerti. Kulihat Kak Ian di barisan kelasnya.

"No way!" aku segera berpaling dan mencibir. Iran menahan tawa. Ih.........

***

Cinta Datang TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang