Va, besok ada kegiatan gak?
Aku sedang mendownload lagu-lagu yang sedang hits sekarang ini di internet, ketika kubaca sms dari Kak Ian. Wah, bau-baunya mau ngajak pergi nih. Aku lantas menggeleng-geleng cepat. Ih apaan sih, kok geer banget aku ini. Mentang-mentang udah temenan sama Kak Ian.
Segera kubalas.
Gak ada sih Kak... Sebenarnya besok latihan fisik, cuman gak tau knp tiba2 jadwalnya diubah lusa.Dibalas sama Kak Ian.
Gak ada ya.. Mau nemenin aku gak ke toko buku?
Buat persiapan olimpiadeTuh kaaaan.... Firasatku nggak salah lagi. Tapi kalau dipikir-pikir aku juga tertarik sih ke toko buku. Bisa sekalian nyari buku-buku untuk olimpiade komputer.
Boleh deh, skalian nyari buku komputer juga
Jam berapa kak?Dibalas lagi.
Pulang sekolah aja, jd kita langsung berangkat
Bawa jaket ya :)Aku hanya mengiyakan. Kok tiba-tiba aku jadi deg-degan gini ya? Ih.... fokus Va, fokus... kalian cuma berteman. Aku kan sukanya sama Kak Andra.
Oke kak
***“Va....!” Iran berteriak sambil setengah berlari ke arahku. Aku lantas menoleh dan menunggunya sampai di dekatku.
“Kok lari-lari segala?” ujarku terkekeh.
“Eh Va, kok lo pake jaket? Ini kan bukan musim hujan kelesss,” tanya Iran heran. Kami sudah kembali berjalan menuju kelas.
“Iya, soalnya nanti siang gue sama Kak Ian mau ke toko buku,” jawab gue.
“Bentar, bentar, coba ulangi,” pinta Iran mendadak berhenti berjalan. Aku menoleh ke arahnya dengan alis mengernyit. “Kenapa?”
“Ulangi aja iiiih,” Iran gemas menatapku.
“Nanti siang gue sama Kak Ian mau ke........” belum habis ucapanku tiba-tiba Iran memukul lenganku dengan heboh.
“Ihiiiiw... kalian ngedate yaa?? Ngedate yaa?”
“Hah???”
“Hah heh hah heh.. udaaah ngaku ajaaa,” Iran makin heboh. Mukanya, ih sumpah, menyebalkan juga ekspresinya. Menggodaku.
“Apaan sih, kami cuman mau nyari buku,” sergahku cepat.
Aku cepat-cepat menutup mulutnya yang mungkin sebentar lagi akan semakin heboh. Iran berusaha melepas tanganku. Enak saja. Bisa-bisa jadi gosip satu sekolahan.
“Hepahinnn!” Iran meronta.
“Gaaaakkk, kecuali lo diem!” ancamku.
Tangan Iran berusaha melepas tanganku dari mulutnya. Aku menggeleng dan menutup lebih erat.
“Janji dulu gak berisik! Lo bisa-bisa ngefitnah gue nih Ran kalo gini!” aku pura-pura marah.
Iran akhirnya berhenti meronta dan hanya mengangguk-angguk. Tanda setuju dengan permintaanku.
“Janji?” ulangku lagi.
Iran mengangguk lagi. Akhirnya aku melepaskan tanganku, tapi sebagai gantinya aku mencubit lengannya.
“Lo jangan ngomong macem-macem dong, gue kan gak ada apa-apa sama Kak Ian,” sambungku, “Kami cuman mau nyari buku buat persiapan olimpiade.”
Iran meringis dan cepat-cepat mengangguk lagi. “Aduh Va, ampun deh, lo bisa jadi sadis juga ye ternyata,” keluhnya sambil mengelus lengannya yang kini sudah berhenti jadi sasaran tanganku.
“Lagian sih, heboh sendiri!”
“Ya udah kita heboh berdua!” Iran bersiap-siap heboh tapi begitu aku mengacungkan tangan, dia diam lagi.
“Eh Va....”
“Apa?”
“Tapi gue setuju sih lo sama Kak Ian hehehehe.”
Aku melotot sejenak. Iran mengatupkan tangan tapi mukanya masih nyengir menggodaku. Aku memutar bola mata. Kami kembali berjalan menuju kelas.
“Kami cuman teman...”
“Iya... teman kan bisa jadi cinta,” sahut Iran lagi.
“Apa?” aku menoleh cepat.
“Gak, besok hari Minggu!” Iran berlari mendahuluiku. Ih, dia kabur. Kurang asem!
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
Novela JuvenilAku ingin menunjukkan padamu, bahwa dalam setiap kisah cinta, tak selalu berakhir seperti yang diharapkan. Karena aku, satu di antara yang tak beruntung itu. #1 in ekskul (16/06/2019) #6 in watty2019 (22/07/2019) #21 in fiction (25/07/2019)